Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
MANUSIA perlu humor agar saraf tidak tegang, biar otot tidak kejang. Menurut kajian psikologi, selera humor yang sehat bahkan bisa membantu seseorang menghadapi masa-masa sulit. Lelucon, kelakar, tertawa, baik pula untuk kesehatan.
Mengutip Verywell Mind, tawa merupakan tingkat paling dasar untuk melatih diafragma. Saat tertawa, seseorang menghirup lebih banyak oksigen dan merangsang paru-paru. Di kala otot rileks selama tertawa, fungsi pembuluh darah dan kesehatan jantung meningkat.
Psikolog tenar Amerika Scott Bea menyebut tertawa terbahak-bahak dapat membuat tidur lebih berkualitas dan mendukung imunitas tubuh karena memicu sel antibodi. Tak cuma untuk individu, tertawa bersama bisa pula mempererat ikatan sosial. Tertawa adalah perekat hubungan, pereda ketegangan, pengurai perselisihan.
Maka dari itu, sering-seringlah tertawa. Kerap-keraplah berkelakar. Namun, tertawa, bercanda tentu ada batasnya. Kalau suka tertawa tanpa sebab, ada baiknya lekas datang ke dokter jiwa karena bisa jadi kejiwaan Anda terganggu. Kalau bergurau kelewat batas bisa celaka.
Para elite negeri ini kiranya juga suka bercanda, gemar berkelakar. Apa pun mereka jadikan bahan lelucon, modal gurauan. Sayangnya, barang yang amat sensitif sekalipun tak luput dari guyonan yang alih-alih membuat orang tertawa.
Kelakar juga makin sering dijadikan dalih ketika elite terpeleset, membuat blunder. Calon presiden nomor urut 1 Prabowo Subianto, misalnya. Dia memantik kontroversi ketika dalam sebuah acara internal partainya, Partai Gerindra, melontarkan ucapan yang dinilai tak pantas.
''Bagaimana perasaan Mas Prabowo? Soal etik, etik, etik. Ndhasmu etik.'' Begitu Prabowo berkata. Ndhasmu yang artinya 'kepalamu' adalah umpatan kasar di kalangan masyarakat Jawa. Dia mirip dengan matamu atau cangkemmu.
Setelah banjir kritikan dan kecaman, kubu Prabowo menguar alasan. Kata mereka, ucapan itu hanya gurauan dan tanda keakraban antara pimpinan dan kader Gerindra. Kata ndhasmu memang biasa diucapkan ketika seseorang begitu karib dengan yang lain.
Namun, tak sedikit pula yang meyakini ucapan Prabowo itu sebagai ekspresi kejengkelan, bentuk nyinyirisme, terhadap Anies Baswedan. Itu buntut dari debat pertama capres, Selasa (12/12), ketika rivalnya itu gencar mempersoalkan etika. Data dari Drone Emprit menyebut, sentimen atas ucapan Prabowo dominan negatif yakni 62%.
Kelakar lebih fatal keluar dari mulut Zulkifli Hasan, Ketua Umum PAN, partai pendukung dan pengusung Prabowo-Gibran. Fatal karena Zulhas membawa-bawa agama. Fatal sebab dia menjadikan ibadah wajib umat Islam sebagai candaan saat membuka Rakernas Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (19/12).
"Saudara-saudara, tapi di sini kan aman. Saya keliling daerah, di sini aman, Jakarta tidak ada masalah. Yang jauh-jauh ada lo. Jadi kalau salat Magrib baca Al-Fatihah wa lad-dollin, ada yang diem sekarang. Ada, Pak, sekarang diem, banyak. Saking cintanya sama Pak Prabowo. Itu kalau tahiat akhir itu kan gini (gestur 1 telunjuk), sekarang banyak gini (gestur 2 telunjuk)," kata Zulhas.
Sami mawon dengan Pak Prabowo, Bang Zul juga memicu kontroversi. Entah kenapa, sasaran kelakar juga sama, yakni Anies. Dalam salat, di akhir bacaan Al-Fatihah, baik imam maupun makmum mengucap amin, yang dalam pentas pilpres kali ini bisa jadi dikaitkan dengan Amin, Anies-Muhaimim. Pun dengan tasyahud, kaum muslim pasti menunjuk satu jari. Kebetulan nomor urut Amin ialah 1, bukan 2 milik Prabowo-Gibran.
Banyak yang menganggap candaan itu keterlaluan. Ini sah-sah saja. Tidak sedikit yang menilai Zulhas telah melakukan penodaan agama sehingga harus diproses hukum seperti halnya penoda-penoda agama lainnya. Ini wajar-wajar saja.
Sama wajarnya pihak Bang Zul membela diri. Kata Ketua Fraksi PAN Saleh Daulay, jika video tersebut diikuti secara keseluruhan, dapat dipahami bahwa Bang Zul ingin mengajak semua pihak untuk menjaga agar pilpres tetap teduh, tertib, aman, dan damai. Tidak ada maksud untuk melecehkan agama.
Begitulah pembelaannya. Tapi, rasanya kok malah ibarat jaka sembung bawa golok, tidak nyambung, bok. Kalau ingin pilpres tetap teduh, bukankah elite seharusnya berucap yang meneduhkan? Bukan yang memanaskan?
Bercanda memang perlu. Humor memang dibutuhkan agar dunia terang, supaya pikiran tenang, hati senang, tidak tegang. Namun, guyon tidak boleh waton. Tidak boleh asal.
Novelis dan penulis Mark Twain pernah bilang, ''Lelucon orang Jerman bukanlah bahan tertawaan.'' Dalam berbagai survei, Jerman memang dinobatkan sebagai bangsa yang paling tidak lucu. Begitu pun candaan elite-elite kita, bukannya membuat kita tertawa, tapi malah sebaliknya. Garing dan berbahaya.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.
PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved