Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BUNGA kredit perbankan semestinya tak mengacu pada tingkat bunga acuan Bank Indonesia maupun bunga simpanan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Perbankan dinilai bisa untuk berinisiatif menurunkan bunga kredit selama memiliki likuiditas yang cukup.
Hal itu disampaikan Ekonom Senior dan Associate Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto saat dihubungi, Kamis (22/2). Dia menilai, bunga kredit perbankan sudah semestinya mengikuti mekanisme pasar.
"Ini memang semestinya mekanisme pasar yang bekerja, bank yang memiliki bunga kredit rendah sudah pasti akan banyak dicari oleh calon debitur. Jadi selama dia punya likuiditas, dia bisa berinisiatif menurunkan bunga tanpa harus menunggu BI Rate maupun LPS Rate," ujarnya.
Baca juga : Pertumbuhan Kredit Melambat, Perbankan Masih Yakin Capai Target?
Dengan begitu, bank yang memiliki kecukupan likuiditas dan berani memasang bunga kredit paling rendah akan menjadi incaran calon debitur. Apalagi dunia usaha mulai mengeluhkan tingginya bunga kredit perbankan sehingga mengaku kesulitan untuk melakukan ekspansi.
Ryan menambahkan, dunia usaha juga sedianya memiliki banyak pilihan. Setidaknya ada 103 bank di Indonesia yang dapat dijadikan pilihan untuk membiayai aktivitas bisnis para pelaku usaha. Jika saat ini bunga kredit dinilai terlampau tinggi, maka pebisnis dapat berpindah ke bank lain.
"Ada 103 bank di Indonesia, 10 di antaranya merupakan bank besar. Kalau memang di salah satu bank ini dinilai bunganya terlalu tinggi, mereka bisa saja pindah ke bank lain, tidak ada yang salah dengan hal itu," tuturnya.
Baca juga : Bank Indonesia Memastikan Likuiditas Cukup untuk Jaga Stabilitas Sistem Keuangan
"Hal itu nantinya juga secara tidak langsung akan membuat bank meninjau kembali soal kebijakan bunganya. Akhirnya bank-bank akan bersaing untuk mematok bunga kredit yang rendah, ini mekanisme pasar," tambah Ryan.
Keluhan mengenai tingginya bunga kredit bank diamini oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Dari pandangan pelaku usaha, salah satu sebab bunga kredit perbankan mahal karena BI Rate saat ini masih cukup tinggi, yakni 6%.
"Suku bunga ini memang akan memengaruhi kemampuan dunia usaha untuk meminjam atau menambah modal usaha atau untuk investasi. Jadi untuk dunia usaha melakukan ekspansi itu agak menurun dan bahkan kecenderungannya memilih untuk menahan uang di bank saja," ungkap Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang saat dihubungi terpisah.
Baca juga : Bank Indonesia: Penyaluran Kredit Baru Mei 2023 Diprediksi Meningkat
Karenanya, dia berharap BI dapat segera menurunkan tingkat bunga acuan agar bunga kredit perbankan juga dapat menurun. Sebab dunia usaha membutuhkan biaya pendanaan yang murah agar bisa melakukan ekspansi bisnis.
Namun Sarman turut menyadari kebijakan yang ditempuh BI cukup beralasan, mengingat ancaman inflasi masih membayangi dan perekonomian global belum menentu. "Kami tetap berharap BI tetap responsif melihat perkembangan ekonomi global, termasuk negara mitra dagang kita. Kita harap kebijakan suku BI ini bisa membuat dunia bergairah dan perekonomian kita semakin membaik," kata dia.
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual mengatakan, sejauh ini perbankan melihat kondisi dunia usaha di Tanah Air masih relatif cukup baik. Pertumbuhan kenaikan bunga kredit perbankan selama ini juga disebut masih berada jauh di bawah kenaikan BI Rate.
Baca juga : BI Minta Perbankan Turunkan Suku Bunga Kredit
"Walau suku bunga bank sentral naik, suku bunga pinjaman itu tidak naik setara dengan BI. Kenaikan bunga untuk kredit investasi dan kredit modal kerja itu sekitar 100-120 basis poin. Bahkan kredit konsumsi cenderung stagnan," jelasnya dalam Diskusi Denpasar 12 bertema Pemilu 2024 dan Masa Depan Perekonomian Indonesia, Rabu (21/2).
Secara umum, pertumbuhan kredit perbankan tahun ini masih bisa terakselerasi. Asalkan, kata David, pemerintah dapat melakukan belanja negara dengan cepat dan tepat. Itu menurutnya secara tidak langsung akan menambah likuiditas di perbankan untuk menyalurkan kredit.
"Memang ada dana yang masih cukup besar tersimpan di BI. Dana ini tidak circulate di sistem. Ini tentunya tambahan likuiditas yang kita harapkan di perbankan. Karena kalau hanya ngendon di BI seperti Juli tahun lalu nilainya sampai Rp800 triliun. Kalau belanja (tahun ini) bisa lebih kuat, ini kita berharap likuiditas bisa meningkat dan mendorong pertumbuhan kredit," pungkasnya. (Z-4)
Rencana kebijakan anyar mengenai DHE SDA telah dikaji dan dibahas dengan matang oleh pemerintah bersama Bank Indonesia.
Bank Indonesia menahan suku bunga acuan di level 6,00%, Waketum Kadin Bidang Energi Minyak dan Gas Bobby Gafur Umar mengatakan hal tersebut sudah diperkirakan.
Mahfud Md menyoroti banyaknya korban atas praktik pinjaman online (pinjol). Memberikan pinjaman dengan bunga mencekik, praktik yang merugikan rakyat ini harus ditindak secara tegas.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah bagian dari bank penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan sampai saat ini Komitmen BRI sebagai bank penyalur terbesar KUR tidak pudar.
Besaran suku bunga pinjaman pembengkakan biaya atau cost overrun proyek KJCB yang bakal disepakati Indonesia dan Tiongkok sebesar 3%, lebih rendah dari tawaran Tiongkok di level 4%.
PT CRIF Lembaga Informasi Keuangan (CLIK) menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Perhimpunan Bank Perekonomian Rakyat Indonesia (Perbarindo).
Anggota Komisi XI DPR RI, Melchias Marcus Mekeng, menyambut baik wacana permodalan Koperasi Desa Merah Putih melalui pinjaman Himpunan Bank Milik Negara (Himbara).
Menurutnya, perbankan juga perlu menyesuaikan struktur biaya dana, termasuk dana pihak ketiga dan bunga kredit, agar penyaluran kredit semakin efektif.
Bank Indonesia mencatat, sebanyak 38,1 juta UMKM telah menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) untuk menerima pembayaran.
Harli belum bisa memastikan total kerugian negara dalam kasus ini. Sebagian data yang didapat Kejagung berasal dari laporan masyarakat.
PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) meraup laba bersih sebesar Rp13,80 triliun dan aset mencapai sebesar Rp2.098,23 triliun pada triwulan I 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved