Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Kepercayaan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
14/2/2024 05:00
Kepercayaan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

MERAIH kepercayaan itu susah. Namun, mempertahankan kepercayaan itu jauh lebih susah. Saya percaya dengan rumus itu. Saking susahnya, banyak orang rela hendak 'membeli' kepercayaan layaknya berdagang.

Pemilu hari ini ialah pertaruhan kepercayaan. Pilpres hari ini ialah ujian apakah kepercayaaan bisa dibeli atau tidak. Saya katakan pertaruhan karena basis kepercayaan kepada instrumen negara mulai rontok. Elite penyelenggara negara itu pula yang merontokkannya.

Ketakutan akan kekalahan membuat elite penyelenggara negara hendak membeli kepercayaan (trust) itu dengan kelangsungan jabatan, hadiah, bantuan, dan ancaman guna menebarkan rasa cemas. Maka, trust yang menjadi fondasi demokrasi digantikan dengan ketakutan, mirip negara yang dijalankan secara otoriter.

Dalam negara demokrasi, trust menjadi kunci. Sementara itu, pada negara yang berada dalam genggaman otoritarian, ketakutan menjadi menu sehari-hari. Di kalangan otoritarian, tidak boleh ada suara sumbang, apalagi berbeda.

Di hadapan penguasa bertabiat lalim, sebuah penolakan sehalus apa pun, akan terdengar bagai letusan dinamit yang menggentarkan karena seperti yang dituturkan peraih nobel sastra Ignazio Silone, penguasa yang cenderung diktator biasanya kerap berangkat dari rasa cemas tak berkesudahan. Maka, suara yang berbeda akan selalu terdengar tidak menyenangkan bagi diktator.

Saya lalu teringat pidato penutup Jokowi di Debat Pilpres 2019 yang menyebut bahwa ia tidak punya potongan diktator. Itu artinya, Jokowi tidak akan memainkan politik kecemasan dan ketakutan. Jokowi akan menyandarkan trust dalam menjalankan roda pemerintahan. Itu janji Jokowi.

Tekad verbal itu ia ulang-ulang di banyak kesempatan. Yang terakhir, pada September 2023 lalu, di depan relawan Seknas Jokowi, mantan Wali Kota Solo itu kembali mengatakan bagaimana ia menjadikan kepercayaan sebagai pilar utama langkah politiknya, sekaligus saat memulai terjun di dunia usaha.

Ketika itu, Jokowi mengatakan hanya membangun kepercayaan kepada para konsumen saat memulai bisnis. Dia mengaku tak punya apa-apa untuk memulai usaha besar. "Saya bangun saat itu adalah satu, yaitu kepercayaan, trust, enggak ada yang lain karena saya tidak punya apa-apa," tuturnya.

Atas dasar kepercayaan dari konsumen, katanya, orang-orang mulai banyak membantunya. Dia mengatakan mendapat kepercayaan dari orang lain merupakan hal yang sulit. "Orang Solo pasti tahu berangkat saya dari mana, saya memiliki apa. Begitu juga di bisnis, yang saya bangun ialah trust, kepercayaan, sehingga orang mau memberikan bahan bakunya kepada saya, meminjamkan, orang mau memberikan bahan, menolong tanpa bayar dulu, itulah yang saya bangun, kepercayaan," jelasnya.

Jokowi mengatakan hal serupa juga dilakukannya saat masuk ke dunia politik. Jokowi mengatakan membangun kepercayaan publik terhadap dirinya. "Begitu juga saat saya masuk di politik juga sama. Yang saya bangun tidak ini, ini, ini. Hanya satu yang saya bangun, ialah trust, kepercayaan, itu yang sulit," sebutnya.

Namun, kini, belum lima bulan berlalu setelah pernyataan itu, Jokowi seperti membalikkan keadaan. Dia memutar haluan dan ucapannya sendiri. Maka, Jokowi melawan Jokowi. Ia merobohkan sendiri trust yang ia gembor-gemborkan. Alih-alih menjaga kepercayaan, ia justru tengah membangun ketakutan.

Boleh jadi ia sedang panik, cemas, bahkan takut. Ia seperti tidak percaya kepada kata trust yang berkali-kali diucapkannya itu. Mata Jokowi seperti sedang mengawasi siapa saja, gerakan apa saja, kecenderungan seperti apa saja yang tengah terjadi.

Ketika para guru besar, sivitas akademika, dan aktivis prodemokrasi menyerunya agar kembali ke kesejatian demokrasi, diam-diam ada aparatusnya bergerilya meminta sejumlah pimpinan perguruan tinggi untuk membuat kontra narasi. Ketika angin politik seperti tidak sedang memihaknya, ia pun menyatakan bahwa presiden boleh berpihak kepada capres-cawapres.

Namanya disebut-sebut oleh media dan aktivis prodemokrasi sebagai orang yang memukul mundur demokrasi. Bahkan, berbagai media asing seperti The Economist, The Guardian, dan The New York Times menganggapnya sebagai perusak demokrasi. Koran The New York Times sampai menulis judul di halaman 1: In Indonesia, Democracy is Under Siege, alias 'Di Indonesia, Demokrasi sedang Dikepung'.

Saat kecemasan dan ketakutan merambat dalam aliran darah, trust atau kepercayaan akan punah. Yang bertarung ialah 'wajah dulu' lawan 'wajah kini', 'Jokowi dulu' melawan 'Jokowi saat ini'.



Berita Lainnya
  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.