Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
Sketsa paragraf berontak memenuhi pikiran
pena-pena menelisik ruang yang bergejolak
lisensi puitika menjelma hening tak berirama
rima-rima; tak tersusun rapi di setiap baris
layaknya semesta, sekiranya sama saja
detik-detik bangunkan ilusi, delusi, dan fiksi
memanipulasi kata atau menulis tanpa logika
aku berada di dalam ruang tanpa nuansa
hening dengan sederetan kebahagiaan
setelah hujan hanyalah perihal tenang
tak ada yang abadi selain benda mati
Tak aku selain tanpamu
tak cinta sebelum luka
tak cium selain ludah
tak nafsu selain siksa
kau ada bersama duka cita
kata-kata menemani fatamorgana
telinga tersayat nyanyian sengsara
kau pikir menulis puisi itu berguna, toh? Coba saja!
2023
I
Aku yang menyerah,
pasrah dilingkar dimensi,
akrab dengan jengah,
keterbatasan sana sini.
Ini semua tentang energi,
penyusun segala materi,
yang hidup lekas mati
menuju wujud sejati.
II
Andai kuduga maka kucoba
semua cabar dan rohani ada artinya
janji kucoba, janji kuduga
tiap-tiap sukar, tiap-tiap sempurna
kini kukail nikmat, namun dosa kian dekat
kini kutangguk bahagia, namun tertampung derita
kini kujala doa, namun tertaburi pahala
oh Tuhan
dan selagi hati belum mati
dan selagi rasa menapak di dada
dan selagi jiwa mendamba cahaya
dan selagi jasad menuntut nasihat
dan selagi hidup menyelubungi sejahtera
dan selagi itu Kau kupanggil Yang Maha Esa.
2023
Kesepian serupa perjalanan
dari satu dada ke dada lain
Ada dada
yang bergelombang
seperti ombak di pangandaran
Kesepian tak pernah diam
selalu digetarkan peledak ikan
ikan yang melahirkan anak plastik
Perjalanan sepi tak bisa terhenti walau kita
telah berhenti dari derasnya gelombang dada
dan ciuman-ciuman berduri
Perjalanan sepi juga tak kunjung tiba
walau sudah diantar waktu yang panjang.
2023
Selagi hidup menyelubungi sejahtera, selagi itu pula Kau kupanggil Yang Maha Esa.
Pernah
betapa perih
perpisahan terjadi
sampai api di tenggorokanku
menyiangkan malam
ingin sekali
aku pecahkan dunia
dengan teriak
kecewa
penuh
sakit!
2023
Sejauh kembaraku di pelataran sunyi
aku dapat menangkap kata-kata dalam diam
dan melihat seluruh umat hening;
di antara saluran suara
yang membungkam kehidupan mereka,
atau mungkin mulutku
menyimpan makna kosong
hingga terbuang sia-sia.
2023
I
Suam-suam di leherku; mengalir dari dingin ke suhu panas, dari gigil ke lidah kebas. Gigi-gigi bertetakan dan berjegal-jegalan di daguku.
II
Kemarin dulu, saat mengepal kain handuk untuk membasuh pikiran. Aku mengawang; apakah masa depan hanyalah ribuan kali dari nasib ketidakjelasan? Ingatan itu selalu acak, mendorong mundur pun menarik jatuh. Seluruh tangis dan sepasang tangan yang sedang bekerja saling mengerti dan memahami. Bagaimana cara menjinakkan paru-paru dengan bantuan selang tabung agar menyudahi keluh bisuku menanggalkan kematian. Ah! Tetapi aku ingin memilih pulih, aku enggan mati di ruangan ini!
2023
Baca juga: Sajak-sajak Shabrina Adliah
Baca juga: Sajak-sajak Randa Yudhistira
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia
Rifqi Septian Dewantara, pemuisi dan pegiat sastra, lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur, 2 Mei 1998. Alumnus Telkom University, Bandung, Jawa Barat. Karya-karyanya tersebar di sejumlah media daring. Kini bergiat dan berkarya di Balikpapan. (SK-1)
Kata 'kofe' sendiri berarti kondisi awal gigi balita yang tumbuh pertama kalinya. Ia kemudian goyang dan jatuh sehingga terlihat ompong.
Kulit putih, bulu mata lentik. Kata orang itu cantik. Menurutku kita lebih manis.
Petersburg, aku kan kembali bersama belahan jiwa. Mengulang janji suci kami di altar dulu
Kebebasan pun beterbangan di mana-mana serupa tarian angsa.
Mungkin aku yang terlalu ingin melindungimu, namun membuatmu merasa tidak nyaman.
Saat bibir-mu terbuka sedikit, amboi, betapa itu membuatku kasmaran.
Aku menyeberangi batas pantai di antara kebajikan dan kejahatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved