Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Memutus Rantai Kekerasan Suporter

27/9/2018 05:00

WAJAH persepakbolaan nasional kembali berlumur noda. Di negeri ini, sepak bola yang semestinya menjadi panggung hiburan justru menjelma menjadi ajang pamer kekejian dan kebiadaban. Di negeri ini, lagi-lagi nyawa manusia direnggut paksa karena fanatisme buta dalam sepak bola.

Adalah Haringga Sirila yang menjadi korban terbaru di belantara sepak bola Indonesia. Suporter Persija Jakarta atau the Jakmania itu tewas secara amat mengenaskan jelang big match antara Persib Bandung dan Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Minggu (23/9). Dia meninggal akibat dikeroyok bobotoh Persib.

Amat sulit diterima akal waras kenapa orang bisa begitu biadab terhadap orang lain hanya karena persoalan sepak bola. Amat sukar diterima jiwa yang sehat kenapa orang bisa begitu kejam menghilangkan nyawa orang lain hanya lantaran berbeda klub.

Kematian Haringga ialah tragedi yang ironisnya bukan yang pertama dan dikhawatirkan bukan pula yang terakhir dalam sepak bola kita. Sejak 1995 sudah sekitar 50 suporter sepak bola di Indonesia meregang nyawa. Haringga ialah korban tewas ketujuh akibat perseteruan antara pendukung 'Macan Kemayoran' dan 'Maung Bandung'.

Kematian Haringga merupakan penegas bahwa sepak bola kita masih dalam keadaan lara. Ia menjadi pelengkap atas buruknya prestasi kendati belakangan tim nasional junior beberapa kali unjuk gigi.

Saban kali ada suporter yang tewas, saat itu pula asa agar tak ada lagi korban-korban berikutnya menguar dari para pemangku kepentingan sepak bola kita. Namun, keinginan itu tak pernah dibarengi dengan tindakan nyata. Di antara suporter yang bermusuhan, ikrar damai hanya mengikat kalangan elite, tetapi tak menyentuh akar rumput.

Lebih celaka lagi nafsu permusuhan terus diternak hingga beranak pinak ke anak-anak. Yel-yel, nyanyian, atau spanduk bernada rasialis dan sarat ujaran kebencian kepada klub dan suporter lawan gencar meracuni mereka. Racun itu leluasa ditebarkan di stadion karena dibiarkan panitia pelaksana pertandingan dan kian mewabah lewat media sosial.

Penghentian Liga 1 oleh Menpora Imam Nahrawi yang diikuti PSSI dengan memoratorium kompetisi strata tertinggi itu sampai batas waktu yang tak ditentukan ialah langkah yang tepat. Sepak bola kita memang perlu mengambil napas untuk melakukan evaluasi total.

Edukasi tiada henti mesti diintensifkan agar seluruh suporter menyadari bahwa semangat sepak bola sejatinya ialah persahabatan dan sportivitas. Ketegasan pun menjadi kemestian untuk memutus rantai kekerasan, permusuhan, dan dendam antarsuporter.

Dari sisi hukum, ketegasan mutlak ditunjukkan aparat kepolisian, kejaksaan, dan majelis hakim dalam menindak para pengeroyok Haringga. Hukum mereka seberat-beratnya. Mereka bukanlah pecinta sepak bola, mereka ialah para kriminal.

Pun, ketegasan wajib ditunjukkan PSSI. Harus diakui, sebagai induk organisasi sepak bola nasional, PSSI cenderung lembek dalam memberikan sanksi selama ini. Mereka masih suka menjatuhkan hukuman denda kepada panpel setiap kali ada kerusuhan suporter. Partai usiran atau pertandingan tanpa penonton terkadang juga ditimpakan, tetapi pelaksanaannya kerap setengah hati.

Terbukti sudah, hukuman seperti itu tak ampuh untuk melawan kebrutalan suporter. Inilah saatnya hukuman yang lebih keras lagi, seperti pengurangan nilai, diterapkan kepada klub. Tak ada salahnya pula Persib dilarang menggelar laga kandang di markas sendiri dan tanpa penonton di sisa kompetisi.  

Dengan begitu, suporter akan sadar bahwa berlaku primitif hanya akan merugikan tim kesayangan mereka. Mereka juga sadar tak akan bisa lagi menikmati penampilan klub kebanggaan jika terus mempertontonkan kekerasan, apalagi sampai menyebabkan kematian.

Harus ada kemauan dan upaya luar biasa agar sepak bola kita tak lagi memakan korban jiwa. Jika tragedi masih saja terjadi, lebih baik tak ada klub yang didukung suporter barbar di negeri ini.

 



Berita Lainnya
  • Revisi KUHAP tanpa Cacat

    15/7/2025 05:00

    DPR dan pemerintah bertekad untuk segera menuntaskan revisi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Semangat yang baik, sebenarnya.

  • Cari Solusi, bukan Cari Panggung

    14/7/2025 05:00

    PERSAINGAN di antara para kepala daerah sebenarnya positif bagi Indonesia. Asal, persaingan itu berupa perlombaan menjadi yang terbaik bagi rakyat di daerah masing-masing.

  • Awas Ledakan Pengangguran Sarjana

    12/7/2025 05:00

    DALAM dunia pendidikan di negeri ini, ada ungkapan yang telah tertanam berpuluh-puluh tahun dan tidak berubah hingga kini, yakni ganti menteri, ganti kebijakan, ganti kurikulum, ganti buku.

  • Mencurahkan Hati untuk Papua

    11/7/2025 05:00

    JULUKAN ‘permata dari timur Indonesia’ layak disematkan untuk Pulau Papua.

  • Bukan Bangsa Pelanduk

    10/7/2025 05:00

    Indonesia perlu bersikap tegas, tapi bijaksana dalam merespons dengan tetap menjaga hubungan baik sambil memperkuat fondasi industri dan diversifikasi pasar.

  • Bansos bukan untuk Judol

    09/7/2025 05:00

    IDAK ada kata lain selain miris setelah mendengar paparan PPATK terkait dengan temuan penyimpangan penyaluran bantuan sosial (bansos).

  • Dicintai Rakyat Dibenci Penjahat

    08/7/2025 05:00

    KEJAKSAAN Agung (Kejagung) bukan lembaga yang menakutkan. Terkhusus bagi rakyat, terkecuali bagi penjahat.

  • Investasi Enggan Melesat

    07/7/2025 05:00

    PEMERINTAHAN Presiden Prabowo Subianto tampaknya mulai waswas melihat prospek pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2028-2029.

  • Di Laut, Kita Dikepung Petaka

    05/7/2025 05:00

    LAGI dan lagi, publik terus saja dikagetkan oleh peristiwa kecelakaan kapal di laut. Hanya dalam sepekan, dua kapal tenggelam di perairan Nusantara.

  • Jangan Menyerah Lawan Kekejian Israel

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN kekejian Israel adalah membicarakan kekejian tanpa ujung dan tanpa batas.

  • Musim Potong Hukuman Koruptor

    03/7/2025 05:00

    SINDIRAN bahwa negeri ini penyayang koruptor kian menemukan pembenaran. Pekik perang terhadap korupsi yang cuma basa-basi amat sulit diingkari.

  • Menjerat Penjaja Keadilan

    02/7/2025 05:00

    ADA angin segar dalam penegakan hukum terhadap koruptor.

  • Lagu Lama Korupsi Infrastruktur

    01/7/2025 05:00

    PROYEK pembangunan ataupun pembenahan terkait dengan jalan seperti menjadi langganan bancakan untuk dikorupsi.

  • Mendesain Ulang Pemilu

    30/6/2025 05:00

    MAHKAMAH Konstitusi kembali menghasilkan putusan progresif terkait dengan penyelenggaraan pemilu di Indonesia

  • Jangan lagi Ditelikung Koruptor

    28/6/2025 05:00

    PEMERINTAH kembali terancam ditelikung koruptor.

  • Berhenti Membebani Presiden

    27/6/2025 05:00

    MENTERI sejatinya dan semestinya adalah pembantu presiden. Kerja mereka sepenuhnya didedikasikan untuk membantu kepala negara mengatasi berbagai persoalan bangsa.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik