Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PERNYATAAN politikus PDIP Adian Napitupulu atas renggangnya hubungan Jokowi dengan PDI Perjuangan dinilai membuka tabir yang selama ini menutupi konflik antara Presiden Joko Widodo dan PDI Perjuangan. Di sisi lain, saat ini Gibran Rakabuming Raka juga sudah berbeda jalur dengan PDIP dengan menjadi cawapres Prabowo Subianto.
Pakar komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menilai sikap PDIP, khususnya Megawati Soekarnoputri, pada Jokowi sebagai kewajaran.
"Tentu dilihat dari runutan PDIP ke Pak Jokowi selama ini ya wajar saja kalau PDIP, khususnya Ibu Mega itu kecewa terhadap Pak Jokowi. Karena selama ini kepentingan Pak Jokowi diakomodir oleh Ibu Mega," terangnya.
Baca juga: Ketiga Pasangan Bacapres-bacawapres Lolos Tes Kesehatan
Menurut Jamiluddin, Megawati menginginkan jawaban yang jelas dan tegas dari Jokowi atas kondisi saat ini, termasuk majunya Gibran menjadi cawapres Prabowo.
"Tentu Ibu Mega menginginkan jawaban lugas dari Pak Jokowi, agar persoalan antara Jokowi dan Megawati bisa lebih diredam.Artinya Pak Jokowi idealnya datang menemui Megawati untuk menjelaskan duduk persoalan hingga memberi sign pada anaknya untuk cawapresnya Prabowo," lanjutnya.
Baca juga: Amien Rais Sebut Gibran Milenial Gadungan
Jika kondisi itu berlanjut dan konflik semakin tajam, bisa jadi akan mengakibatkan terganggunya stabilitas politik nasional. Oleh sebab itu, Jokowi disarankan untuk mengambil inisiatif lebih dahulu untuk meredam konflik tersebut.
"Kalau Pak Jokowi tidak sowan dan menjelaskan hal sesungguhnya terkait Gibran, saya pikir eskalasi politik antara Ibu Megawati dan Pak Jokowi akan meningkat. Yang saya khawatirkan justru nanti pada puncaknya itu bisa memutus, patah arang," tandasnya.
Mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta itu juga mengkhawatirkan kekecewaan PDIP akan berimbas pada penarikan dukungan PDIP terhadap pemerintahan Jokowi.
"Kalau itu terjadi tentu akan mengganggu stabilitas politik nasional, apalagi kalau misalnya Megawati menarik menterinya dari kabinet, bisa melumpuhkan politik nasional. Tidak menutup kemungkinan Jokowi akan berada di posisi yang sangat lemah kalau seandainya PDIP sudah marah sampai di ubun-ubun," ujarnya.
Sementara itu, pengamat politik dari BRIN, Prof Lili Romli mengatakan, PDIP akan fokus kepada pemenangan capres Ganjar Pranowo-Mahfud MD, ketimbang ‘melihat ke belakang’.
“Jika mengikuti sikap Ibu Megawati yang selama ini tidak abu-abu, selalu hitam putih, tampaknya memang fokus pada pemenangan PDIP dan pasangan Ganjar-Mahfud,” ujar Prof Lili, hari ini (27/10).
Hubungan konflik PDIP dengan Jokowi, kata Lili, mencapai titik kulminasi ketika Gibran resmi dideklarasikan oleh capres Prabowo Subianto.
“Meski Ibu Mega, Puan dan para kader PDIP tahu ada tanda-tanda akan menyebrang, apalagi dengan putusan MK yang mengabulkan itu, mereka mencoba dan berharap itu tidak akan terjadi. Namun ketikan Gibran bersedia menjadi cawapresnya Prabowo, tentu mereka, antara kecewa dan marah,“ jelas Lili.
Namun kemarahan itu tidak tampak pada wawancara-wawancara bersama Ketua DPP PDIP Puan Maharani maupun elite PDIP. Mereka cenderung lebih tenang dan dewasa.
“Kenapa perasaan kecewa dan marah itu tidak diekspresikan secara terbuka oleh ibu Puan, saya kira itu menunjukkan kematangan politiknya. Ia tidak perlu menunjukkan itu, karena toh ekspresi kemarahan itu sudah banyak dikemukakan oleh banyak kader PDIP, seperti oleh Adian, FX Rudy, dan lainnya,” imbuh Lili.
Maka, saat Gibran ‘hanya pamit’ dari PDIP, atau kader PDIP Adian Napitupulu yang menyebut Presiden Jokowi kecewa karena wacana tiga periode tidak ditanggapi, elite PDIP membantahnya.
“Sementara baik Ibu Mega, Puan maupun Sekjen PDIP tidak ikut-ikutan, karena yang dihadapi berbeda. Jika sebelumnya, yang dihadapi kader biasa, seperti Budiman atau Pak Simbolon, sekarang yang dihadapi adalah langsung Presiden. Tentu ada hitung-hitungannya atau kalkulasi politik. Untung dan ruginya,” tandas Lili.
Baik Presiden Joko Widodo dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri adalah ‘king maker’. Renggangnya hubungan mereka, beralihnya dukungan para relawan, juga taktik untuk menjadikan Gibran Cawapres, merubah peta politik di Indonesia.
Jelang Pilpres 2024, ada tiga pasangan yang akan berlaga. Mereka adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Koalisi Perubahan), Ganjar Pranowo-Mahfud MD (PDIP) dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming (Koalisi Indonesia Maju). (RO/Z-7)
Apakah teror itu terkait dengan penguasa? Apa pula yang seharusnya dilakukan pemerintah agar pers dan rakyat punya jaminan keamanan dan kebebasan?
Presiden Prabowo Gunakan Hak Pilih di Pilkada 2024
Presiden Terpilih, Prabowo Subianto Sapa Masyarakat
Bagaimana dengan kepentingan rakyat yang punya suara berbeda? Siapa saja yang bakal menduduki kursi-kursi menteri atau badan-badan negara yang kian gemuk itu?
Presiden Prabowo Subianto mengumumkan penaikan anggaran dalam rangka meningkatkan gaji guru yang berstatus aparatur sipil negara (ASN), PPPK, dan non-ASN.
Didit Hediprasetyo mengambil inspirasi dari beskap Raden Saleh untuk seragam defile itu.
Dengan dihapuskannya PT, setiap partai pemilu bisa mengajukan capres-cawapres di Pilpres 2029. Dengan begitu, para putra terbaik bangsa punya kesempatan jauh lebih besar untuk nyapres.
Benarkah Gibran akan menjadi matahari kembar yang sinarnya meredupkan sinar presiden, yang kekuasaannya mereduksi kekuasaan Prabowo?
Apa konsekuensinya jika memang iya? Akankah Fufufafa meretakkan hubungannya dengan Prabowo sebagai presiden terpilih?
Seperti apa sebenarnya drama pengunduran diri Airlangga? Seperti apa pula kelanjutan jalan ceritanya? Ikuti pembahasannya di Ordal, Obrolan Mendalam dari Orang-orang Dalam.
Hal serupa juga terjadi dalam Pilkada 2024, ketika dua judicial review yang diajukan MK telah menjadi sorotan publik.
Selvi Ananda tampil menawan dengan mengenakan kebaya merah klasik lengan panjang dengan detail brokat bernuansa floral.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved