Sensasional di Muenchen Beringas di Paris

Deden Muhamad Rojani
25/8/2020 03:15
Sensasional di Muenchen Beringas di Paris
Petugas pemadam kebakaran Kota Paris, Prancis, berusaha memadamkan mobil yang terbakar di dekat Champs-Elysees, kemarin dini hari.(AFP/Sameer Al-DOUMY)

PEMUJA Die Roten--sebutan Bayern Muenchen--harus mengerem luapan kegembiraan tim kesayangan mereka memenangi Liga Champions 2019/2020, Minggu malam waktu Muenchen, Jerman, atau kemarin dini hari. Perayaan tersebut diawasi aparat kepolisian dengan ketat sesuai protokol kesehatan dengan aturan jarak sosial di seluruh penjuru kota.

Dengan berjarak 700 kilometer, di Paris, Prancis, pendukung Les Parisiens--julukan Paris Saint-German-- meluapkan kesedihan dengan lontaran gas air mata dari aparat keamanan. Kerusuhan mengiringi kegagalan PSG memenangi gelar Liga Champions pertama sepanjang sejarah klub itu. Sedikitnya 150 orang harus ditangkap petugas ibu kota Prancis.

AFP/Sameer Al-DOUMY

Pendukung PSG beranjak meninggalkan kawasan Champs-Elysees, Paris, Prancis, seusai laga fi nal Liga Champions Eropa. Fan PSG harus mengubur asa tim pujaan mereka memenangi Liga Champions untuk pertama kali setelah ditaklukkan Bayern Muenchen 0-1 pada laga pemungkas di Stadion Da Luz, Lisabon, Portugal.

 

Di Muenchen, aparat kepolisian dikerahkan dalam jumlah besar untuk menegakkan aturan karena kondisi pandemi covid-19. Gelaran menonton bareng atau fans zone tidak diperbolehkan.

Akhirnya, pendukung klub berjuluk FC Hollywood itu harus rela menonton di kafe-kafe di pusat Kota Muenchen. Sebagian lagi menyaksikan layar tancap di lapangan terbuka dekat dengan Stadion Olimpiade--markas Muenchen selama beberapa dekade sebelum pindah ke Allianz Arena.

Pembatasan pun dilakukan. Jika di waktu normal bisa menampung sedikitnya dua ribu orang, kali ini hanya 500 orang saja yang menyimak laga ketika Muenchen mengalahkan PSG 1-0 lewat gol tunggal Kingsley Coman pada menit ke-59 itu.

Champions! Champions!,” teriak pendukung setelah Die Roten memastikan gelar keenam di kancah Eropa dengan elengkapi dua trofi musim ini, yakni juara Bundesliga dan kampiun Piala Jerman. Treble kedua sepanjang sejarah klub itu menyamai raihan pasukan Jupp Heyncknes pada 2013 silam.

Saat peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan, jalanan utama di kawasan Leopoldstrasse dipenuhi mobil dengan warna senada dengan bendera klub Bayern Muenchen. Kibaran bendera klub melambai memenuhi jalan. “Sangat luar biasa untuk Kota Muenchen, sensasional,” kata Tobias Rau, 27.

“Ini penampilan yang berhak kami rayakan di saat pandemi korona seperti saat ini. Namun, kami harus tetap menghormati aturan,” tambahnya.

“Ini lebih dari pantas, itu pertandingan yang sangat ketat, tetapi para pemain Bayern benar-benar menjalani musim yang luar biasa,” kata Lukas, 31.


Tangkap 150 orang

Di kompleks Stadion Parc des Princes, Paris, 5 ribu pendukung menyalakan suar dan bernyanyi sebagai penyemangat.

Tidak seperti Muenchen, jarak sosial di dalam dan luar lapangan dilupakan karena penggemar berharap merayakan trofi pertama Liga Champions bagi PSG.

“Mereka membuang terlalu banyak peluang dan sayang kami gagal di final,” kata Nicolas Mounier saat ia meninggalkan stadion dengan damai.

AFP/Alain JOCARD

Seorang suporter Paris Saint-Germain (PSG) berdiri di dekat tabung gas air mata yang masih mengeluarkan asap di kawasan Stadion Parc des Princes, Paris, Prancis.

 

“Kami kecewa. Di babak pertama, kami berada pada level permainan yang seimbang, tetapi kami membayar karena performa menurun di 20 menit pertama babak kedua,” kata penggemar PSG Anne Vaneson.

Wali Kota Paris Anne Hidalgo sebelumnya mengimbau pendukung PSG agar tidak mengulang bentrok dengan aparat keamanan setelah menang 3-0 atas RB Leipzig Jerman di semifi nal. Namun, bentrok dengan aparat dan tembakan gas air mata kembali terjadi.

Hingga kemarin, terdata 150 pendukung PSG ditangkap aparat keamanan. Perilaku membakar mobil, memecahkan kaca-kaca pertokoan, hing ga bentrok dengan polisi menjadi alasan.

Kekalahan yang menyedihkan. Namun, lebih menyesakkan lagi karena pendukung yang tidak dewasa menyikapi kekalahan. Capaian luar biasa PSG hingga tampil di fi nal semestinya tetap sebuah kebanggaan untuk Kota Paris. (Berbagai sumber/Mal/R-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya