Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

PARA Syndicate: Pilkada 2024 Pertarungan Segitiga Politik antara Prabowo, Jokowi dan Megawati

Ficky Ramadhan
26/11/2024 17:12
PARA Syndicate: Pilkada 2024 Pertarungan Segitiga Politik antara Prabowo, Jokowi dan Megawati
Momen kebersamaan Megawati Soekarnoputri dengan Joko Widodo(MI/Adam Dwi)

KETUA PARA Syndicate Ari Nurcahyo menyebut Pilkada Serentak 2024 merupakan pertarungan politik antara Prabowo Subianto, Joko Widodo, dan Megawati Soekarnoputri. Situasi ini dinilai masih sama seperti Pilpres 2024 beberapa waktu lalu. 

Ari mengatakan pelanggaran etik serta kepentingan-kepentingan politik tersebut masih terlihat di beberapa daerah. Praktik itu dilakukan bukan hanya pasangan calon (paslon) yang bertarung dalam Pilkada, namun masih banyak elite politik nasional yang terlibat.

"Berbicara Pilkada, misalnya pemilihan di Jakarta, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat, itu sulit dilepaskan dari hanya pertarungan antar paslon dalam pemilihan gubernur, tapi juga merupakan pertarungan elite politik nasional," kata Ari dalam diskusi bertajuk "Selamatkan Pilkada, Selamatkan Demokrasi: Tolak Kriminalisasi, Cawe-Cawe, dan Politik Uang" di kantor PARA Syndicate, Jakarta, Selasa (26/11).

Ari mengatakan yang paling mencolok dalam pertarungan elite politik nasional diluar paslon Pilkada adalah pertarungan antara Prabowo Subianto, Joko Widodo, dan Megawati Soekarnoputri, yang disebut 'segitiga politik'.

Menurutnya, segitiga politik antara Prabowo Subianto, Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri masih berlangsung dan dalam hal ini juga terdapat relasi politik antara Prabowo Subianto dengan Joko Widodo. 

"Saya membandingkan dalam bentuk segitiga ini yang sekarang banyak terjadi, misalnya di Jawa Tengah dan kemudian di Jakarta," tuturnya.

Lebih lanjut, Ari menilai, jika pertarungan tersebut masih terus berlangsung dan mengulang keburukan pada proses Pilpres kemarin akan membuat demokrasi di Indonesia semakin buruk.

Ia berharap, pertarungan serta keburukan pada proses Pilpres tersebut dapat dihentikan agar gelaran Pilkada 2024 bisa berjalan demokratis, berintegritas, dan netral, sehingga demokrasi di Indonesia ke depannya bisa membaik.

"Kalau pilkada ini bisa menjunjung demokrasi kita, bisa menghadirkan pilkada serentak yang demokratis dan berintegritas, tidak cawe-cawe, netralitas, dan tidak ada permainan aparat, insya Allah demokrasi kita kedepan akan membaik," tuturnya. (P-5)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akmal
Berita Lainnya