Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Cinta untuk Rafah

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
05/6/2024 05:00
Cinta untuk Rafah
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

JIKA aku harus mati,

kamu harus hidup

untuk menceritakan kisahku,

menjual barang-barangku,

membeli sehelai kain

dan beberapa tali,

(membuatnya putih dengan ekor panjang)

sehingga seorang anak, di suatu tempat di Gaza

sambil menatap mata surga menunggu ayahnya 

yang pergi dalam kobaran api

dan tidak mengucapkan selamat tinggal kepada siapa pun, bahkan kepada dirinya sendiri, 

pun tidak melihat layang-layang, layang-layang yang kau buat, 

terbang di atas dan berpikir sejenak ada malaikat 

yang membawa kembali cinta

Jika aku harus mati

biarlah membawa harapan

biarlah menjadi dongeng.

 

Sajak Jika Aku Harus Mati (If I Must Die) ini ditulis Refaat Alareer, penyair Palestina yang gugur beserta enam anggota keluarganya karena bom Israel, tujuh bulan lalu. Saya tidak tahan lagi untuk menuliskan kembali soal Palestina. Itu, terutama setelah mata saya tertumbuk pada penggalan sabda Manusia Agung Muhammad SAW. Kata Nabi, "Man la yarham, la yurham." Artinya, 'siapa yang tidak bisa menyayangi, tidak akan mungkin disayangi', terutama oleh Sang Maha Penyayang, Tuhan.

Saya ingin selalu disayangi dan dicintai-Nya. Karena itu, saya ingin menyayangi dan mencintai manusia, terutama manusia di Gaza dan Rafah, Palestina. Di tempat itu, rasa sayang dan cinta sudah habis direnggut secara keji oleh Zionis Israel.

Maka, saya hendak menumpahkan empati kepada mereka. Persis seperti yang pernah diungkapkan penyair sufi dari Persia Lama, Sa’di Asy-Syirazi, yang mengatakan, “Jika kamu tidak merasakan apa yang orang lain derita, tak pantas kamu menyebut diri manusia.”

Di Gaza, dan kini di Rafah, segala derita bertumpuk. Semua cerita pilu menggunung seperti tidak ada lagi yang tersisa untuk kita kisahkan. Dari layar kaca, media sosial, dan seluruh saluran apa pun, dunia sudah menyaksikan bayi-bayi yang terputus leher kehilangan kepala.

Semua yang di kolong langit melihat bagaimana wajah-wajah belia bergeletakan tertutup hamburan otak dan usus. Kurang gamblang apa dunia menyaksikan jasad-jasad kaum ibu tanpa nyawa, bertahan mendekap anak terkasih, demi sayang yang kekal meski nyawa harus terputus dengan raga.

Tetapi, semua itu tidak mengendurkan seinci pun niat jahat Israel memusnahkan Rafah setelah membantai penduduk Gaza. Di sebuah akun Instagram, saya menyaksikan seorang anak di bawah lima tahun, sendirian, berkaus Real Madrid, berjalan keluar dari tenda menghampiri seorang pengambil video tanpa bisa berkata apa-apa. Wajahnya datar. Sang pengambil gambar lalu memberikan nampan berisi makanan kepada anak itu.

Mata saya berkaca-kaca melihat adegan nyata itu. Kantong mata saya mengembang, lalu air mata menetes saat melihat anak itu, tetap dalam diam, berjalan kembali ke tenda yang sepi sembari meletakkan nampan berisi makanan itu di dalam tenda. Beberapa detik kemudian, ia lalu melongok lagi sembari melambaikan tangan dan membuat gerakan kiss bye sebagai tanda terima kasih karena sudah diberi makanan.

Seusai serangan biadab Israel ke Rafah, laman Instagram Al-Jazeera juga memuat video seorang perempuan Palestina yang tengah menangis meluapkan kesedihan dan kemarahannya. Perempuan itu kehilangan anggota keluarga, terutama paman, yang melindungi keluarganya sehari-hari.

"Kapan perang ini akan berakhir? Di mana negara-negara Arab? Di mana para muslim di negara-negara yang mengaku muslim? Di mana Arab Saudi? Di mana semua negara?” teriaknya, parau. Ia melanjutkan, “Perempuan tua dan anak-anak perempuan, apa yang mereka lakukan hingga pantas menerima ini?”

Banjir air mata jutaan manusia hingga sebagian tak lagi tersisa air mata, semua itu bukan nestapa yang baru terjadi kemarin sore di Gaza. Benar belaka pandangan cendekiawan dunia terkemuka dari Palestina, Edward Said, yang mengatakan ihwal penderitaan di Gaza, "Merekalah orang-orang paling sedih dan tidak berdaya. Makhluk yang dibantah keberadaannya. Makhluk asing yang tidak diterima."

Bagi warga Gaza, dan kini Rafah, kekejian tersebut sudah serupa repetisi dengan lonjakan kebengisan dan intensitas yang kian bertambah dan terus bertambah. Dalam sambutan pembukaan setelah Dewan Keamanan PBB gagal membuat gencatan senjata selama konflik 2021 karena diveto Amerika Serikat, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bahkan menggambarkan, "Jika ada neraka di bumi ini, itu adalah kehidupan anak-anak di Gaza."

Toh dunia tetap saja tidak menunjukkan gerakan berarti. Bahkan, sikap diam para pemimpin Barat seolah memberi restu atas kebengisan Israel yang telah menghabisi lebih dari 36.280 nyawa orang Palestina. Saya sepakat dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang berseru, "Para kepala negara dan pemerintahan Eropa, Anda telah terlibat dalam vampirisme Israel karena sikap diam Anda."

Kini, saat cinta dan sayang direnggut di Rafah dengan ribuan bom menggempur tenda-tenda yang tipis, jutaan manusia berteriak dan bergerak. Di Universitas Harvard, MIT, Colombia University, para belia cerdik pandai mengarak bendera merah, hijau, putih, hitam dengan penuh keberanian. Di berbagai belahan dunia, rasa cinta untuk Rafah terus bersemi. Gerakan, suara, dan doa-doa mereka menembus langit, membelah samudra, menyelusup ke ruang-ruang berdinding tebal.

Juga, gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap segala hal berkaitan dengan kepentingan Israel, terus merambat menumbuhkan harapan dan kekuatan bagi Rafah, juga Gaza. Gerakan-gerakan itu tidak peduli dengan cicitan dan nyinyiran sebagian mereka yang senang melihat manusia terpanggang. Mereka yang tak punya cinta itu menyatakan bahwa boikot tak punya banyak dampak. Tapi, itu tidak mengapa. Gelombang cinta serta sayang untuk Rafah dan Gaza, pelan tapi pasti, akan menggulung mereka yang nirempati.

 



Berita Lainnya
  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.