Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
LAGI-LAGI anak muda menjadi perbincangan. Di seberang sana, anak muda yang dimaksud ialah pemain belia asal klub Barcelona, Lamine Yamal, yang kiprahnya bersama tim nasional Spanyol di ajang Piala Eropa 2024 begitu trengginas. Di seberang sini, ada pemain politik 'belia' yang juga sedang berusaha menguji kelihaian untuk bertarung di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Kita mulai dari seberang sana, tepatnya di tanah Eropa. Yamal menjadi sorotan lantaran mencatat rekor sebagai pemain termuda dalam sejarah yang mencetak gol pada ajang Piala Eropa. Saat mencetak gol indah ke gawang Prancis di babak semifinal Piala Eropa 2024, Rabu (10/7) dini hari, Yamal berusia 16 tahun 362 hari. Artinya, Jumat (13/7), dia baru akan genap berumur 17 tahun.
Andaikan dia kembali bermain ciamik di partai final Piala Eropa, Minggu (14/7) dini hari nanti, sekaligus mampu membawa Spanyol menjadi kampiun Eropa untuk keempat kalinya, mungkin itu akan menjadi hadiah ulang tahun sweet seventeen paling spesial yang pernah dia dapatkan.
Yamal pantas mendapat hadiah spesial karena ia memang istimewa. Ledakan Yamal di turnamen empat tahunan itu mampu menenggelamkan nama-nama besar di dunia sepak bola seperti Cristiano Ronaldo, Harry Kane, Tony Kroos, hingga bintang Prancis Kylian Mbappe. Dua nama terakhir bahkan tak cuma ditenggelamkan namanya, tapi sekaligus 'dikirim pulang' oleh Yamal dan kawan-kawan.
Tak berlebihan rasanya bila kiprah Yamal dan banyak pemain muda lain yang juga menunjukkan performa gemilang sepanjang Piala Eropa 2024 telah menandai era baru sepak bola dunia.
Di dalam gerbong era baru itu, perlu pula kita catat nama-nama seperti Nico Williams (Spanyol), Arda Gueler (Turki), Jude Bellingham (Inggris), dan Florian Wirtz (Jerman). Mereka masih muda dan berbahaya karena mereka punya talenta luar biasa dan kerja keras untuk mengubah sepak bola dunia menjadi lebih segar.
Anak-anak muda itu menunjukkan inilah saatnya kaum muda berjaya. Yang senior, apalagi yang sudah berumur dengan prestasi yang juga kian mengendur, sebaiknya minggir. Beri kesempatan kepada bibit-bibit muda untuk berkembang dan berproses menuju kematangan.
Lesatan mereka jangan dihalangi, jangan dihambat, tetapi juga tak perlu dikatrol-katrol. Sesungguhnya, kematangan tidak akan hadir melalui cara-cara katrol-katrolan alias instan. Kalaupun di usia yang masih muda mereka sudah terlihat matang, itu bukan karena dikarbit, melainkan berkat perjuangan melewati setiap tahapan proses.
Wonderkid berdarah Maroko yang kini juga menjadi andalan skuad inti Barcelona itu tidak lahir ujug-ujug. Meskipun sejak kecil bakatnya sudah dinilai luar biasa, tetap saja Yamal harus menapaki karier sepak bolanya dari bawah. Ia mesti melewati gemblengan sebagai 'kader' di akademi sepak bola Barcelona atau yang kondang disebut La Masia.
Begitu pun, misalnya, Arda Gueler yang di usia 19 tahun sudah kerap dipercaya mengisi starting line-up klub raksasa Real Madrid dan timnas Turki. Dari umur sembilan tahun Gueler sudah digojlok di akademi klub Genclerbirligi, sebelum akhirnya mulai menjejaki tim senior di klub Fenerbahce pada 2021 dan dua tahun kemudian dipinang Real Madrid.
Gueler, seperti juga Yamal dan lainnya, menjadi pemain hebat di usia muda karena tekun menjalani proses. Bukan lantaran dikatrol, apalagi dibantu orangtua mereka.
Mereka merangsek ke level atas bukan asal melompat, tidak pula melalui jalan pintas, apalagi pakai orang dalam. Karena itu, sejatinya, perjalanan mereka layak menjadi anutan bagi anak-anak muda yang menginginkan kesuksesan.
Adapun di seberang sini, tepatnya di jagat politik Tanah Air, ada anak muda bernama Kaesang Pangarep. Dia mau mengikuti jejak kakaknya, Gibran Rakabuming Raka, yang dianggap mampu memecah hegemoni kaum tua di kancah perpolitikan nasional.
Gibran pada akhirnya mampu mencetak rekor sebagai wakil presiden termuda sepanjang sejarah Indonesia. Bedanya, Kaesang menyasar menjadi kepala daerah.
Pola langkah politik kakak beradik itu seperti menerapkan prinsip amati, tiru, dan modifikasi (ATM) dari karier politik ayah mereka, Presiden Joko Widodo.
Kaesang dan Yamal mungkin punya mimpi yang sama tinggi. Namun, cara yang ditempuh sama sekali berbeda. Kaesang, seperti halnya Gibran, lebih memilih jalan pintas dan instan, bukan jalan perjuangan yang penuh peluh dan air mata.
Dengan segudang privilese yang dimiliki, jalan Kaesang untuk memenuhi ambisi politiknya dibuka lapang, termasuk sejumlah aturan yang 'terpaksa disesuaikan' untuk melebarkan jalan itu.
Lantas, masih adakah kebanggaan ketika nanti jalan instan penuh sokongan itu menghasilkan kemenangan? Entahlah. Akan tetapi, kalau melihat yang terjadi pada Gibran, kemenangannya pada Pilpres 2024 banyak disambut cibiran. Sementara itu, di seberang sana, langkah dan capaian Yamal direspons dengan puja-puji tanpa henti. Jadi, mau pilih yang mana, Mas Kaesang?
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.
"LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.
SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.
HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved