Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
TIONGKOK berencana untuk meluncurkan wahananya sendiri ke Mars pada akhir bulan ini.
Wahana bernama Tianwen-1 Mars diagendakan meluncur ke luar angkasa dari Hainan, pulau yang ada di selatan Tiongkok. Berdasarkan keterangan Xichang Satellite Launch Centre, waktu peluncuran antara 20-25 Juli.
Wacana itu merupakan misi perjalanan antarplanet pertama yang akan dilakukan oleh Tiongkok yang tak ingin kalah dari Amerika Serikat yang lebih dulu mendominasi di luar angkasa.
Xichang Satellite Launch Centre mengatakan Tianwen-1 akan mengumpulkan beberapa sampel materi yang ada di permukaan Mars jika tiba di planet tersebut sesuai rencana pada Februari 2021.
Baca juga: Astaga, di Planet Mars Ternyata Ada Gunung Api Aktif
Adapun Tianwen-1 bukan wahana pertama yang dibuat oleh Tiongkok. Sebelumnya ada Yutu-2 yang memiliki misi mendarat di sisi paling belakang Bulan pada 2019.
Kemudian juga ada Chang'e yang juga direncanakan meluncur ke Bulan tahun ini. Tiongkok juga tengah membangun stasiun ruang angkasa yang diperkirakan rampung pada 2022. (AFP/R-3)
Wahana Mars Express ESA memotret detail Acheron Fossae, wilayah retakan purba di Mars yang terbentuk 3,7 miliar tahun lalu.
Penelitian terbaru mengungkap gletser di Mars sebagian besar terdiri dari es murni, memberikan harapan baru sebagai sumber air.
Mars tidak selalu kering dan tandus seperti sekarang. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa miliaran tahun lalu, planet merah ini pernah mengalami hujan deras bahkan salju.
Para peneliti menemukan lebih dari 15.000 km aliran sungai kuno di Mars, menunjukkan Planet Merah pernah hangat dan basah akibat hujan.
Foto terkini dari ESA menampilkan permukaan Mars dalam semburat kuning, jingga, dan coklat.
Sebuah studi menemukan lapisan tanah liat tebal dan kaya mineral di permukaan Mars.
Pelajari arti sains, fungsi, dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Pahami pentingnya sains dengan bahasa sederhana!
PERAIH Nobel Fisika 2011, Profesor Brian Schmidt, mengungkapkan bahwa masa depan pertumbuhan Indonesia sangat bergantung pada kemampuan membangun ekosistem sains dan teknologi.
“Jadi dalam sains, duplikasi yang dimaksud bisa bekerja pada topik yang sama namun dengan sudut pandang yang berbeda,”
SAINS tidak harus rumit, teknologi tidak harus mahal, dan matematika tidak harus menakutkan. Justru sebaliknya, semua itu bisa dekat, terjangkau, relevan, dan menyenangkan.
Apakah dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika semua nyamuk tiba-tiba lenyap?Seorang Medical Scientist dmemberikan penjelasan mengenai dampak hilangnya nyamuk dari muka bumi.
KEMENTERIAN Agama terus memperkuat kajian terkait integrasi Islam dan sains, terutama dalam konteks kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved