Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Politik Konsultan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
16/12/2023 05:00
Politik Konsultan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ADA dua kawan berdebat soal strategi kampanye paling cocok di Indonesia. Yang satu percaya bahwa mayoritas pemilih cukup diberi gimik. Satunya yakin, kebanyakan gimik malah bikin mual. Salah-salah bisa muntah.

Mana di antara dua strategi itu yang cocok? Ya pasti bergantung pada siapa konsultan yang paling agresif meyakinkan kandidat sembari mengajukan proposal berisi praktik terbaik dan kisah sukses strategi yang mereka tawarkan. Semakin sanggup mereka ngegombal bahwa strategi yang mereka pakai terbukti manjur di banyak ajang kontestasi politik, semakin sukses pula mereka mendulang fulus hasil jasa konsultasi.

Itulah pula, banyak yang meyakini bahwa pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran menyewa konsultan politik yang pernah dipakai Marcos Jr atau Bongbong Marcos. Karena gaya kampanye pasangan nomor urut 2 di Pilpres 2024 itu sangat mirip dengan cara Bongbong Marcos berkampanye di Pilpres Filipina dua tahun lalu.

Kisah sukses itu hendak diulang di Indonesia. Alasannya, struktur pemilih Indonesia mirip-mirip dengan Filipina. Kemiripan itu terletak pada demografi pemilih yang didominasi kaum muda serta rata-rata tingkat pendidikan pemilih yang masih rendah. Lebih dari separuh pemilih di Filipina dan Indonesia berpendidikan SD ke bawah.

Rata-rata pemilih muda di Filipina tidak paham sejarah pemerintahan otoriter dan korup Filipina saat dipimpin Ferdinand Marcos (ayah Marcos Jr). Di Indonesia, banyak juga pemilih muda yang sangat berjarak dengan rezim Orde Baru, kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat masa lalu, dan apa itu praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme, bukan kuliah kerja nyata).

Dalam potret kemiripan seperti itulah konsultan politik menggarap strategi kampanye penuh gimik, khususnya di media sosial. Menggaet content creator, joget bersama alih-alih menjual gagasan, hingga memanfaatkan influencer bahkan para buzzer. Gimik-gimik itu, dalam keyakinan konsultan dan tim kandidat, jadi mahasakti untuk mendulang dukungan dan pilihan.

Di Filipina, saat masa kampanye, Marcos Jr, atau Bongbong Marcos, menjalankan sejumlah strategi untuk menggaet pemilih muda, menggunakan media sosial untuk mendongkrak popularitasnya di kalangan pemilih berusia muda serta melawan narasi warisan diktator yang disuarakan lawan.

Ada dua poin utama dari strategi Bongbong Marcos dalam usaha merebut suara pemilih berusia muda. Pertama,  memanfaatkan   Tiktok dan  influencer. Kedua, menggelar konser sembari berdansa dengan menampilkan selebritas yang lagi menjadi idola kaum muda.

Tim kampanye Bongbong Marcos memanfaatkan media sosial, terutama Tiktok. Mereka dengan gencar mengunggah video yang menggambarkan keluarga Marcos sebagai dinasti politik yang membawa kemewahan ala Kennedy dan rasa hormat global kepada Filipina saat dipimpin Marcos.

Bahkan, ada klip retro dari ibu negara Imelda Marcos yang berpakaian mewah, bertemu dengan Pangeran Charles dari Inggris dengan latar lagu hit Habits dari penyanyi pop Swedia Tove Lo. Tim sukses Marcos Jr juga membuat satu akun Tiktok yang didedikasikan untuk mengunggah dan menyebarkan klip video tentang keluarga Marcos.

Semua klip yang diunggah dan disebarluaskan itu dikemas dengan konsep anak muda. Misalnya, video yang menampilkan masa kecil Marcos Jr yang diiringi lagu viral Doja Cat dan Gwen Stefani You Right X Luxurious.

Lalu, banyak pula video pendek yang menggambarkan Bongbong Marcos sebagai pria yang penuh kasih sayang, dengan ketegasan seperti ayahnya, sebagai sosok yang siap mengembalikan harga diri negara yang dilanda covid-19 dan kesulitan ekonomi. Melalui beberapa akun anonim, tim sukses Marcos Jr memosting ulang konten pro-Marcos dari Facebook dan Youtube ke Tiktok. Timses Bongnong Marcos juga disebut-sebut membayar influencer Tiktok ratusan dolar AS untuk setiap klip yang diunggah.

Dalam video itu para influencer dengan pengikut besar di medsos diminta mengenakan perlengkapan kampanye, menari, dan menyanyikan jingle kampanye, lalu menginstruksikan pengikut mereka untuk memilih Marcos Jr. Untuk menggaet suara anak muda, tim sukses Bongbong Marcos menggelar serangkaian konser di beberapa kota besar Filipina dan melibatkan sederet artis nasional ternama, yang secara terbuka menyatakan dukungan terhadap Bongbong Marcos.

Konser itu selalu ramai dihadiri para pendukungnya, yang mayoritas anak muda. Bahkan, remaja dan pemuda yang sebelumnya abai terhadap pemilihan presiden menjadi tertarik mendukung Marcos Jr.

Di Indonesia, ada pasangan yang mereplikasi gaya kampanye Bongbong Marcos itu. Mereka berjoget, direkam di video, lalu ting dan plung, diunggah di medsos. Di panggung-panggung terbuka, sembari menggaet para pesohor, mereka berjoget menarasikan 'gemoy''santuy', dan 'ogah pusing'.

Parade testimoni dan ajakan dari para pesohor dan inluencer juga bertaburan di media sosial. Akankah peniruan itu berhasil? Ada yang yakin bisa, ada yang amat yakin tidak bakal sama. Mereka yang yakin berhasil mendasarkan pada kesamaan 'postur' pemilih antara di Indonesia dan Filipina.

Sebaliknya yang yakin bakal berbeda hasilnya mendasarkan pada serbuan pemilih kritis di medsos yang tidak kalah dahsyat. Buktinya, kontranarasi seperti Wakanda no more, Indonesia forever juga amat viral. Tagar 'antipemimpin asam sulfat' juga trending di mana-mana.

Semuanya sah-sah saja, asal masih dalam ranah kreativitas yang menyegarkan. Politik tetap butuh gimik, asal tidak overdosis. Bila overdosis, orang malah bisa pusing dan muntah.



Berita Lainnya
  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.