Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

NU bukan Daun Bawang

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
31/1/2024 05:00
NU bukan Daun Bawang
MI/Ebet(Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group)

SAYA antusias dengan gaya KH Ahmad Mustofa Bisri menyentil pengurus NU soal netralitas dalam pilpres. Gus Mus, begitu Mustasyar NU itu biasa disapa, memakai cara guyon maton. Bercanda tapi mengena.

Mula-mula Gus Mus menyapa satu per satu pemimpin NU dalam perhelatan Konferensi Besar NU di Ponpes Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, itu. Gus Mus menyebut nama KH Miftahul Akhyar, Rais Aam (Rais Am) PBNU, juga Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, keponakannya sendiri. Saat menyebut nama Sekjen NU Saefullah Yusuf, Gus Mus tidak menyematkan kata 'kiai'. Gus Mus menyebut Gus Ipul dengan panggilan Ustaz Saefullah Yusuf.

Mungkin Gus Mus menilai Gus Ipul lebih layak dipanggil 'ustaz' ketimbang 'kiai' karena kompetensinya lebih pas sebagai 'ustaz'. Dari situ, candaan serius Gus Mus berlanjut ke inti persoalan. "Tadi saya mengira Pak Yai Miftahul Ahyar dan Yai Yahya Cholil akan menyinggung capres dalam pidatonya. Kalau sampai nyinggung capres, saya akan keluar (dari ruangan). Untung tidak," kata Gus Mus.

Pemimpin Ponpes Roudlotut Thalibin, Rembang, Jateng, itu merasa perlu menjaga NU dari segala tarikan. Atau, Gus Mus sebenarnya sudah tahu bahwa pemimpin struktural NU mulai doyong-doyong. Itu istilah yang dipopulerkan kolumnis NU Mahbub Djunaidi untuk menggambarkan sesuatu yang sudah tidak tegak lurus.

Dalam sebuah kolomnya, Mahbub menulis birokrasi yang dia sejajarkan dengan tubuh yang doyong layaknya daun bawang. Mahbub pernah menulis, 'Bagaimana jantungku tidak terganggu dan kepalaku nyut-nyutan? Ditudingnya aku ini seorang parvenu alias kere munggah bale, mendadak naik tahta padahal dari comberan. Apa tidak kurang ajar begitu itu? Aku yang birokrat tinggi menjadi cemoohan di atas mimbar. Yang benar aja dong'.

'Begitulah yang terjadi. Badanku rasanya bengkak-bengkak karena sengatan bertubi-tubi. Birokrat sih birokrat, tapi apa enaknya disudut-sudutkan seperti seekor kecoak? Mengertikah kamu sekarang apa sebab gigiku tanggal satu demi satu, rambutku tidak seikal dulu lagi, dan badanku sedikit demi sedikit doyong tak ubahnya daun bawang', lanjut Mahbub.

Kondisi tubuh yang rapuh, yang 'doyong tak ubahnya daun bawang', itulah yang dijaga Gus Mus agar tidak terus terjadi pada tubuh NU. Ancaman doyong, gigi tanggal, tubuh bengkak terjadi karena NU terkena tarikan politik 'copras-capres'. Gus Mus menyadari sepenuhnya bahwa yang disengat 'lebah politik' itu bukan cuma kaki atau tangan, melainkan juga sudah kepala.

Bagaimana tidak kepala yang disengat, kalau yang digoda dalam rupa-rupa tarikan itu Rais Aam dan Ketua Umum Dewan Tanfidziyah (Tanfiziah/eksekutif) NU. KH Miftahul Ahyar (rais am) dan KH Yahya Cholil Staquf pernah tampak doyong ke Prabowo-Gibran. Begitu pula sejumlah pemimpin NU di tingkat daerah.

Karena itu, Gus Mus sebagai mustasyar (penasihat NU) kiranya tidak tahan lagi untuk segera meniup peluit. Gus Mus juga mengarahkan telunjuk ke 'kepala' yang mulai terlihat 'bengkak' disengat lebah politik: rais am dan ketua umum. Gus Mus pun sempat me-mention kedua nama itu terkait dengan netralitas NU dengan memberi dawuh, "Tugas NU memenangkan Indonesia. Tidak ada urusan dengan capres."

Dawuh itu lugas. Tidak dibungkus, tidak juga dihaluskan alias eufemisme. Kelugasan itu kiranya sudah mendesak. Penghalusan sudah tidak perlu karena penghalusan berpotensi memunculkan salah tafsir dan sesat pikir.

Seperti yang ditulis Mahbub Djunaidi, "Membaca koran itu bukan seperti makan lemper yang sudah pasti enaknya. Misalnya, sering kali orang melewatkan halaman depan yang memuat ucapan-ucapan aneh dan klise. Misalnya, pembaca tidak tertarik lagi dengan istilah 'penyesuaian', karena kata itu sudah pasti berarti kenaikan harga, dan bukan sebaliknya. Seorang murid SD malahan punya usul yang amat progresif, bagaimana kalau lawan kata 'turun' diganti saja dengan 'sesuai' dan bukannya naik."

Seperti itulah sesat pikir yang barangkali dikhawatirkan Gus Mus. Karena itu, secara lugas Gus Mus mengisahkan khitah perjuangan NU. Gus Mus menceritakan singkat bagaimana Gus Dur yang memperjuangkan khitah tidak segampang 'memakan lemper yang sudah pasti enak'. Khitah itu mengembalikan perjuangan NU ke spirit awal berdirinya jamiyah, yakni NU tidak berpolitik praktis. NU tidak boleh condong ke parpol atau capres tertentu. NU bukan daun bawang yang selalu doyong.

Berbahagialah warga nahdliyin (nahdiyin) yang masih memiliki anutan. Level Gus Mus setara negarawan kalau dalam pimpinan kenegaraan. Pemimpin tertinggi negara kiranya perlu sering menyimak seruan tokoh bangsa seperti Gus Mus. Benar bahwa nasihat Gus Mus spesifik untuk pimpinan NU. Namun, spiritnya bisa juga untuk pimpinan di Republik ini: menangkan Indonesia, bukan capres-cawapres tertentu. Pemimpin itu mesti tegak lurus, bukan doyong kanan doyong kiri seperti daun bawang.

Terima kasih dawuhnya, Gus. Matur nuwun, Yai.



Berita Lainnya
  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.

  • Perseteruan Profesor-Menkes

    26/5/2025 05:00

    ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”

  • Koperasi dan Barca

    24/5/2025 05:00

    KOPERASI itu gerakan. Ibarat klub sepak bola, gerakan koperasi itu mirip klub Barcelona. Klub dari Catalan, Spanyol, itu dari rakyat dan milik rakyat.