Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BANTUAN sosial (bansos) di awal tahun ini terlihat sangat masif dilakukan oleh pemerintah terlebih di tengah masa kampanye politik. Hal itu rawan terjadinya politisasi. Sebut saja bansos beras, Bantuan Pangan Nontunai (BPNT), bantuan ganti rugi petani yang gagal panen akibat banjir, dan Program Keluarga Harapan (PKH) sudah dikucurkan sejauh ini. Bansos ini juga langsung diserahkan oleh Presiden Jokowi.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai bahwa saat ini, seharusnya pembagian bansos dikoordinasikan oleh salah satu kementerian atau lembaga saja, guna mencegah politisasi.
“Menurut saya idealnya pembagian bansos dikoordinasikan satu kementerian seperti Kemensos untuk menyinergikan bansos yang tersebar di berbagai K/L sekaligus menghindari politisasi. Walaupun politisasi tidak dapat dihindarkan tapi ada kontrol kalau hanya dilakukan di satu kementerian,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Kamis (25/1).
Baca juga: Jokowi Harus Hentikan Aksi Bagi-Bagi Bansos, Kembalikan ke Kemensos
Lebih lanjut, dia juga menambahkan bahwa saat ini tidak terdapat aturan yang jelas terkait pembagian bansos yang dilakukan oleh pemerintah. Ketidakjelasan regulasi ini otomatis membuat celah hukum dalam hal pembagian bansos, sehingga bansos akan sangat mudah untuk dipolitisasi terlebih dalam tahun politik.
“Jadi bukan hanya siapa yang berwenang membagikan tapi prosedur pembagian harus ada SOP nya. Jadi kalau ketika pembagian ada mengatasnamakan partai atau capres tertentu itu akan mendapatkan sanksi. Jadi aturannya harus jelas serta penegakkan hukum kalau terjadi pelanggaran,” tegas Faisal.
Baca juga:
Mahfud MD: Bansos Itu dari Negara, bukan Kemurahan Seseorang
Secara terpisah, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto mengatakan bahwa penyaluran bansos dengan sistem yang ada sebetulnya sudah tertata dengan baik. Terlebih sebagian besar bansos dalam bentuk cashless artinya bantuan diberikan ke rekening penerima.
Terkait dengan politisasi bansos, dia menekankan bahwa hal itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan sudah menjadi hal yang lumrah, terlebih menjelang pemilu.
“Kalau tujuan bansos untuk kepentingan politik sesuatu yang tidak bisa dihindarkan apalagi dalam situasi seperti saat ini. Hal seperti ini memang lumrah terjadi bahwa menjelang pemilu atau pilkada terjadi peningkatan bansos,” ujar Teguh.
Teguh menjelaskan bahwa bansos sendiri adalah salah program yang menjadi bagian dari social security atau perlindungan sosial. Fungsi bansos adalah untuk meringankan beban hidup dan memberikan perlindungan bagi kelompok miskin dan rentan agar tidak jatuh miskin atau semakin miskin.
“Program bansos di Indonesia di mulai sejak krisis 1998 dan terus dikembangkan di zaman Pak SBY. Pak Jokowi menyempurnakan dan memperluas jangkauan penerima bansos,” tuturnya.
Di Indonesia program bansos berupa bantuan pangan, subsidi energi, pendidikan, kesehatan, dan PKH. Hampir sebagian besar negara di dunia memiliki program bansos dengan berbagai bentuk.
Teguh menegaskan bahwa pemberian bansos di Indonesia masih banyak hal yang perlu disempurnakan antara lain meningkatkan ketepatan sasaran penerima, strategi kelulusan dari program, pengembangan program/program baru, serta mendorong sistem yang lebih adaptif dan inklusif.
Baca juga:
Timnas Amin Minta DPR Panggil Menteri yang Bagi-bagi Bansos
Sementara itu ketika ditanyakan mengenai regulasi dalam pembagian bansos dan politisasi bansos, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meminta untuk bertanya kepada Kementerian Sosial.
“Coba tanyakan dulu ke Bu Mensos,” ujar Muhadjir.
Pihak dari Kemensos sendiri ketika dihubungi sampai dengan saat ini masih belum memberikan tanggapan mengenai persoalan ini. (Des/Z-7)
SINYAL Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) bergabung ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kian gencar.
PENGAMAT Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi menyoroti momen akrab Presiden Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri India Narendra Modi.
TIM Hukum DPP PDI Perjuangan (PDIP) menyatakan telah mendapat informasi bahwa Sekretaris Jenderal (Sekjen) Hasto Kristiyanto sudah ditarget agar masuk penjara
Hendri Satrio berpendapat, sudah saatnya semua misteri yang menyelimuti demokrasi bangsa ini dibuka agar tidak ada lagi penyanderaan dalam politik.
KETUA DPP PDIP Ronny Talapessy mengatakan penetapan Hasto Kristiyanto sebagai tersangka dalam kasus suap Harun Masiku kental muatan politis.
ANGGOTA Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Muhammad Kholid menyoroti RUU perampasan aset yang saat ini belum dibahas kembali oleh DPR RI. Perlu masuk menjadi hal prioritas
Megawati kembali mengungkit soal kekalahan Ganjar Pranowo-Mahfud Md dan meyakini bahwa ada kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif
PARTISIPASI pemilih pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Kota Padang tahun 2024 tercatat hanya 49 persen dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT).
KETUA PARA Syndicate Ari Nurcahyo menyebut Pilkada Serentak 2024 merupakan pertarungan antara Prabowo Subianto, Joko Widodo, dan Megawati Soekarnoputri.
Pentingnya kepedulian anak-anak muda terhadap perhelatan pilkada mendatang.
DINAMIKA politik jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 kian panas. Adanya pertemuan antara Joko Widodo dengan salah satu pasangan calon Pilkada Jakarta,
Elektabilitas Rido unggul dari kandidat lain karena pengaruh pemilih Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved