Puisi-puisi Apollon Maikov

Aku Ingin Menciummu 

Aku ingin menciummu, 
tapi cemas tuk menunggu sebulan lagi, 
mataku menengok bintang-gemintang; 
sebuah bintang jatuh dari langit pekat 
dan mengabarkan ke laut biru, 
laut biru memberitahukan dayung, 
dayung menyerantakan Yani, si nelayan 
lalu Yani menceritakan kepada Mara; 
pada saat Mara mengetahuinya — 
semua orang juga ikut mengendus di sekitarnya, 
bagaimana aku sebut namamu di malam purnama 
membiarkanku masuk ke taman yang harum, 
bagaimana aku membelai dan menciummu 
bagai pohon apel perak 
menghujani kita dengan bunga-bunganya. 


Mimpi di Malam Pertengahan Musim Panas 

Aku tak pulas tidur semalam, 
mendadak bangun, membuka jendela… 
malam bisu menyiksa dan membakarku, 
aroma bunga begitu memabukkan. 

Tiba-tiba semak-semak berdesir 
di bawah jendela, tirai terbuka, berisik — 
seorang pemuda terbang ke arahku, 
wajahnya cerah bagai cahaya bulan. 

Terang pecah di dinding kamarku 
tiang-tiang di belakang terbuka; 
ada untaian berbinar di piramida 
vas mawar pualam bersinar… 

Tamu misterius itu mendekati tempat tidurku 
dan berkata dengan senyum lembut; 
"Mengapa kau lempar aku dengan bantal 
kau sesal seperti ikan yang ciut! 

Lihat ke sekeliling — akulah dewa, zat penglihatan dan mimpi, 
sahabat rahasia si perawan yang pemalu… 
membawa sukacita surgawi tuk pertama kalinya 
bagimu dan ratuku..." 

Dia bicara — merobek wajahku 
dengan bantal panjang di tangan, 
ujung pipiku dicium dengan hangat, 
dia mendekati mulutku dengan mulutnya… 

Pelan-pelan, aku lelah… 
lengan terbuka di dada… 
kudengar suara aneh; "Kau milikku! Kau milikku!" — 
seperti bunyi harpa nun jauh… 

Jam-jam berlalu... kubuka mata… 
damai meredup saat fajar menyingsing… 
aku sendiri, tubuh gemetar, jalinan berkembang… 
tak tahu apa yang telah terjadi padaku… 


Wahai orang pemberani! Percayalah pada cinta sebab ia mendatangkan kebahagiaan. 


Cintailah Aku Tanpa Pikir Panjang 

Fortunata 
cintailah aku tanpa pikir panjang, 
tanpa kerinduan, tanpa kefatalan, 
tanpa celaan, tanpa keraguan kosong! 
Apa yang perlu dipikirkan? Aku milikmu, kamu milikku! 

Lupakan, tinggalkan, serahkan dirimu padaku! 
Jangan menatapku dengan sedih! 
Jangan coba mengurai apa yang ada di hati! 
Berikan dirimu seutuhnya kepadaku — lalu pergilah! 

Aku enggan menghitung dan mengukur cintamu; 
tidak pernah, sebab seluruh jiwaku mencintaimu. 
Aku suka tertawa, bersumpah, dan percaya… 
ah, betapa baiknya hidup ini, sayangku!.. 

Percayalah pada cinta, bahagia itu ada, 
yakinlah sepertiku, wahai orang pemberani, 
kami selalu ada bersamamu dan akan  
mengecup keningmu selamanya… 


Malaikat dan Iblis 

Dua kekuatan roh menimbulkan 
perselisihan bagi seseorang pria: 
Roh pertama ialah penjaga pintu Taman Eden, 
sang malaikat abadi sejak dahulu kala. 
Roh kedua ialah kejahatan, 
si penguasa dunia suram: 
hidup di atas porfiri berapi-api
dengan dua sayap api menyala-nyala. 

Namun kemenangan berpihak kepada 
pria yang terlahir dari debu, benarkah? 
Ia akan membeli mahkota palem abadi 
atau secawan anggur, mungkinkan? 
Malaikat Tuhan selalu tenang dan jernih: 
sinar kerendahan hati menyertainya, 
namun iblis yang sombong itu sangat cantik, 
begitu bersinar dan berdaya tipu kuat! 


Baca juga: Puisi-puisi Anna Akhmatova
Baca juga: Puisi-puisi Yevgeny Yevtushenko
Baca juga: Puisi-puisi Boris Pasternak

 

 

 

 


Apollon Nikolaevich Maikov, penyair, lahir di Moskwa, Kekaisaran Rusia, 4 Juni 1821. Dia adalah anggota kehormatan Akademi Saint Petersburg dan pesastra pasca-Pushkin. Pada 1837, masuk kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Saint Petersburg. Menulis puisi liris untuk didedikasikan bagi seni, sejarah, dan alam. Sejumlah antologi puisinya Maikov yang terkenal, yaitu Dua Takdir, Katedral Clermont, dan Masha. Dia meninggal di Saint Petersburg, 20 Maret 1897. Puisi-puisi Maikov diterjemahkan oleh Iwan Jaconiah, penyair, editor puisi Media Indonesia, dan kurator antologi puisi Doa Tanah Air: suara pelajar dari negeri Pushkin (Pentas Grafika, Jakarta, 2022). Ilustrasi header: G Perov, Potret A N Maikov (1872), Biblioteka Lenina. (SK-1)