Senja Kala Peran Manusia

07/7/2025 05:00
Senja Kala Peran Manusia
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

Pengukuhan Ulani sebagai profesor bidang periklanan dan merek dilakukan di LSPR Institute of Communication and Business (LSPR Institute). Judul orasinya Disrupsi Kreativitas: Kecerdasan Buatan, Etika, dan Senja Kala Peran Manusia dalam Kegiatan Branding.

Kecerdasan buatan atau akal imitasi (AI), menurut Ulani, telah mengubah lanskap industri kreatif, khususnya dalam praktik branding dan periklanan. Telah terjadi transformasi peran manusia yang kini bergeser dari kreator menjadi kurator, dari pelaku menjadi pengarah. Itu menandai senja kala dominasi manusia dalam proses kreatif untuk branding.

Meski demikian, kata Ulani, penggunaan AI dalam branding menghadirkan dilema etis seperti manipulasi emosi melalui algoritma, pelanggaran privasi data, dan plagiarisme konten otomatis.

“AI bukan untuk dilawan, tapi harus dilihat sebagai mitra kolaboratif. Sinergi antara intuisi manusia dan kecepatan mesin dapat membuka era baru strategi merek yang lebih personal, adaptif, dan relevan,” ujar Ulani.

Sinergi menjadi kata kuncinya. Itu disebabkan, menurut laporan World Economic Forum (2020), AI dan otomatisasi diprediksi akan menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan pada 2025. Namun, laporan yang sama juga menyebutkan AI akan menciptakan 97 juta pekerjaan baru yang lebih sesuai dengan era digital.

Pekerjaan baru yang melibatkan AI antara lain influencer virtual yang kini merambah dunia media sosial di Indonesia. Ulani menyebut platform seperti Instagram dan Tiktok menjadi medan utama bagi para persona digital itu untuk berinteraksi dengan audiensi.

Benarlah penggunaan AI mulai berdampak pada berkurangnya peluang kerja dan memantik pengangguran. Mulai berdampak karena AI menghadirkan efisiensi dan meningkatkan produktivitas. Muncul pertanyaan seberapa signifikan peran manusia pada masa depan?

Data Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (International Labour Organization/ILO) menyebutkan AI akan mengubah atau menggantikan 5,5% pekerjaan di negara berpendapatan tinggi dan hanya kurang dari 0,4% di negara berpendapatan rendah.

Negara maju seperti Inggris mulai merasakan dampak tersebut. Fakta itu tergambar dalam laporan penelitian terbaru yang dirilis situs pencarian kerja Adzuna. Disebutkan bahwa jumlah lowongan mulai untuk lulusan baru, magang, hingga posisi junior di Inggris menurun drastis nyaris sepertiga sejak Chat-GPT diperkenalkan pada November 2022.

Realitas yang terjadi saat ini sudah diprediksikan Yuval Noah Harari dalam buku Homo Deus (2015). Algoritma digambarkannya tidak hanya mencoba meniru manusia, tetapi juga mencoba menjadi manusia, dan mungkin melebihi kemampuan manusia.

Pertanyaan mendasar yang diajukan Yuval Noah Harari dalam bagian akhir bukunya ialah apa yang terjadi dalam masyarakat, politik, dan kehidupan sehari-hari ketika algoritma-algoritma nonkesadaran ternyata sangat pintar mengenal kita lebih baik daripada kita sendiri?

Prof Ulani Yunus juga mengajukan pertanyaan: “Apakah kita berada di ambang senja kala peran manusia dalam dunia branding, atau justru berada di titik balik untuk meneguhkan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang tak tergantikan oleh mesin?”

Senja kala dominasi manusia mesti ditolak karena AI tidak bisa menggantikan kebijaksanaan manusia. Paus Fransiskus menegaskan teknologi tidak bisa menggantikan manusia dalam membuat keputusan karena teknologi tidak memiliki empati, simpati, nalar, dan kemampuan melihat situasi kompleks nan manusiawi.

Dengan kata lain, AI atau algoritma tidak mampu mengambil alih kemanusiaan yang memiliki kemampuan untuk merasa, intusisi, empati, dan bertindak dengan penuh cinta.

Ensiklik Paus Benediktus XVI perihal Caritas in Veritate, Kasih dalam Kebenaran (2009), juga menyoroti persoalan teknologi yang mestinya dibangun di atas landasan moral.

Disebutkan bahwa teknologi itu dapat berwajah ambigu. Karena lahir dari kreativitas manusia sebagai sarana kebebasan pribadi, teknologi juga dapat dipahami sebagai unsur kebebasan mutlak, kebebasan yang ingin mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam semua hal itu sendiri.

“Teknologi sangat menarik karena mampu melepaskan manusia dari keterbatasan fisiknya dan memperluas cakrawalanya. Namun, kebebasan manusia menjadi autentik hanya bila ia menanggapi daya tarik teknologi dengan keputusan-keputusan yang berasal dari tanggung jawab moral,” kata Paus Benediktus.

Prof Ulani Yunus mengajak semua pihak untuk berpikir kritis dan etis. “Kita perlu membahas bukan hanya apa yang bisa dilakukan AI, melainkan juga apa yang seharusnya dilakukan manusia dalam koridor tanggung jawab sosial, kebudayaan, dan moral.”

Ajakan itu sejalan dengan gagasan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) bahwa etika kecerdasan buatan harus menjadi agenda prioritas dalam tata kelola nasional dan korporasi, termasuk dunia pendidikan. Prinsip-prinsip dasar, yaitu transparansi, keadilan, inklusivitas, dan pelindungan hak asasi manusia, menjadi sorotan.

Etika kecerdasan buatan itu mestinya masuk undang-undang yang secara komprehensif mengatur pengembangan dan pemanfaatan AI. Kiranya regulasi itu mampu menahan laju senja kala dominasi manusia sehingga manusia tetap menjadi tuan atas AI, bukan budaknya.



Berita Lainnya
  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.