Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
KIRANYA patut disimpulkan, 'efek jera' tak terdapat dalam perbendaharaan jiwa wakil rakyat.
Yang banyak bercokol di situ ialah 'tertangkap basah'.
Kedua hal tersebut seyogianya saling memberi pengaruh positif bagi tegaknya legislatif yang bersih.
Akibat efek jera, tak ada lagi wakil rakyat yang korupsi, terlebih sampai tertangkap basah KPK, dengan bukti uang tunai.
Kenyataannya, belum lagi kering tinta media menulis ihwal tertangkap basah Damayanti, anggota DPR dari PDIP, kini media kembali menulis KPK menangkap basah Sanusi, anggota DPRD Jakarta, dari Partai Gerindra.
Kenapa wakil rakyat tidak takut tertangkap basah?
Boleh jadi mereka dirasuki percaya diri amat besar.
Segala sesuatu menyangkut jalannya transaksi telah dirancang dan dipikirkan sedemikian rupa, hanya nasib buruk sampai tertangkap basah.
Padahal, KPK menangkap basah bukan berdasarkan primbon.
Yang belum tertangkap pun bukan karena masih bernasib baik.
Korupsilah terus, nasib apes menjemputmu.
Korupsi di kalangan wakil rakyat layaknya candu.
Korupsi pertama Rp1 miliar, lolos, kenapa tidak kedua kali?
Uang yang diterima kedua kali lebih gede, Rp1,140 miliar.
Itulah yang dilakukan Sanusi, sampai kemudian tertangkap basah.
Seperti pecandu narkoba, koruptor bila sudah sakau akan mencari penawar yang lebih tinggi dosisnya, alias korupsi lebih besar lagi.
Seperti ketagihan lainnya, ketagihan korupsi pun tak mudah disembuhkan, tak gampang dihentikan.
Itu rupanya kelakuan 'enak', 'fly', sampai tertangkap basah.
Tertangkap basah KPK patut ditengarai menjadi semacam kenikmatan tersendiri. Bila belum sampai ke sana, sepertinya belum eksis, belum diakui sebagai koruptor hebat.
Kenapa?
Tertangkap basah mendapat liputan luas.
Pemeriksaan berjam-jam di KPK pun menarik perhatian pers.
Ketika tersangka mengenakan rompi oranye khas bertuliskan 'KPK', sempurnalah ketenaran sang koruptor.
Itulah penjelasannya, kenapa banyak koruptor berompi oranye itu tersenyum dan melambaikan tangan ketika berhadapan dengan kamera televisi.
Yang menjadi trending topic kemudian ialah hubungan santun dan korupsi.
Wakil rakyat yang santun tertangkap basah korupsi. Justru KPK-lah yang kurang santun, menangkapnya basah.
Terus terang, saya lebih memilih menggunakan frasa 'tertangkap basah' daripada 'tertangkap tangan' terhadap koruptor.
Korupsi itu sama mesum dan joroknya dengan perbuatan bersebadan yang tertangkap basah di WC umum. Sama-sama tidak punya malu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.
PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved