Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Yamal dan Kaesang

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
11/7/2024 05:00
Yamal dan Kaesang
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

LAGI-LAGI anak muda menjadi perbincangan. Di seberang sana, anak muda yang dimaksud ialah pemain belia asal klub Barcelona, Lamine Yamal, yang kiprahnya bersama tim nasional Spanyol di ajang Piala Eropa 2024 begitu trengginas. Di seberang sini, ada pemain politik 'belia' yang juga sedang berusaha menguji kelihaian untuk bertarung di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.

Kita mulai dari seberang sana, tepatnya di tanah Eropa. Yamal menjadi sorotan lantaran mencatat rekor sebagai pemain termuda dalam sejarah yang mencetak gol pada ajang Piala Eropa. Saat mencetak gol indah ke gawang Prancis di babak semifinal Piala Eropa 2024, Rabu (10/7) dini hari, Yamal berusia 16 tahun 362 hari. Artinya, Jumat (13/7), dia baru akan genap berumur 17 tahun.

Andaikan dia kembali bermain ciamik di partai final Piala Eropa, Minggu (14/7) dini hari nanti, sekaligus mampu membawa Spanyol menjadi kampiun Eropa untuk keempat kalinya, mungkin itu akan menjadi hadiah ulang tahun sweet seventeen paling spesial yang pernah dia dapatkan.

Yamal pantas mendapat hadiah spesial karena ia memang istimewa. Ledakan Yamal di turnamen empat tahunan itu mampu menenggelamkan nama-nama besar di dunia sepak bola seperti Cristiano Ronaldo, Harry Kane, Tony Kroos, hingga bintang Prancis Kylian Mbappe. Dua nama terakhir bahkan tak cuma ditenggelamkan namanya, tapi sekaligus 'dikirim pulang' oleh Yamal dan kawan-kawan.

Tak berlebihan rasanya bila kiprah Yamal dan banyak pemain muda lain yang juga menunjukkan performa gemilang sepanjang Piala Eropa 2024 telah menandai era baru sepak bola dunia.

Di dalam gerbong era baru itu, perlu pula kita catat nama-nama seperti Nico Williams (Spanyol), Arda Gueler (Turki), Jude Bellingham (Inggris), dan Florian Wirtz (Jerman). Mereka masih muda dan berbahaya karena mereka punya talenta luar biasa dan kerja keras untuk mengubah sepak bola dunia menjadi lebih segar.

Anak-anak muda itu menunjukkan inilah saatnya kaum muda berjaya. Yang senior, apalagi yang sudah berumur dengan prestasi yang juga kian mengendur, sebaiknya minggir. Beri kesempatan kepada bibit-bibit muda untuk berkembang dan berproses menuju kematangan.

Lesatan mereka jangan dihalangi, jangan dihambat, tetapi juga tak perlu dikatrol-katrol. Sesungguhnya, kematangan tidak akan hadir melalui cara-cara katrol-katrolan alias instan. Kalaupun di usia yang masih muda mereka sudah terlihat matang, itu bukan karena dikarbit, melainkan berkat perjuangan melewati setiap tahapan proses.

Wonderkid berdarah Maroko yang kini juga menjadi andalan skuad inti Barcelona itu tidak lahir ujug-ujug. Meskipun sejak kecil bakatnya sudah dinilai luar biasa, tetap saja Yamal harus menapaki karier sepak bolanya dari bawah. Ia mesti melewati gemblengan sebagai 'kader' di akademi sepak bola Barcelona atau yang kondang disebut La Masia.

Begitu pun, misalnya, Arda Gueler yang di usia 19 tahun sudah kerap dipercaya mengisi starting line-up klub raksasa Real Madrid dan timnas Turki. Dari umur sembilan tahun Gueler sudah digojlok di akademi klub Genclerbirligi, sebelum akhirnya mulai menjejaki tim senior di klub Fenerbahce pada 2021 dan dua tahun kemudian dipinang Real Madrid.

Gueler, seperti juga Yamal dan lainnya, menjadi pemain hebat di usia muda karena tekun menjalani proses. Bukan lantaran dikatrol, apalagi dibantu orangtua mereka.

Mereka merangsek ke level atas bukan asal melompat, tidak pula melalui jalan pintas, apalagi pakai orang dalam. Karena itu, sejatinya, perjalanan mereka layak menjadi anutan bagi anak-anak muda yang menginginkan kesuksesan.

Adapun di seberang sini, tepatnya di jagat politik Tanah Air, ada anak muda bernama Kaesang Pangarep. Dia mau mengikuti jejak kakaknya, Gibran Rakabuming Raka, yang dianggap mampu memecah hegemoni kaum tua di kancah perpolitikan nasional.

Gibran pada akhirnya mampu mencetak rekor sebagai wakil presiden termuda sepanjang sejarah Indonesia. Bedanya, Kaesang menyasar menjadi kepala daerah.

Pola langkah politik kakak beradik itu seperti menerapkan prinsip amati, tiru, dan modifikasi (ATM) dari karier politik ayah mereka, Presiden Joko Widodo.

Kaesang dan Yamal mungkin punya mimpi yang sama tinggi. Namun, cara yang ditempuh sama sekali berbeda. Kaesang, seperti halnya Gibran, lebih memilih jalan pintas dan instan, bukan jalan perjuangan yang penuh peluh dan air mata.

Dengan segudang privilese yang dimiliki, jalan Kaesang untuk memenuhi ambisi politiknya dibuka lapang, termasuk sejumlah aturan yang 'terpaksa disesuaikan' untuk melebarkan jalan itu.

Lantas, masih adakah kebanggaan ketika nanti jalan instan penuh sokongan itu menghasilkan kemenangan? Entahlah. Akan tetapi, kalau melihat yang terjadi pada Gibran, kemenangannya pada Pilpres 2024 banyak disambut cibiran. Sementara itu, di seberang sana, langkah dan capaian Yamal direspons dengan puja-puji tanpa henti. Jadi, mau pilih yang mana, Mas Kaesang?



Berita Lainnya
  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.