Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Debut Sempurna Hansi-Flick

Akmal Fauzi
25/8/2020 03:10
Debut Sempurna Hansi-Flick
Pemain Bayern Muenchen melemparkan sang pelatih, Hansi-Flick, ke udara sebagai ungkapan sukacita setelah memenangi Liga Champions 2020.(AFP/Miguel A. Lopes)

KEBERHASILAN Bayern Muenchen merengkuh trofi Liga Champions seusai mengalahkan Paris St Germain, kemarin, menjadi catat an hebat pula buat Hans-Dieter Flick. Itulah puncak kegemilangan yang dia torehkan meski baru 10 bulan menukangi FC Hollywood.

Pelatih yang akrab disapa Hansi- Flick itu memang belum lama menjadi juru taktik Muenchen. Dia ditunjuk sebagai arsitek sementara menggantikan Niko Kovac yang dipecat pada November silam menyusul kekalahan telak 1-5 dari Ein tracht Frankfurt. Inilah kesempatan pertama baginya sebagai pelatih kepala di Bundesliga.

Namun, Hansi-Flick menjawabnya dengan kinerja luar biasa. Bekal pengalaman sebagai asisten pelatih timnas Jerman Joachim Loew selama delapan tahun hingga 2014 berharga betul untuk mengembalikan kejayaan Muenchen. Setelah menguasai titel Liga Jerman dan Piala Jerman, Muenchen menjadi raja Eropa dengan menyabet ‘si Kuping Besar’ untuk keenam kalinya. Sungguh sempurna.

Di bawah besutan Hansi-Flick yang kemudian dikontrak hingga Juni 2023, Die Roten memenangi 33 dari 36 pertandingan. Muenchen juga terbilang sangat produktif dengan melesakkan 42 gol dalam 10 kemenangan beruntun hingga laga fi nal Liga Champions. Mereka bahkan mampu menghancurkan raksasa Spanyol Barcelona 8-2 di perempat final.

Karena itu, tak berlebihan jika puja puji membanjiri pelatih berusia 55 tahun itu. “Kami semua bahagia bahwa kami telah memilih Hansi-Flick dan memberikan kepercayaan kepadanya,” ujar Presiden Bayern Muenchen Karl-Heinz Rummenigge.

Pujian juga disampaikan penyerang Thomas Mueller yang telah merasakan sentuhan sembilan pelatih selama 12 tahun menyandang kostum Muenchen.

“Penampilan kami tidak pernah sebaik ketika ditangani Pep Guardiola (2013-2016). Hansi-Flick selalu menjadi orang hebat, sangat jelas apa yang dia katakan kepada kami,” ucap Mueller.

“Dia mampu memecahkan masalah kami secepat mungkin setelah tiba. Dia pelatih bagus yang banyak bicara dengan para pemain dan memberikan mereka kepercayaan diri,” timpal gelandang Corentin Tolisso.

Hansi-Flick pun mengaku bangga atas pencapaian skuadnya. Mantan midfielder Muenchen dan Cologne yang gantung sepatu pada usia 28 tahun akibat cedera itu menyebut timnya menunjukkan perkembangan sangat signifikan.

“Ketika saya melihat headline (media massa) pada November, semua yang saya baca menunjukkan tidak ada orang yang takut lagi kepada Bayern. Namun, perkembangan sejak itu sungguh gila,” tandasnya.

Bagi Hansi-Flick, trofi Liga Champions ialah prestasi luar biasa. Apalagi, dia menyamai torehan sejarah pelatih legendaris Muenchen Jupp Heynckes yang sukses mencatatkan treble winners pada 2013.

Sumber: UEFA/AFP/Tim Riset MI-NRC
 

 

Hanya saja, Hansi-Flick sedikit kecewa karena kemenangan atas PSG berkat gol tunggal Kingsley Coman di menit 59 tak disaksikan langsung suporter Muenchen. Pertarungan di Estadio da Luz, Lisabon, Portugal, itu memang dihelat tanpa penonton akibat pandemi covid-19.

“Sayang suporter tidak bersama kami hari ini. Mungkin mereka akan kembali di masa mendatang, tetapi pertandingan tanpa penonton seperti ini bukanlah sepak bola yang kita pahami,” ucap Flick.

 

Sumber: UEFA/AFP/Tim Riset MI-NRC

 

Tetap bangga

Suasana berbeda terjadi di kubu PSG. Pelatih Thomas Tuchel jelas kecewa, tetapi ia masih bisa berbangga dengan perjuangan pasukannya, termasuk duo penyerang berharga 402 juta euro, Neymar dan Kylian Mbappe. “Kami ingin Neymar dan Kylian mencetak gol, tetapi kami tidak dapat meminta itu setiap waktu. Saya tetap bangga kepada mereka.”

Meski timnya kalah, bukan berarti misi yang diemban Tuchel gagal total. Setidaknya target menjadikan PSG tak hanya menjadi raja Prancis, tetapi juga diperhitungkan di kancah Eropa, lebih jelas tergambar. Keberhasilan Les Parisiens menapaki laga pamungkas Liga Champions tetaplah sebuah prestasi. Pencapaian itu bahkan tak bisa diwujudkan Carlo Ancelotti, Laurent Blanc, dan Unai Emery meski juga memiliki skuad padat bintang.

AFP/LLUIS GENE

Para pemain PSG tertunduk lemas setelah akhir pertandingan Liga Champions Eropa.

 

Lolosnya PSG ke final Liga Champions sekaligus menghapus label farmers league yang kerap dilekatkan ke Ligue 1. Nyinyiran untuk kompetisi tertinggi Prancis yang dinilai punya kualitas rendah ketimbang liga-liga top lainnya semisal Liga Primer Inggris, Seri A Italia, La Liga Spanyol, dan Bundesliga Jerman itu setidaknya tereduksi kendati PSG gagal juara. (Dmr/AFP/X-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya