Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Tujuh Rektor di Bogor Minta Rakyat tidak Terprovokasi

Media Indonesia
10/5/2019 08:40
 Tujuh Rektor di Bogor Minta Rakyat tidak Terprovokasi
Tujuh rektor yang tergabung dalam Forum Rektor se-Bogor Raya mengeluarkan 7 pesan moral menanggapi kondisi Indonesia saat ini pascapemilu(MI/Dede Susianti)

TUJUH rektor dan pimpinan perguruan tinggi di Bogor menyatakan sikap dengan menyampaikan tujuh pesan atas gejolak pada kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Pesan itu disampaikan di IPB International Convention Center (IICC) Kota Bogor, Jawa Barat, kemarin.   

"Jangan sampai negara ini hancur terpecah belah hanya karena pilpres. Kami sepakat, para rektor sepakat menyampaikan tujuh pesan ini," kata Rektor Universitas Pakuan Bogor Prof Bibin Rubini.    

Ketujuh rektor dan pimpinan perguruan tinggi di Bogor itu ialah Rektor IPB Arif Satria, Rektor Universitas Pakuan Bibin Rubini, Rektor Universitas Ibn Khaldun Bogor Ending Baharuddin, Rektor Universitas Djuanda Dede Kardaya, Rektor Universitas Nusa Bangsa Yunus Arifien, Ketua STKIP Muhammadiyah Bogor Edi Sukardi, dan Ketua STEI Tazkia Murniati Mukhlisin.    

Tujuh pesan yang dibacakan Rektor IPB Arif Satria tersebut pada intinya mengajak semua pihak memberikan kesempatan kepada KPU untuk menyelesaikan tugas mereka, meminta KPU dan Bawaslu untuk profesional dan menjaga kepercayaan masyarakat, meng-ajak menjaga kedamaian, dan meminta semua pihak menempuh jalur hukum.

Kemudian, ketujuh rektor mengingatkan masyarakat agar tidak terprovokasi oleh sikap yang mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengajak elite politik menunjukkan sikap arif dan bijaksana. Mereka meyakini situasi ekonomi masyarakat akan terganggu bila terjadi ketidaktenteraman politik dan sosial.

"Apa yang menjadi ajakan kami pada poin-poin di atas dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah bangsa yang besar ini," papar Arif.

Di dalam forum tujuh rektor tersebut juga tercetus harapan terealisa-sinya pertemuan antara capres 01 Joko Widodo dan capres 02 Prabowo Subianto.

Di tempat terpisah, Ketua PBNU Said Aqil Siroj berharap isu agama sebagai tunggangan politik tidak lagi terulang di pemilu berikutnya.

 "Ke depan pemilu adalah adu program, bukan agama. Bukan Islam, non-Islam, bukan pendukung anti-Islam, itu sangat berbahaya," kata Said Aqil di Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin, seperti dikutip Medcom.id.

Said menyebut isu agama digunakan untuk memecah belah umat di Timur Tengah. Ia mencontohkan konflik yang terjadi di Irak, Mesir, dan Suriah. Kericuhan di negara mayoritas muslim itu diawali dengan isu perbedaan antara muslim dan nonmuslim.

Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Ahmad Syafii Maarif pun menilai masyarakat mulai terpecah belah pada Pemilu 2019.

"Jangan sampai terpecah belah oleh politik. Itu sangat berbahaya," kata mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah yang akrab disapa Buya Syafii itu. (Ant/A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya