Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENANGANAN kasus pembunuhan Vina Dewi Arsita alias Vina Cirebon dan Muhammad Rizky alias Eky, yang terjadi pada 2016, semakin menjadi sorotan. Kasus ini kian rumit setelah penetapan tersangka Pegi Setiawan dinyatakan tidak sah oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung.
Tujuh terpidana dalam kasus ini berusaha membebaskan diri dari hukuman seumur hidup. Mereka melaporkan saksi Aep dan Dede ke Bareskrim Polri serta berencana mengajukan peninjauan kembali (PK) ke Mahkamah Agung (MA).
Seorang pakar Hukum Pidana dari Universitas Trisakti Abdul Fickar Hadjar menyoroti kasus ini sebagai contoh dari fenomena no viral, no justice, di mana penanganan hukum sering kali tergantung pada seberapa viralnya sebuah kasus.
Baca juga : Kompolnas Pantau Laporan Terhadap Aep dan Dede oleh 7 Terpidana Kasus Vina
"Ketika suatu peristiwa pidana tidak mendapat perhatian publik atau tidak menjadi viral, penanganan kasusnya sering kali terbengkalai," ujar Abdul Fickar, pada Minggu (14/7)
Abdul Fickar juga mengkritik sikap terburu-buru dari penyidik Polri dalam menangani kasus ini. Menurutnya, tekanan untuk mencapai target kinerja bisa menyebabkan penanganan yang kurang hati-hati dan merugikan pihak lain.
"Kita memiliki instrumen hukum seperti praperadilan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) untuk memastikan bahwa tindakan paksa oleh kepolisian dalam penyidikan harus sah secara hukum," tambah Abdul Fickar.
Dia juga menyerukan perbaikan dalam rekrutmen dan pelatihan para penyidik, serta pengawasan yang lebih ketat terhadap tugas-tugas mereka.
"Polisi adalah garda terdepan negara dalam berhadapan dengan masyarakat, oleh karena itu mereka harus beroperasi dengan penuh penghormatan terhadap HAM," pungkas Abdul Fickar. (Z-10)
Kartini mengaku akan terus berjuang membela anaknya
Kompolnas menegaskan Polda Jawa Barat tidak menghapus dua nama tersangka, Andi dan Dani, dari daftar pencarian orang (DPO) kasus pembunuhan Vina dan Eky.
Kompolnas menyatakan tidak ada kelalaian yang dilakukan oleh Kapolresta Cirebon dalam penanganan kasus pembunuhan Vina dan Rizky alias Eky tahun 2016.
Dalam praperadilan di PN Bandung, kuasa hukum Pegi Setiawan mengungkapkan ciri-ciri sosok dalam DPO terkait kasus pembunuhan Vina Cirebon berbeda dengan yang menjadi tersangka.
Hakim Tunggal PN Bandung, Eman Sulaeman, mengabulkan gugatan praperadilan Pegi Setiawan terkait penetapan dirinya sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Vina dan Eki di Cirebon.
Pakar hukum pidana dari Universitas Brawijaya, Fachrizal Afandi, menyatakan Pegi Setiawan berhak mengajukan ganti rugi kepada Polda Jawa Barat setelah keputusan praperadilan.
SETELAH lebih dari dua tahun, misteri kematian ibu dan anak di Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat, akhirnya terungkap.
Kepolisian dinilai telah mengungkap kasus kematian ibu dan adiknya secara profesional dan terang benderang.
Pra peradilan diajukan karena hingga saat ini polisi belum menunjukan dua alat bukti yang menyeret keterlibatan Yosep dalam kasus itu
Kasus temuan mayat laki-laki terikat lakban terjadi pada 7 November 2023 sekitar pukul 22.00 WIB. Korban ditemukan di dalam mobil minibus berwarna putih dengan nomor polisi B 1774 EYF.
Pada rekonstruksi kali ini, tersangka Yosep sendiri yang memerankan kejadian pembunuhan itu..
Berdasarkan keterangan para saksi terdapat luka robek di bagian perut korban
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved