Headline
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
INDONESIA berhasil melewati amukan pandemi covid-19 gelombang kedua. Itulah buah dari kerja sama apik semua anak bangsa. Meski begitu, kita pantang besar kepala karena virus korona masih ada dan setiap saat bisa kembali menghadirkan malapetaka.
Untuk sementara, kita boleh bersuka karena tingkat penularan korona bisa kita tekan. Kita bisa bernapas lega karena angka kasus positif yang sempat tembus 50.000 kini hanya di kisaran 2.000 per hari. Pun demikian dengan tingkat kematian yang terus menunjukkan penurunan, sedangkan angka kesembuhan konsisten memperlihatkan peningkatan.
Sirene ambulans yang dulu begitu rajin meneror telinga kita, kini jarang lagi terdengar. Toa masjid yang dulu sering dibunyikan untuk memberitahukan ada warga yang meninggal akibat covid-19, kini kembali ke fungsi awal sebagai pengabar bahwa waktu salat telah tiba.
Tiada lagi situasi yang mencekam. Rumah sakit, klinik, atau fasilitas kesehatan lainnya juga telah normal, tidak seperti dulu ketika penderita covid-19 membanjiri hingga lorong-lorong bahkan tempat parkir.
Layakkah semua itu kita rayakan? Tidak. Kita tidak boleh larut dalam euforia, apalagi sampai mabuk kemenangan.
Kita memang mampu meredam sepak terjang korona gelombang kedua. Namun, harus dicatat tebal-tebal bahwa keberhasilan itu hanya sementara. Sekali lagi cuma sementara, karena korona belum sepenuhnya sirna. Korona masih ada, sangat dekat dengan kita, dan sewaktu-waktu bisa kembali menebar duka.
Fakta empiris membuktikan, ekspansi korona di dunia tak cukup dua gelombang. Tiga gelombang pandemi telah terjadi, yakni pada Januari 2021 sebagai puncak pertama, April 2021 puncak kedua, dan Agustus-September 2021 puncak ketiga. Itu pun belum sepenuhnya selesai karena sejumlah negara masih direpotkan dengan melonjaknya kasus positif.
Jika menilik fenomena tersebut, Indonesia jelas belum aman. Justru sebaliknya, negeri ini berada dalam ancaman besar karena baru mengalami dua gelombang pandemi. Gelombang ketiga yang dampaknya tak kalah dahsyat bisa datang setiap saat.
Potensi itulah yang disadari betul oleh pemerintah maupun para epidemiolog. Bahkan, menurut ahli epidemiologi, gelombang ketiga diprediksi bakal terjadi akhir Desember nanti.
Prediksi itu bukan cerita fiksi untuk menakut-nakuti. Ia adalah pijakan bagi kita semua untuk menyiapkan antisipasi sejak saat ini, dan yang paling penting berusaha agar tak terealisasi.
Gelombang ketiga pandemi covid-19 memang telah menjadi fenomena dunia. Akan tetapi, ia bukanlah keniscayaan. Ia bisa melanda negeri ini, bisa juga tidak. Semua tergantung kita dalam menyikapinya.
Gelombang ketiga akan terjadi jika kita mabuk dalam euforia dan merasa kehidupan sudah normal lalu mengesampingkan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas). Gelombang ketiga akan memapar jika kita mengendurkan 3T (tracing, testing, dan treatment).
Gelombang ketiga akan menyerang jika pemerintah membuka seluas-luasnya pembatasan bagi mobilitas dan kegiatan. Bangsa ini masih butuh pengetatan aktivitas sebab kekebalan komunal masih jauh dari realitas karena 80% penduduk belum mendapatkan vaksin lengkap.
Pada konteks itulah kita mengingatkan pemerintah untuk terus mempertahankan politik intervensi. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) terbukti ampuh meredam covid-19 sehingga harus dipertahankan dengan level tertentu.
Pelonggaran di segala sektor memang diperlukan demi kebangkitan ekonomi, tetapi jangan biarkan sampai lepas kendali. Gelombang ketiga pandemi bukan ilusi, tetapi kita semua bisa menangkalnya agar tak sampai terjadi.
JULUKAN ‘permata dari timur Indonesia’ layak disematkan untuk Pulau Papua.
Indonesia perlu bersikap tegas, tapi bijaksana dalam merespons dengan tetap menjaga hubungan baik sambil memperkuat fondasi industri dan diversifikasi pasar.
IDAK ada kata lain selain miris setelah mendengar paparan PPATK terkait dengan temuan penyimpangan penyaluran bantuan sosial (bansos).
KEJAKSAAN Agung (Kejagung) bukan lembaga yang menakutkan. Terkhusus bagi rakyat, terkecuali bagi penjahat.
PEMERINTAHAN Presiden Prabowo Subianto tampaknya mulai waswas melihat prospek pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2028-2029.
LAGI dan lagi, publik terus saja dikagetkan oleh peristiwa kecelakaan kapal di laut. Hanya dalam sepekan, dua kapal tenggelam di perairan Nusantara.
MEMBICARAKAN kekejian Israel adalah membicarakan kekejian tanpa ujung dan tanpa batas.
SINDIRAN bahwa negeri ini penyayang koruptor kian menemukan pembenaran. Pekik perang terhadap korupsi yang cuma basa-basi amat sulit diingkari.
PROYEK pembangunan ataupun pembenahan terkait dengan jalan seperti menjadi langganan bancakan untuk dikorupsi.
MAHKAMAH Konstitusi kembali menghasilkan putusan progresif terkait dengan penyelenggaraan pemilu di Indonesia
MENTERI sejatinya dan semestinya adalah pembantu presiden. Kerja mereka sepenuhnya didedikasikan untuk membantu kepala negara mengatasi berbagai persoalan bangsa.
GENCATAN senjata antara Iran dan Israel yang tercapai pada Senin (23/6) malam memang kabar baik.
KITAB Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang bermartabat haruslah mengutamakan perlindungan menyeluruh atas hak-hak warga.
PRESIDEN Prabowo Subianto akhirnya menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2025 tentang Penanganan Secara Khusus dan Pemberian Penghargaan bagi Saksi Pelaku, akhir pekan lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved