Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENEMUAN terbaru teleskop luar angkasa James Webb (JWST) memberikan gambaran baru tentang asteroid-asteroid kecil, yang mungkin selama ini lolos dari pantauan para astronom.
Dengan teknologi canggihnya, James Webb berhasil mengidentifikasi asteroid terkecil yang pernah terlihat di sabuk asteroid utama antara Mars dan Jupiter, membuka peluang baru dalam pemantauan ancaman asteroid bagi Bumi.
Penemuan ini berawal dari upaya tim ilmuwan mempelajari atmosfer eksoplanet berbatu di sekitar sistem bintang katai merah TRAPPIST-1 yang berjarak 41 tahun cahaya. Namun, di balik data yang awalnya dianggap sebagai "noise", seperti asteroid, awan debu, dan gas antarbintang tersimpan potensi yang justru menarik perhatian tim peneliti.
Salah satu ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Artem Burdanov, bersama rekan-rekannya, menyaring data inframerah dari JWST dan menemukan adanya titik-titik cahaya redup yang bergerak di latar depan gambar.
Analisis mendalam akhirnya mengungkap objek-objek kecil yang ternyata adalah asteroid mini di sabuk utama — bahkan salah satunya hanya berukuran 10 meter.
"Biasanya, asteroid kecil seperti ini hanya bisa dideteksi saat mereka mendekati Bumi," kata Burdanov.
"Namun, kali ini, kami berhasil melihatnya jauh di sabuk asteroid utama, yang berjarak lebih dari 180 juta kilometer."
Rekor sebelumnya untuk objek terkecil di sabuk asteroid adalah sekitar satu kilometer, membuat penemuan ini menjadi tonggak sejarah penting.
Mengapa asteroid kecil begitu penting untuk dipelajari? Menurut para peneliti, batuan luar angkasa dengan ukuran puluhan meter jauh lebih mungkin terdorong keluar dari sabuk asteroid utama dan menuju Bumi dibandingkan asteroid raksasa.
Dampaknya mungkin tidak sebesar asteroid yang memusnahkan dinosaurus, tetapi cukup untuk menghancurkan satu kota atau wilayah, seperti insiden Chelyabinsk di Rusia, tahun 2013.
Asteroid kecil seperti ini sering kali sulit dideteksi karena ukurannya yang mungil dan cahaya yang redup. Tanpa teknologi canggih seperti JWST, keberadaan mereka sering kali baru diketahui ketika sudah "di atas kepala kita."
Dalam dunia astronomi, asteroid sering dianggap sebagai gangguan yang merusak data observasi bintang dan planet jauh.
Namun, bagi Burdanov dan timnya, "gangguan" ini justru menjadi data berharga. Dengan mengambil ribuan gambar dari bidang langit yang sama dan menumpuknya, objek jauh seperti bintang TRAPPIST-1 akan tampak tetap di tempatnya, sementara asteroid kecil di latar depan akan bergerak melintasi bidang pandang teleskop.
Dengan teknik ini, tim berhasil mengidentifikasi 138 asteroid kecil yang sebelumnya tidak terdeteksi. Ukuran mereka bervariasi dari 10 meter hingga beberapa ratus meter.
"Kami awalnya hanya berharap menemukan beberapa objek," ujar Julien de Wit, salah satu rekan penulis studi dari MIT.
Namun jumlahnya jauh melampaui ekspektasi, khususnya asteroid berukuran kecil. Ini menunjukkan bahwa kita mulai memasuki wilayah penelitian baru, di mana asteroid kecil ini terbentuk dari tabrakan yang terus-menerus menghancurkan objek-objek besar. (Space/Z-3)
Ini merupakan sebuah tonggak penting dalam misi NASA untuk mempelajari sejarah kosmik.
Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) kembali mencuri perhatian dengan penemuan luar biasa.
Teleskop Luar Angkasa James Webb telah menangkap gambar baru Galaksi Cartwheel yang memperlihatkan cincin warna berputar dalam gambar yang lebih jelas.
Lubang hitam yang ditemukan, diberi nama LID-568, pertama kali terlihat dalam survei sinar-X Chandra, yang memantau objek pemancar sinar-X di alam semesta yang jauh.
Ada cahaya yang muncul dalam bentuk suar singkat, mirip dengan kedipan lilin yang hanya berlangsung beberapa detik, namun ada juga letusan besar yang memproduksi
Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) baru saja menangkap peristiwa langka dan dramatis: sebuah planet menabrak bintang induknya.
Kapsul yang membawa sampel tersebut memasuki atmosfer sebelum pukul 02.30 waktu Jepang, menciptakan bola api seperti bintang jatuh saat memasuki atmosfer Bumi.
Kapsul pembawa sampel asteroid Ryugu jatuh di wilayah Australia pada Minggu waktu setempat. Kemudian, kapsul dari pesawat luar angkasa Hayabusa2 itu diterbangkan ke Jepang.
Roket Atlas V yang bertanggung jawab untuk mendorong pesawat itu dijadwalkan lepas landas pada Sabtu (16/10) pukul 05.34 waktu setempat dari Cape Canaveral.
Pesawat DART dijadwalkan dikirimkan menggunakan roket SpaceX Falcon 9 pada 23 November pukul 22.20 waktu setempat dari Pangkalan Udara Vandenberg, California.
Sebuah asteroid besar, yang ukurannya sebanding dengan gedung tertinggi di Bumi, sedang menuju planet ini pada pertengahan Desember, seperti yang dicatat oleh pelacak asteroid NASA.
Para Ilmuan di NASA tidak sabar menganalisis sampel asteroid Bennu yang diperkirakan sampai ke Bumi pada september.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved