Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tuan Rumah dan Persiapan Tim Nasional

Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola
01/7/2023 05:00
Tuan Rumah dan Persiapan Tim Nasional
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

DELAPAN tahun prestasi sepak bola Jerman terpuruk. Dua kali berturut-turut di ajang Piala Dunia, Die Mannschaft tersingkir di babak pertama. Padahal, selama ini sepak bola Jerman identik dengan kesuksesan. Dari 20 kali keikutsertaan mereka di Piala Dunia, 12 kali mereka mampu menembus semifinal, 8 di antaranya masuk final, bahkan 4 kali menjadi juara dunia.

Dua kegagalan total terakhir pantas membuat Deutsche Fussball Bund melakukan koreksi total. Pelatih Hans-Dieter Flick dan Direktur Tim Nasional Rudi Voeller diminta menjelaskan penyebab kegagalan di Qatar tahun lalu.

Ajang Piala Eropa 2024 menjadi ukuran perbaikan yang dilakukan tim ‘Panzer’. Kebetulan Jerman kembali menjadi tuan rumah setelah terakhir mereka ditunjuk sebagai tempat penyelenggara pesta sepak bola bangsa-bangsa Eropa pada 1988, saat Jerman belum bersatu.

Namun, seperti ajang Piala Eropa 1988, menjadi tuan rumah turnamen sepak bola ibarat pisau bermata dua. Sebagai kesebelasan yang otomatis masuk putaran final, mereka tidak cukup teruji dalam kompetisi tingkat tinggi.

Franz Beckenbauer pernah merasakan bagaimana beratnya beban sebagai tuan rumah. Mantan kapten kesebelasan Jerman (Barat) yang menjadi pelatih Die Mannschaft itu harus menelan pil pahit dalam kiprah pertamanya. Jerman (Barat) gagal memboyong Piala Eropa setelah dipaksa menyerah 1-2 oleh Belanda di semifinal.

Baru dua tahun kemudian Beckenbauer mencatatkan tinta emas saat memimpin Jerman (Barat) di ajang Piala Dunia 1990. Der Kaiser menjadi orang kedua setelah Mario Zagallo yang sukses sebagai pemain dan pelatih untuk mengangkat Piala Dunia.

Mengangkat prestasi yang terpuruk bukanlah pekerjaan yang mudah. Serangkaian uji coba yang dilakukan Jerman setelah kembali dari Qatar jauh dari memuaskan.

Joshua Kimmich dan kawan-kawan hanya sekali mencatat kemenangan 2-0 atas Peru. Namun, empat pertandingan berikutnya gagal, bahkan tiga kali dipaksa menyerah oleh Belgia, Polandia, dan Kolombia.

Pelatih Hansi Flick yang sukses saat menangani Bayern Muenchen mengakui buruknya penampilan tim asuhannya. Ia menyebut kepercayaan diri para pemain setelah dua kali kegagalan menyakitkan di ajang Piala Dunia, sedang terpuruk.

Oleh karena itu, ia akan memfokuskan pada perbaikan mentalitas anak asuhannya. Flick menjanjikan Jerman yang berbeda pada September yang akan datang.

“September nanti akan menjadi penentu perubahan di tim nasional Jerman. Tiga bulan ini akan saya pakai untuk mengevaluasi pemain dan fokus mengembalikan kepercayaan diri para pemain,” jelas sang pelatih.

Pada September nanti, Jerman dijadwalkan melakukan uji coba melawan Jepang yang mengalahkan mereka di pertandingan perdana Piala Dunia 2022. Setelah itu, Die Mannschaft akan menjamu finalis Piala Dunia 2022 Prancis dan selanjutnya terbang ke Amerika Serikat untuk mencoba tim nasional tuan rumah.

 

Piala Dunia U-17

Gambaran di atas sengaja diangkat untuk melengkapi euforia yang sedang kita rasakan setelah dipercaya menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17. Peru yang ditunjuk FIFA pada 2019 sebagai tuan rumah menyatakan mundur karena tidak tersedianya infrastruktur yang memadai sebagai negara penyelenggara.

Mundurnya Peru yang baru disampaikan April lalu membuat FIFA harus segera mencari tuan rumah pengganti. Pasalnya, kejuaraan dunia dua tahunan ini harus bergulir 10 November 2023 sebab dua tahun lalu sudah batal diselenggarakan karena pandemi covid-19.

Indonesia dinilai pantas menggantikan Peru karena seharusnya tahun ini menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Enam stadion yang akan dipakai sudah ditinjau tim teknis FIFA dan dianggap layak untuk dipergunakan.

Isu politik yang mengganggu penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tidak mungkin terjadi lagi karena Israel tidak lolos di ajang kali ini. Lima tim Eropa yang mengantongi tiket ke putaran final ialah Inggris, Jerman, Prancis, Polandia, dan Spanyol.

Penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah tentunya sebuah kehormatan besar. Indonesia menjadi negara Asia Tenggara pertama yang dipercaya FIFA menjadi tuan rumah kejuaraan dunia. Sebelumnya, Thailand pernah ditunjuk sebagai tuan rumah, tetapi untuk ajang kejuaraan futsal.

Sayangnya, penunjukan itu diberikan hanya empat bulan sebelum kejuaraan dimulai. Sementara itu, selama ini PSSI alpa untuk membina para pemain muda dan lebih terfokus kepada tim nasional.

Membangun sebuah kesebelasan, apalagi untuk level kejuaraan dunia tentunya tidak seperti membalikkan tangan. PSSI memang sudah memutuskan untuk segera membentuk tim. Pemilihan pemain akan segera dilakukan di sembilan kota di seluruh Indonesia.

Para pemain yang terpilih kemudian akan mengikuti pemusatan latihan nasional yang akan dilakukan di Eropa. Pelatih kepala yang ditunjuk untuk menangani tim Indonesia U-17 ialah mantan pemain nasional Bima Sakti.

Tantangan pertama yang dihadapi ialah tidak adanya pencari bakat berkualitas yang Indonesia miliki. Padahal, pencari bakat ialah sosok yang paling dibutuhkan untuk melihat potensi seorang pemain sebelum kemudian diasah pelatih. Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo ketika ditemukan pencari bakat, sosoknya tidaklah meyakinkan. Namun, para pencari bakat itu melihat ada sebuah enigma besar dalam diri kedua pemain muda itu dan terbukti keduanya menjadi megabintang sepak bola.

Tantangan kedua ialah mengasah teknik sepak bola para pemain muda dalam waktu empat bulan. Bahkan, dengan berjalannya waktu mungkin hanya dua bulan yang tersedia bagi pelatih untuk memoles pemain asuhannya.

Saat yang bersamaan, pelatih harus mengajarkan sistem permainan. Dalam waktu yang sangat mepet, pemain harus mengerti sistem pertahanan, transisi dari bertahan menjadi menyerang, belajar memindahkan blok permainan, serta variasi menerobos pertahanan lawan, baik melalui serangan sayap maupun masuk ke jantung pertahanan lawan.

Terakhir yang tidak kalah penting untuk menjadi perhatian ialah peningkatan kondisi fisik para pemain. Dibutuhkan pelatih fisik yang paham bagaimana mengangkat kebugaran pemain dalam waktu yang relatif pendek tanpa harus menimbulkan fatigue pada otot pemain, khususnya pada saat kejuaraan berlangsung.

Penampilan tim Indonesia U-17 di kejuaraan dunia tentunya pengalaman yang sangat berharga seperti dulu pernah dirasakan Bambang Nurdiansyah dan kawan-kawan di Piala Dunia U-20 di Tokyo pada 1979. Ibarat sebuah mission impossibile, pelatih Bima Sakti fokus saja pada hal terbaik yang bisa dikerjakan. Itu karena lawan-lawan yang harus dihadapi bukan saja sudah teruji dalam persaingan yang ketat untuk tampil di kejuaraan dunia, melainkan juga teruji dalam kompetisi kelompok umur yang bergulir secara rutin.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya