Teka-teki Amorim dan Guardiola

Suryopratomo
21/12/2024 05:00
Teka-teki Amorim dan Guardiola
Suryopratomo Pemerhati sepak Bola(MI/Seno)

DUA klub dari Manchester, dua orang pelatih klub itu, pekan lalu saling adu kehebatan. Dengan dua gol yang diinisiasi Amad Diallo, Manchester United mampu mengempaskan tetangganya, Manchester City, 2-1 di kandang the Citizens.

Teriakan ‘Manchester is Red’ berkumandang keras. Manchester City boleh empat kali juara berturut-turut Liga Primer, tetapi 'Raja' Manchester tetap Manchester United. Pendukung ‘Setan Merah’ pun larut dalam euforia. Para pendukung itu lupa bahwa klub kesayangan mereka masih terbenam di papan tengah-bawah. Manchester United masih berada di peringkat 13 klasemen sementara.

Kemenangan sensasional ‘Setan Merah’ bukan berarti Ruben Amorim telah mengembalikan kebesaran Old Trafford. Hanya berselang empat hari setelah itu, Manchester United kembali menelan kekalahan. Jumat dini hari kemarin, Bruno Fernandes dan kawan-kawan dipaksa menyerah 3-4 oleh tuan rumah Tottenham Hotspur di perempat final Piala Carabao.

Ini kemenangan kedua berturut-turut Spurs dari dua klub asal Manchester. Sebelumnya di perdelapan final, tim asuhan Agne Postecoglou berhasil menyingkirkan Manchester City 2-1.

Dua raksasa dari Manchester itu ternyata tidak berdaya menghadapi klub asal London. Semifinal Piala Carabao tahun ini menjadi milik dua klub asal London dan dua klub asal Inggris Utara, yakni Liverpool dan Newcastle.

 

Sulit memahami

Melihat prestasi ‘Setan Merah’ yang seperti rollercoaster, sulit untuk bisa memahami Amorim. Bagaimana pelatih sekelas dia selalu mengubah susunan pemain padahal risikonya ialah inkonsistensi permainan tim.

Dengan delapan kali memimpin Manchester United sejak debut menghadapi Ipswich, seharusnya pelatih muda asal Portugal itu sudah paham karakter tiap-tiap pemainnya. Amorim selalu mengatakan dirinya melihat para pemain dari keseharian, mulai dari cara berpakaian, cara makan, hingga keseriusan saat berlatih.

Amorim mampu dengan jelas menyampaikan mengapa ia membangkucadangkan Marcus Rashford. Pemain didikan Manchester United itu dikatakan ceroboh pada saat makan karena menggunakan pisau ketika memasukkan makanan ke mulut. “Itu cara ceroboh yang membahayakan dirinya sendiri. Kalau saat makan saja ceroboh, pasti di lapangan juga akan mudah ceroboh,” kata Amorim seraya meminta Rashford memperbaiki sikapnya.

Cara penilaian Amorim itu membuat Rashford kesal dan berpikir untuk hijrah ke Internazionale Milan. Namun, Amorim mengatakan dirinya tidak akan melepas pemain bintang itu dan meminta Rashford untuk paham bahwa penilaian kesiapan seorang pemain agar bisa diturunkan atau tidak tergantung perilaku pemain sepanjang hari.

Kalau Amorim konsisten dengan prinsip itu, seharusnya ia memainkan Amad Diallo saat menghadapi Spurs. Bukan hanya itu, susunan pemain saat mengalahkan Manchester City seharusnya menjadi pilar utama saat tampil di perempat final Piala Carabao.

Akan tetapi, di luar dugaan, pelatih baru ‘Setan Merah’ itu menurunkan formasi yang berbeda. Amorim lebih memilih Anthony sebagai starter ketimbang Diallo. Tidak mengherankan bila tim asuhannya tertinggal tiga gol lebih dulu.

Baru kemudian ia memasukkan Diallo dan Kobbie Mainoo. Setelah itu permainan Manchester United lebih hidup dan sempat membalas dengan dua gol. Namun, 45 menit yang tersisa tidak cukup untuk bisa mengatasi ketertinggalan apalagi setelah Son Heung-min mencetak gol keempat dua menit menjelang bubaran.

Hampir satu bulan memegang ‘Setan Merah’ seharusnya membuat Amorim paham bahwa kelemahan dari timnya ialah kualitas pemain tim kedua yang di bawah standar. Atas dasar itu, seharusnya pergantian pemain tidak dilakukan secara besar-besaran, tetapi rotasi minor sekadar untuk menjaga kebugaran pemain.

 

Tidak yakin 

Persoalan paling berat yang akan dihadapi kalau konsistensi permainan tidak terjaga ialah turunnya kepercayaan diri pemain. Pemain menjadi tidak yakin akan dirinya. Dengan empat kekalahan yang diderita dari delapan pertandingan yang dimainkan, berarti hanya 50% peluang menang yang dimiliki Manchester United.

Kepercayaan diri pemain merupakan hal yang penting dalam sepak bola. Buktinya, Manchester City yang begitu berjaya dalam empat musim terakhir, terbenam dalam serangkaian kekalahan karena faktor itu.

Pelatih Josep Guardiola sampai tidak tahu bagaimana menjelaskan kekalahan demi kekalahan yang harus dialami tim asuhannya. Padahal materi pemain yang dimiliki dan diturunkan boleh dikatakan tidak banyak mengalami perubahan. Bahkan pemain muda seperti Rico Lewis sudah mulai dimainkan bersama para pemain senior.

Kekalahan terakhir dari Manchester United benar-benar menjadi palu godam yang berat. Pemain asuhannya seperti kehilangan akal untuk mencetak gol. Mesin gol Erling Haaland yang begitu menakutkan pun menjadi mandul.

Pelatih Liverpool Arne Slot tidak mau meremehkan Manchester City. “Mereka pernah tertinggal delapan poin dari Arsenal, tetapi bisa bangkit mengejar dan bahkan menjadi juara,” kata Slot yang membawa Liverpool di puncak klasemen.

Pertandingan pekan ini, kemudian boxing day, dan partai awal tahun menjadi penentu nasib setiap klub di musim ini. Manchester City pada Sabtu ini mengawali ujian pertamanya menghadapi 'kuda hitam' Aston Villa di Villa Park.

Pep Guardiola harus segera melakukan turn around kalau tidak mau semakin masuk ke dalam situasi krisis. Namun, ini perjuangan yang tidak mudah karena di tangan Unai Emery, Villa tampil penuh kejutan. Bukan hanya di Liga Primer, di Liga Champions pun Villa berpeluang untuk maju lebih jauh.

Kesatuan yang solid dari John McGinn dan kawan-kawan membuat the Citizens akan kesulitan membongkar pertahanan Villa. Apalagi mereka mempunyai kiper yang tangguh, Emiliano Martinez, yang membawa Argentina memenangi Piala Dunia 2022.

Serangan balik Villa bisa membuat barisan pertahanan Manchester City tersentak. Ujung tombak Ollie Watkins bisa menjadi mimpi buruk bagi Pep Guardiola kalau tidak diawasi secara ketat.

The Citizens akan menghadapi malapetaka besar apabila malam ini kembali harus menelan pil pahit. Lima kekalahan yang diderita dalam musim ini sudah terlalu banyak. Kalau sampai kalah lagi, bukan hanya Manchester City yang harus kehilangan gelar, Pep Guardiola pun terancam tergusur.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya