PADA 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama infeksi covid-19 di Tanah Air. Setahun berlalu. Bila kita tengok kembali ke belakang, pemerintah dan masyarakat Indonesia benar-benar telah dibuat jungkir balik oleh penyakit yang disebabkan virus korona varian baru tersebut.
Berbagai kebijakan digulirkan sebagai upaya meredam penyebaran covid-19 yang dalam waktu relatif pendek berubah menjadi wabah. Tiap kebijakan merupakan coba-coba. Penyebabnya, belum ada pola penanganan yang benar-benar efektif menekan penularan covid-19 tanpa merusak perekonomian masyarakat.
Indonesia tidak sendiri, tiap negara bekerja keras berjibaku melawan covid-19 dengan cara masing-masing. Beberapa di antaranya berhasil menekan infeksi covid-19 hingga tambahan kasus harian rata-rata nyaris nihil. Akan tetapi, mereka pun tetap dibayangi kasus yang kembali melonjak.
Covid-19 hingga hari ini telah merenggut 2,4 juta jiwa penduduk dunia. Di Indonesia, secara akumulasi sejak kasus pertama, sebanyak 36 ribu warga tercatat meninggal dunia akibat terinfeksi covid-19. Sampai hari ini pun, kita masih berjuang keras menundukkan wabah penyakit yang memiliki seribu wajah. Seribu wajah, karena beragamnya variasi gejala yang ditimbulkan covid-19.
Kurva penambahan kasus baru positif covid-19 memang terlihat cenderung menurun pada Februari lalu jika dibandingkan dengan Januari. Satgas Penanganan Covid-19 menyebut jumlah kabupaten/kota yang tergolong zona risiko tinggi alias zona merah berkurang separuh lebih dari 44 menjadi 16 kabupaten/kota.
DKI Jakarta dan Jawa Timur yang kerap menjadi penyumbang tertinggi penambahan kasus positif covid-19 nasional, nihil zona merah. Akan tetapi, angka kematian akibat covid-19 di DKI Jakarta justru terbanyak di sepanjang Februari yang mencapai 1.211 kematian. Jumlah kematian melonjak dari 970 jiwa pada Januari.
Data-data itu mengingatkan pemerintah dan segenap masyarakat agar tidak terlena oleh tren semu penurunan kasus. Kita harus terus waspada dengan mengasumsikan puncak wabah belum terlewati. Ingat, kita juga sempat melihat tren penurunan kasus yang cukup signifikan pada akhir Oktober 2020 hingga jelang pertengahan November.
Ternyata, kasus kembali melonjak sampai tiba pada puncak baru di Januari 2021. Rekor angka kematian harian beberapa kali terpecahkan dan sempat menorehkan 476 kematian dalam satu hari pada 28 Januari. Situasi lebih berbahaya karena kita mulai menganggap biasa angka kematian rata-rata harian tiga digit.
Tentu saja kita juga tidak boleh putus asa, tetap merawat semangat melawan covid-19. Program vaksinasi covid-19 secara massal yang mulai berjalan lancar sesuai tahapan-tahapan yang direncanakan, turut memupuk optimisme.
Di sini lagi-lagi perlu kerja bareng. Kewajiban pemerintah memastikan vaksinasi mencapai sasaran penerima sesuai target waktu yang direncanakan. Tugas kita, 180-an juta warga sasaran, mendukung vaksinasi dengan antusiasme tinggi menerima suntikan vaksin.
Bila kewajiban dan tugas itu terpenuhi, genderang kemenangan melawan covid-19 akan tertabuh tahun depan. Selama perjalanan menuju waktu yang kita nanti-nantikan tersebut, semangat perlawanan terhadap covid-19 mesti terus terjaga. Jangan bosan-bosan menerapkan protokol kesehatan.
Pun, tumbuhkan terus inovasi penanganan untuk memperkuat jurus-jurus membasmi covid-19 sekaligus mengurangi beban masyarakat. Sempurnakan alat-alat deteksi maupun perawatan, baik dari sisi efektivitas, ketersediaan, hingga harga yang menjadi semakin murah.
Dukungan seluruh anak bangsa untuk berperan aktif menekan penularan masih kita butuhkan agar pandemi secepatnya bisa diatasi.