Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Dulu saya ingin hidup
Bersama dia
Menyebut kembali namanya yang bersih.
Saya adalah dia.
Menjalani rutinitas —
Sembari duduk mengedit.
Saya ingat sebuah fakta
Dia cantik serupa bungkusan permen.
Dan dengan kelicikannya yang sederhana
Aya terpesona
Parasnya anggun.
Menghancurkan kejahatan:
"Saya tidak ingat... Dia juga tidak... Entahlah..."
Saya ingin menghapuskan setiap masalah:
"Perbaikilah diri masing-masing
Dan percayalah..."
... Kehidupan terus mengalir
Seperti biasanya;
Ini apa, itu apa.
Dia menolak hidup.
Tidak ingin berpaling.
Tidak ingin bergemang...
Dia tidak mau.
Saya suka,
Ketika melewati kota
Bersalju
Berkeliling dan berputar,
Tidak ada yang kukenal.
Semua seakan mati
Shaggy
Salju melayang perlahan
Dalam gaun cerpelai
Di Moskwa.
Dengan mantel mustela
Seorang siswa akan datang.
Dengan balutan cerpelai
Rumah tidak tertutup...
Saya suka melihat riak putih.
Ada lentera melayang di jalan
Terbakar.
Seolah-olah dipenuhi nyala api
Noli
Di rumah
Pelita menyala.
Bubuk-bubuk salju turun,
Saya berlari ke belakang.
Salju kusut di semak-semak...
Salju
Perlahan-lahan berguguran
Tenang —
Menutupi tanda
Jejak kaki!
"Berapa usiamu?..."
"Memang, berapa yang kamu tahu?..."
Perempuan itu melambaikan tangannya
Dan
Melantunkan lagu pahit —
Sederhana dan sendu:
"Mengapa kita perlu menghitung usia?"
Itu saja
Saya hanya bertanya. —
Dia bersulang
Untuk teman-teman yang datang.
Wajahnya memancarkan
Seberkas cahaya yang terang...
Perayaan hari ulang tahun
Bagi perempuan itu.
Tahun kelahiran
Baginya
Tidak perlu kemewahan!
Kita berjuang keras,
Begitu tenang.
Terkadang —
Keluar dari topik percakapan,
Terkadang —
Tanpa alasan.
Kita mengikrarkan sumpah persahabatan
Seperti wabah.
Kita saling iri,
Saya tidak tahu mengapa...
Kita saling memandang
Dari ketinggian imajiner,
Saya menghitung,
Teman yang lain
Sangat beruntung.
Kita tidak memaafkan kesalahan,
Cuma menyalahkan diri sendiri atas segalanya.
Kita tidak berjanji untuk bertemu.
Namun saling menelepon!
Itu semua sudah terjadi:
Pada siang hari, saya rapuh,
Ingin marah.
Telepon berdering keras:
"Apakah kamu di rumah,
Orang tua?"
Dia menjawab:
"Di rumah...
Terima kasih — saya akan senang...
Tapi..."
Lalu sejenak lesu,
Lamban,
Dan gelap gulita:
"Maaf...
Sedang sibuk...
Salam..."
Lalu saya diam dan geram.
Membanting gagang telepon
Menarik napas sejenak;
"Bung!"
Saya mendengar dering telepon di kegelapan
Kita pun muncul di tengah malam...
Dan mengingat sebuah pelanggaran.
Saya bertanya-tanya;
"Bagaimana kabar kamu?"
Hanya kudapati jawaban lesu
Dan sedih dari balkon atas.
Sesaat kita bergumam lembut:
"Sejauh ini..."
Ini adalah bagaimana terus hidup dan bertahan,
Kita bersumpah untuk sesuatu hal penting.
Mengerutkan kening dalam pikiran,
Dan saling merindukan satu dengan lainnya.
Biarkan saja
Sebagian orang menyebut kita kekanak-kanakan.
Selembar kertas
Putih bersih
Di hari keempat, —
Saya takut dengan kata-kata usang,
Seperti berada dalam kehampaan.
Baca juga: Puisi-puisi Maxim Gorky
Baca juga: Puisi-puisi Anna Akhmatova
Baca juga: Puisi-puisi Vladimir Mayakovsky
Robert Ivanovich Rozhdestvensky, lahir di Koshikha, Siberia, 20 Juni 1932 dan wafat di Moskwa, Rusia, 19 Agustus 1994. Adalah seorang penyair, penerjemah, dan penulis lagu. Pemenang Penghargaan Sastra Negara Uni Soviet (1979) dan Penghargaan Lenin Komsomol (1972), dan Peraih Ordo Lenin (1984). Sejak 1976 hingga akhir hidupnya pernah dipilih sebagai Sekretaris Persatuan Penulis Uni Soviet. Ia adalah salah satu tokoh paling cerdas dari Angkatan Puisi Rusia 60-an. (SK-1)
Kompetisi membaca puisi berbahasa Mandarin merupakan upaya mendukung program pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
LEBIH dari 1.800 pejalar dari seluruh Indonesia mengikuti lomba membaca puisi berbahasa mandarin tingkat nasional.
Rasakan emosi puisi! Pelajari citraan, kunci penyampaian perasaan mendalam melalui kekuatan kata yang memukau.
Acha Septriasa mengatakan puisi WS Rendra yang berjudul Hidup Itu Seperti Uap membantunya mendapatkan inspirasi dalam menjalani salah satu adegan di film Qodrat 2
Jelajahi puisi abadi Sapardi Djoko Damono! Temukan karya terkenal dan warisan sang penyair legendaris Indonesia.
Selami keindahan alam lewat puisi! Temukan pesan tersembunyi di balik rimbunnya hutan, birunya laut, dan gemerisik angin. Inspirasi dan refleksi menanti!
PRESIDEN Prabowo Subianto lebih memilih absen dari KTT G7 dan melakukan kunjungan kenegaraan ke Federasi Rusia pekan depan.
PRESIDEN Prabowo Subianto lebih memilih untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Federasi Rusia pekan depan dan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin
SEBUAH jet tempur F-16 milik Ukraina yang baru-baru ini dikirimkan oleh negara-negara Barat, dilaporkan telah berhasil menembak jatuh pesawat tempur Rusia, Sukhoi Su-35.
ANGKATAN Udara Ukraina mengeklaim telah menembak jatuh satu unit jet tempur canggih milik Rusia, Sukhoi Su-35, di wilayah Kursk pada Sabtu (7/6) waktu setempat.
Rusia menyatakan siap memberikan suaka politik kepada Elon Musk di tengah ketegangan dengan Donald Trump.
Sebuah jet tempur Su-35 milik Rusia ditembak jatuh dalam sebuah operasi udara di arah Kursk pada Sabtu (7/6) dini hari waktu setempat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved