Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Ini Tahapan yang Perlu Diantisipasi Terjadi Kecurangan Pemilu

Indiryani Astuti
04/2/2024 16:45
Ini Tahapan yang Perlu Diantisipasi Terjadi Kecurangan Pemilu
Kotak surat suara Pemilu 2024(Antara/Arif Firmansyah)

SELAIN hari pemungutan suara pada 14 Februari 2024, perhitungan suara dianggap merupakan titik krusial dalam proses pemilihan umum (pemilu). Pendiri Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti mengatakan pada tahapan ini rawan terjadi manipulasi mulai dari penggelembungan suara, jual-beli suara hingga manipulasi suara tidak sah yang bisa mengubah hasil pemilu.

“Modus-modusnya menjadikan suara berpindah, hangus atau bertambah. Ini harus diperhatikan,” ujar Ray dalam diskusi tertajuk “Pemilu 10 Hari Lagi, Berpacu dalam Damai” yang digelar di Kantor Forum Masyarakat Peduli Parlemen, Jakarta, Minggu (4/2).

Peran Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sangat penting untuk memastikan, mengawasi, dan mengantisipasi modus-modus baru yang berpotensi menjadi kecurangan pemilu

Baca juga : Lawan Kecurangan, Timnas Amin Terapkan Saksi Berlapis

Ray mengatakan masyarakat mengharapkan pemilu tidak hanya berlangsung baik dan damai, tetapi kualitasnya meningkat. Selain itu, para saksi dari partai politik ataupun pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, diharapkan memantau saat perhitungan suara dilakukan.

“Mengantisipasi kemungkinan terjadinya patgulipat suara,” ucap Ray.

Di tempat yang sama, Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Lucius Karus mengatakan, menjelang 10 hari pemungutan suara, hawa persaingan antarpasangan calon akan semakin panas. 

Baca juga : Bawaslu Akui Kurang Pasukan Awasi Kampanye Akbar

Sebab, para pasangan calon akan berusaha lebih unggul dari kontestan lain. Masyarakat sipil mendorong semua kontestan dan pemilih menjaga situasi agar damai dan kondusif.

“Hanya dalam situasi itu kita bisa menentukan pilihan dengan suara hati dan kebebasan sebagai warga negara,” ucap Lucius.

Masyarakat pemerhati pemilu menilai hingga sejauh ini belum ada prakondisi yang memicu kekhawatirkan adanya pembelahan di masyarakat seperti pada pemilu 2014 dan 2019. 

Baca juga : Bawaslu Terima Total 704 Laporan Pelanggaran Pemilu

Menurutnya masyarakat lebih dewasa dalam berdemokrasi begitu pula para paslon dan tim sukses. Lucius menganggap para paslon dan tim sukses lebih banyak saling menyerang mengenai program masing-masing, bukan kampanye hitam.

“Masing-masing tim sukses dan paslon lebih banyak mengenai wacana soal program,” ucapnya.

Ia juga mengingatkan pada tiga hari menjelang masa tenang yakni 8,9,10 Februari 2024, akan ada kampanye terbuka yang dilakukan tanpa zona, sehingga dalam satu kota bisa ada lebih dari satu pasangan calon melakukan kampanye. 

Baca juga : KPU Respons Dugaan Pengerahan Aparat dalam Pemasangan Baliho Capres

Penumpukan massa, ujarnya sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, penyelenggara pemilu berkoordinasi dengan aparat keamanan.

“Jumlah massa yang menumpuk, kalau tidak diatur dengan baik tensi bersaingan bisa berimbas pada pemilih (gesekan di bawah),” ucap Lucius.

Lalu mengenai momentum paling rawan yakni pemungutan suara dan setelah perhitungan suara umumnya ada hasil hitung cepat pemilu yang sudah mulai ditayangkan di televisi. Menurutnya para kandidat sebaiknya untuk mulai mempersiapkan diri menerima kemenangan atau kekalahan.

Baca juga : DKPP Janji Respons Cepat Kecurangan Rekrutmen Penyelenggara Pemilu, Asal Ada Aduan

“Semua kembali pada kesiapan mental dari para calon,” tukasnya. (Z-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya