Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kemewahan yang Terjangkau

05/2/2025 05:00
Kemewahan yang Terjangkau
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ADA dua berita penting yang 'menyelip' di antara berita penting lainnya, pekan ini. Kedua berita itu berhubungan, bahkan seperti simbiosis mutualisme. Berita pertama, rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan terjadi deflasi pada Januari 2025. Berita kedua, di tengah keluhan melemahnya daya beli, lalu lintas luar biasa padat saat libur panjang Isra Mikraj dan Imlek pada akhir Januari.

BPS mencatat, sepanjang Januari 2025, Indonesia mengalami deflasi 0,76% month to month. Itu merupakan angka deflasi bulanan terdalam sejak lebih dari seperempat abad lalu. Deflasi terdalam sebelumnya terjadi 26 tahun lalu, yakni pada Agustus 1999 yang sebesar 0,93%. Deflasi bulanan pada Januari 2025 itu merupakan deflasi pertama setelah terakhir kali terjadi pada September 2024.

Kelompok penyumbang terbesar deflasi Januari ialah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan angka deflasi 9,16%. Di antara kelompok itu, tarif listrik menjadi penyumbang terbesar, yakni 1,44%. Itu terjadi setelah PLN mendiskon tarif listrik berdaya hingga 2.200 VA sebesar 50%, pada Januari sampai Februari. Tiket pesawat dan kereta api juga ikut menyumbang deflasi walau lebih kecil.

Lalu, deflasi itu rupanya berimbas pada berita kedua, tentang padatnya lalu lintas akibat banyaknya orang berwisata menikmati liburan panjan akhir Januari. Padahal, banyak yang menyebutkan memasuki 2025, ekonomi Indonesia masih dihantui penurunan daya beli, PHK massal, hingga turunnya kelas menengah.

Namun, di tengah kondisi tersebut, di libur panjang Isra Mikraj dan Imlek, tempat hiburan masih ramai pengunjung. Ada yang bertanya, gejala apa ini? Apakah diskon tarif listrik, tiket pesawat yang turun, dan tiket kereta api yang tidak naik ampuh menggenjot sektor pariwisata? Boleh jadi begitu.

Lalu, saya mendapat 'celah' jawaban kondisi itu dari pakar bisnis yang juga seorang guru besar, Rhenald Kasali. Dalam momen libur panjang itu, tempat-tempat hiburan ramai pengunjung hingga mengakibatkan kondisi macet di sejumlah tempat.

"Libur panjang, jalanan macet kembali, dan hari libur tahun ini diperkirakan lebih dari 100 hari dalam setahun, banyak libur ditambah Sabtu dan Minggu. Jadi, kenapa jalan tetap ramai? Padahal, banyak yang mengatakan daya beli turun, jumlah kelas menengah berkurang, pengangguran banyak, orang kena PHK apalagi, anak muda susah cari kerja," kata Rhenald, lewat unggahan Instagram @rhenald.kasali.

Rhenald mengatakan kondisi seperti itu kerap disebut dengan istilah lipstick effect. Apa itu? "Kondisi perubahan gaya konsumsi yang terjadi pada kondisi ekonomi tertentu. Istilah ini pertama kali dicetuskan Chairman Emeritus The Estee Lauder Companies Inc Leonard Lauder saat Tragedi 9/11 di Amerika Serikat (AS)," Rhenald menjelaskan.

Pada kala itu, daya beli masyarakat turun, sulit mencari pekerjaan, bahkan orang-orang juga kesulitan mengunjungi AS. Namun, Lauder melihat keanehan, yakni penjualan lipstik justru meningkat. Semua mencari kemewahan yang terjangkau.

Masyarakat selalu mencari kemewahan bagi diri mereka, untuk menghibur diri, untuk mendapatkan kebahagiaan, tetapi yang dicari ialah yang semakin terjangkau. Misalnya, mau beli mobil, harganya dia hitung-hitung, wah enggak masuk. Tiba-tiba masuk mobil dari Tiongkok yang harganya masih terjangkau dan Tiongkok memanfaatkan itu dengan harga lebih murah.

Liburan juga suatu kemewahan yang terjangkau. Tempat-tempat yang dekat-dekat, masih sekitar Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Jawa Tengah, alih-alih ke Eropa. Dengan demikian, terjadi fenomena masyarakat yang mencari kemewahan yang terjangkau.

Begitu pula dengan lipstik yang merupakan make up, serta skincare yang menurut sebagian orang juga merupakan kemewahan terjangkau. Dua-duanya terbukti laku keras saat pandemi covid-19. Pokoknya, pandemi boleh terjadi, daya beli bisa longsor, kulit glowing jalan terus.

Namun, urusan 'membeli kemewahan yang terjangkau' itu jelas fenomena sesaat. Ia musiman, tidak permanen. Seperti diskon tarif listrik hingga 50% yang juga berdurasi dua bulan. Karena itu, menyambung berita soal deflasi yang kerap dihubungkan dengan melemahnya daya beli, hal paling utama yang mesti dibereskan ialah mendongkrak daya beli, membangkitkan industri agar banyak orang mendapatkan pekerjaan, serta menjaga kelas menengah agar tidak turun level.

Bila itu bisa beres, akan makin banyak hal bisa terjangkau, bakal banyak orang bisa menikmati 'kemewahan' tanpa rasa waswas jangan-jangan tahun depan tak sanggup lagi menjangkau itu.



Berita Lainnya
  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.

  • Perseteruan Profesor-Menkes

    26/5/2025 05:00

    ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”

  • Koperasi dan Barca

    24/5/2025 05:00

    KOPERASI itu gerakan. Ibarat klub sepak bola, gerakan koperasi itu mirip klub Barcelona. Klub dari Catalan, Spanyol, itu dari rakyat dan milik rakyat.