Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SUDAH lama citra aparatur sipil negara (ASN) jadi cemoohan. Cemoohan itu ada benarnya meski tak seluruhnya benar.
Salah satu yang menjadi bahan cemoohan ialah kualitas aparatur kita. Bahkan dengan reformasi yang telah lama bergulir, mutu ASN masih lambat meningkat. Kini pun, 64% ASN hanya berkemampuan juru ketik. Demikian diungkapkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan dan Rebiro) Asman Abnur.
Seberapa pun menyedihkan, kondisi ini tidak bisa lagi hanya jadi cemoohan. Itu disebabkan besarnya jumlah aparatur inkompeten berarti besarnya beban negara. Pagu anggaran belanja pegawai, termasuk gaji pegawai negeri sipil (PNS), dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 mencapai Rp347,5 triliun.
Memang dalam Rancangan APBN 2017, pemerintah tidak menambah anggaran belanja pegawai. Namun, itu tetap tidak bisa menjadi permakluman untuk terus menyokong pegawai inkompeten.
Ibarat bus yang tidak bisa melaju, ASN bermutu rendah tidak akan pernah menjadi keuntungan bagi negara. Malah lambat laun mereka kian menjadi bumerang karena kinerja yang pasti akan menurun seiring dengan usia.
Tidak hanya itu, ASN inkompeten juga merupakan bagian dari mata rantai rekrutmen yang kotor, juga penuh pungli.
Sudah bukan rahasia, hingga kini penerimaan pegawai belum bersih dari praktik KKN. Meski lembaga rekrutmen sudah dilibatkan, tidak jarang yang berpengaruh tetap kedekatan hubungan atau nilai sogokan. Jika sudah demikian, bagaimana mungkin kita mengharapkan kinerja bersih dari aparat-aparat bermodal curang?
Lalu kini pertanyaannya, cukupkah permasalahan ASN ini diselesaikan dengan program beasiswa? Program itulah yang sedang dipersiapkan Menpan dan Rebiro bersama Lembaga Administrasi Negara (LAN). Harapan mereka ialah kemampuan para ASN bermutu rendah dapat ditingkatkan.
Beasiswa memang perlu diberikan, tetapi kita harus jujur bahwa program semacam itu tidak dapat cepat mengubah kinerja apalagi kemampuan. Terlebih bagi ASN mutu rendah yang tak lagi berusia muda.
Oleh karena itu, negara perlu mendorong kebijakan pensiun dini. Kebijakan itu pernah disebut akan diberlakukan mulai tahun ini.
Namun, kemudian wacana itu dipertanyakan karena uang pesangon belum diatur Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Beberapa pihak juga mengkhawatirkan uang pesangon justru akan menambah beban negara.
Aturan pensiun dini dan pesangon tentu harus dibuat dalam undang-undang. Kebijakan itu perlu didorong karena pemberhentian aparatur inkompeten tetap lebih baik ketimbang memelihara beban. Meski tampak cukup memberatkan, negara akan memiliki kesempatan untuk menggenjot kinerja dan kemampuan.
Lebih dari itu, negara harus memastikan rekrutmen pegawai negeri sipil berlangsung bersih dan sesuai dengan kebutuhan. Hanya dengan cara itu pula, putra-putri bangsa cemerlang, yang sesungguhnya juga berlimpah di negeri ini, dapat bekerja membangun bangsa.
MENTERI sejatinya dan semestinya adalah pembantu presiden. Kerja mereka sepenuhnya didedikasikan untuk membantu kepala negara mengatasi berbagai persoalan bangsa.
GENCATAN senjata antara Iran dan Israel yang tercapai pada Senin (23/6) malam memang kabar baik.
KITAB Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang bermartabat haruslah mengutamakan perlindungan menyeluruh atas hak-hak warga.
PRESIDEN Prabowo Subianto akhirnya menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2025 tentang Penanganan Secara Khusus dan Pemberian Penghargaan bagi Saksi Pelaku, akhir pekan lalu.
ADA-ADA saja dalih yang diciptakan oleh Amerika Serikat (AS) untuk menyerbu negara lain.
PENGESAHAN Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) adalah sebuah keniscayaan.
VONIS yang baru saja dijatuhkan kepada para pelaku mafia hukum dalam perkara Ronald Tannur kian menunjukkan dewi keadilan masih jauh dari negeri ini
ESKALASI konflik antara Iran dan Israel tidak menunjukkan tanda-tanda surut.
KITA sebenarnya sudah kenyang dengan beragam upaya manipulasi oleh negara. Namun, kali ini, rasanya lebih menyesakkan.
GENAP lima bulan Paulus Tannos ditangkap lembaga antikorupsi Singapura, Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB).
PEREBUTAN empat pulau antara Provinsi Aceh dan Sumatra Utara belakangan menyesaki ruang informasi publik.
KEADILAN di negeri ini sudah menjadi komoditas yang kerap diperjualbelikan. Hukum dengan mudah dibengkokkan.
ADA petuah bijak bahwa angka tidak pernah berbohong. Dalam bahasa Inggris, petuah itu berbunyi numbers never lie.
PERILAKU koruptif lebih didorong hasrat ketamakan dalam diri pelakunya (corruption by greed) ketimbang karena kebutuhan.
SUDAH semestinya negara selalu tunduk dan taat kepada konstitusi, utamanya menjaga keselamatan rakyat dan wilayah, serta memastikan hak dasar masyarakat dipenuhi.
UPAYA memberantas korupsi di negeri ini seperti tidak ada ujungnya. Tiap rezim pemerintahan mencetuskan tekad memberantas korupsi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved