Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Senator Uhuy

Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group
20/2/2024 05:00
Senator Uhuy
Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SUASANA di Tempat Pemungutan Suara 022 Desa Sarimulya, Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, tiba-tiba pecah penuh gelak tawa ketika giliran penghitungan pemilihan calon anggota legislatif dewan perwakilan daerah.

Setelah petugas pemungutan suara menyebut ‘nomor 10 Alfiansyah Komeng, sah’ warga yang menyaksikan penghitungan langsung menyambutnya dengan, "Uhuy." sembari tertawa lepas. Berkali-kali kata-kata ‘uhuy’ membahana setelah petugas berkali-kali pula menyebut namanya. Petugas yang hadir pun sama berteriak ‘uhuy’.

Tak hanya di TPS 022 kegembiraan menguar karena disebutnya nama komedian ternama Tanah Air tersebut. Di semua TPS di Jabar mengalami hal yang sama. Pemilih pun senyam-senyum dari bilik TPS setelah melihat foto nyeleneh mantan komedian grup Diamor bersama Jarwo Kwat dan Rudi Sipit itu.

"Begitu lihat Komeng di kertas suara, saya kaget dan tertawa karena fotonya unik. Enggak perlu pikir panjang, saya langsung coblos. Lagi pula saya enggak kenal calon DPD lainnya," ujar Acos, penjual satai maranggi di Kotabaru.

Uhuy’ ialah jargon legendaris milik Komeng kala tampil pada tayangan sitkom Spontan di salah satu televisi swasta pada 1996-2003. Berdasarkan pantauan di situs Komisi Pemilihan Umum, Senin (19/2) pukul 16.30 WIB, Komeng berhasil meraih 1.842.338 suara (11,78%).

Komeng menjadi caleg DPD RI dari Jabar dengan perolehan tertinggi sementara di dapilnya mengungguli caleg lainnya.

Kehadiran Komeng dalam pentas kontestasi Pemilu 2024 sedikit mengendurkan ketegangan di tengah persaingan sengit pilpres. Di tengah langit mendung pesta demokrasi yang sebagian kalangan menyebutnya tidak jurdil alias jujur dan adil.

Sejak awal pemilu digelar silang sengketa berhamburan di ruang publik, yang dimulai dari pernyataan Presiden Joko Widodo akan cawe-cawe dalam pilpres. Naiknya putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, dalam kontestasi sebagai calon wakil presiden berhasil membobol benteng Mahkamah Konstitusi.

Penjaga konstitusi ini tak kuasa menolak uji materi tentang batas usia pencalon capres dan cawapres. Akhirnya, MK mengabulkan gugatan tersebut dan Gibran pun melenggang bebas.

Kemuraman kontestasi semakin menjadi-jadi ketika Presiden Jokowi dan sejumlah pembantunya diduga memolitisasi bantuan sosial untuk mendongkrak elektoral paslon 02 Prabowo-Gibran. Belum lagi sejumlah aparatur negara, penjabat kepala daerah hingga kepala desa, tanpa malu-malu lagi mengarahkan dukungan rakyat kepada paslon 02.

Bila melihat realitas politik yang membuat miris itu, puluhan sivitas akademika dan guru besar turun gunung. Mereka menyebut Indonesia darurat etika, hukum, dan demokrasi.

Namun, suara kampus dianggap angin lalu, bahkan pihak istana menuding para guru besar telah bermain politik. Terakhir, pascapencoblosan 14 Februari, dugaan penggelembungan suara terjadi pada Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) KPU.

Kehadiran Komeng dalam jagat politik di Tanah Air bak oase dalam kegersangan politik yang menjauhi asas-asas kepantasan dan kepatutan. Sebagai calon senator Komeng memang belum menjelaskan visi dan misinya. Namun, sejauh ini Komeng berhasil menghibur publik, tanpa cela dan sensasi dalam kariernya. Pelawak yang kini bernama resmi Alfiansyah Bustami Komeng ini juga tak pernah melanggar etik.

Kemunculan komedian berusia 53 tahun ini membuat publik melirik kembali eksistensi DPD. Tengok saja jumlah anggota caleg DPD RI semakin menurun dari pemilu ke pemilu. Pada Pemilu 2024, hanya ada 668 caleg berebut 152 kursi DPD RI. Jumlah itu jauh lebih rendah jika dibandingkan Pemilu 2014 (945 caleg) dan 2019 (807 caleg).

Selama ini wadah para senator ini wujuduhu ka 'adamihi (keberadaannya sama dengan ketiadaannya). Pasalnya, berdasarkan pasal 248 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD perannya hanya memberikan saran kepada DPR, tetapi tidak bisa menentukan gol tidaknya pengajuan legislasi, pengawasan dan anggaran.

Anggota DPD Jimly Asshiddiqie pernah jengkel tentang peran lembaga perwakilan daerah. Pakar hukum tata negara ini mengusulkan agar DPD dibubarkan lewat amendemen UUD 1945 karena tidak ada gunanya. Dia berpendapat, fungsi DPD sebagai wakil daerah bisa digantikan dengan membentuk fraksi utusan daerah di DPR. "Ini (DPD) kayak LSM saja," kata Jimly di kompleks parlemen, Jakarta, Rabu (16/8/2023).

Dalam negara demokrasi, siapa pun berhak dipilih dan memilih, apa pun latar belakangnya. Semoga naiknya Komeng ke panggung DPD bisa mengajak publik menertawakan ‘macan ompong’ lembaga yang sebelum 2004 disebut utusan daerah ini. Daerah ialah pilar Indonesia. DPD harus lebih berdaya. DPD bukan sekadar ornamen demokrasi yang hanya memboroskan anggaran negara.

Jika kamu bisa menertawakan diri sendiri, kata Martin Niemoller, kamu akan baik-baik saja. "Jika kamu membiarkan orang lain tertawa bersamamu, kamu akan menjadi hebat," ujarnya. Martin Niemoller ialah seorang pendeta Protestan di Jerman yang merupakan pendukung awal Nazi, tetapi kemudian muncul sebagai musuh Adolf Hitler. Senator Komeng, uhuy. Tabik!

 



Berita Lainnya
  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.