Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Ini Penyebab Orang Sering Ngantuk Selama Diam di Rumah

Fathurrozak
29/5/2020 08:05
Ini Penyebab Orang Sering Ngantuk Selama Diam di Rumah
ilustrasi: Orang Menguap(Unsplash.com/Miika Luotio)

CARA hidup manusia berubah dalam waktu singkat sejak penerapan physical distancing dan keharusan mengisolasi diri. Tentu ini sangat memengaruhi rutinitas harian, karena banyak orang tidak lagi harus bangun pada waktu tertentu agar tepat waktu untuk berangkat sekolah atau bekerja. Hal ini tampaknya berdampak pada peningkatan jumlah mereka yang mengalami "kantuk berlebih" di tengah pandemi covid-19.

Istilah medis untuk kantuk berlebih adalah sleep inertia. Kantuk berlebih mengacu pada fase di antara tidur dan bangun ketika seseorang tidak merasa sepenuhnya bangun. “Orang yang terkena rasa kantuk, sulit berpikir jernih dan dapat mengalami disorientasi dan canggung sementara waktu setelah bangun tidur," kata konsultan psikiater di Priory Hospital Roehampton Dr Natasha Bijlani dikutip dari The Independent.

Profesor ilmu saraf dan psikologi di University of California dan penulis Why We Sleep Matthew Walker ini, menganalogikan cara otak bangun dengan mesin mobil tua. Matthew menyatakan bahwa sleep inertia terjadi ketika rasa kantuk masih berkeliaran di otak.  “Anda tidak bisa langsung menyalakannya lalu mengemudi dengan sangat cepat. Perlu waktu untuk pemanasan,” katanya.

Sleep inertia bisa disebabkan di antaranya tidur pada waktu yang tidak sesuai dengan chronotype kita. Penyebab lainnya adalah tidak tidur dalam waktu yang cukup lama, tidak memiliki kualitas tidur yang baik, atau masalah tidur yang mendasarinya, seperti sleep apnea (gangguan yang biasanya menyebabkan dengkuran).

“Selain itu, salah satu alasan utama mengapa orang mungkin merasa sangat mengantuk pada akhir-akhir ini adalah berkurangnya paparan sinar matahari alami,” kata profesor di Sleep Medicine di University of Oxford, Colin Espie.

Profesor Espie menjelaskan cahaya siang hari adalah "sinyal biologis utama untuk kewaspadaan," itulah sebabnya kurangnya paparan cahaya siang hari, atau cahaya luar, membuat orang merasa kurang waspada sepanjang hari.

"Ketika kita mendekati periode tidur, kita mendapatkan peningkatan hormon yang disebut melatonin, yang diekspresikan saat tidur, tepat sebelum tidur dan selama tidur.“

Melatonin ini, kata Profesor Espie, kemudian mengurangi ekspresinya menjelang pagi dan dimatikan oleh cahaya. Jadi jika orang tidak benar-benar mendapatkan paparan cahaya di pagi hari seperti yang biasa mereka lakukan ketika mereka pergi ke sekolah atau bekerja, ada kemungkinan bahwa mereka akan cenderung ngantuk, terutama pada pertengahan pagi.

Profesor Espie lebih jauh menekankan hal ini dengan membandingkan intensitas cahaya eksternal dengan cahaya dalam ruangan.  “Cahaya eksternal adalah ratusan ribu lux (ukuran penerangan). Bahkan cahaya terang di dalam ruangan mungkin hanya beberapa ratus. Mata menyesuaikan sehingga kita tidak perlu menyadari betapa gelapnya dibandingkan dengan di luar. Jadi saya pikir itu bagian utama dari penyebab kantuk.”

Upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi kantuk berlebih ialah berusaha sebaik mungkin untuk tetap pada rutinitas, baik di malam maupun pagi hari. “Cobalah untuk mempertahankan rutinitas tidur-bangun yang teratur, walaupun Anda tidak harus bepergian untuk bekerja saat ini,” kata Dr Bijlani. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya