Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Sontoloyo

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
20/10/2023 05:00
Sontoloyo
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ROMANSA antara Joko Widodo dan sebagian pendukung fanatiknya tidak lagi seindah dulu. Ikatan kasih sayang di antara mereka mengendor hebat, kemesraan pun berubah menjadi kebencian. Malahan, ada yang bilang sudah muak.

Tidak ada frasa yang lebih sadis lagi daripada muak untuk menggambarkan buruknya sebuah hubungan. Muak bisa berarti jemu. Bisa juga merasa jijik sampai hendak muntah. Apakah itu artinya sekarang mereka jijik, ingin muntah dengan Jokowi? Apakah memang tak ada lagi secuil pun rasa cinta yang tersisa kepada Jokowi hingga harus ada tagar #KamiMuak?

Jokowi memang fenomena seorang presiden yang unik, sangat unik. Dia amat dicinta, tapi juga sangat dibenci. Mereka yang bersimpang jalan dengan Jokowi, bencinya setengah mati. Apa pun yang dilakukan Jokowi salah. Yang benar saja dianggap salah, apalagi yang benar-benar salah.

Di lain sisi, mereka yang sejalan dengan Jokowi, cintanya juga setengah mati. Mereka memuja Jokowi bak manusia setengah dewa. Jokowi tak pernah dan tak bisa salah. Semua kebijakan Jokowi dianggap benar kendati nyata-nyata salah.

Pembelaan para pecinta Jokowi luar biasa. Jangankan mengkritik apalagi mengecam, para pihak yang hendak memberikan masukan kepada Jokowi tak jarang dianggap lawan. Maka, mereka bakal menyerang habis-habisan. Die hard Jokowi, itulah istilah buat para pemuja Jokowi.

Namun, itu kisah lama. Kini, mereka yang dulu cinta buta pada Jokowi, yang selalu gigih membela, berbalik mencerca. Jokowi tak lagi sebagai idola, justru dianggap sebagai sosok yang bernoda cela. Jokowi bukan lagi panutan, malah sebaliknya harus dilawan.

Mereka menilai Jokowi telah menyesatkan diri dari jalur reformasi. Jokowi dianggap menjerumuskan diri dalam dinasti politik. Musababnya, apalagi kalau bukan pembiaran anak-anaknya terlibat dalam perburuan kekuasaan. Semua kiranya paham, putra sulung Gibran Rakabuming Raka yang katanya tak tertarik terjun ke politik ialah Wali Kota Surakarta. Lalu, sang menantu, Bobby Nasution, menjadi Wali Kota Medan.

Seakan tak mau ketinggalan, putra bungsu Kaesang Pangarep memimpin PSI secara kilat, baru dua hari menjadi kader langsung ketua umum. Tidak ada di mana pun di kolong langit ketua umum partai yang seperti itu. Kaesang juga pernah berencana maju dalam Pilkada Depok tahun depan.

Belum cukup, Gibran ramai disebut bakal berkontestasi di Pilpres 2024 sebagai cawapres. Karena terkendala usia, institusi negara yang mulia, Mahkamah Konstitusi yang diketuai sang paman pun dimanfaatkan.

Tak cuma kita, publik luar negeri memberikan atensi tersendiri soal ini. Constitutional Court Clears Way for Jokowi Dinasty, begitu judul berita laman Sydney Morning Herald tentang putusan MK. Indonesia court clears pathway for Jokowi dinasty, demikian The Australian bilang. Adapun Bloomberg memajang judul Indonesia Court Ruling Enables Jokowi's Son to Run as VP.

Kuoso nggendhong lali. Kekuasaan bisa membuat orang lupa. Jangan bicara soal aturan karena memang tidak ada ketentuan yang melarang anak atau menantu presiden menjadi wali kota. Tak ada regulasi yang dapat menghalangi putra kepala negara mak bendunduk menjadi ketua partai. Namun, ada etika, ada fatsun, jangan aji mumpung. Mumpung bapaknya sedang berkuasa, anaknya juga mesti berkuasa.

Dalam konteks itu, saya setuju dengan mereka yang dulu memuji, tetapi kini mengkritik Jokowi. Persoalannya, apakah mereka menolak dinasti politik Jokowi benar-benar dari hati? Sik..sik..sik, tunggu dulu. Seorang kawan menulis di dinding medsosnya kira-kira begini; Gibran Pilwalkot. Elu: Dinastinya dmn? Gibran Cawapres. Elu: Ini baru dinasti. Gue: Rungkad elu

Ya, kenapa baru sekarang mempersoalkan politik dinasti Jokowi? Dulu ke mane aje? Kenapa tidak protes ketika Gibran bertarung di Pilkada Surakarta 2020? Kenapa kalian malah membela Gibran saat itu? Kenapa kalian justru mencela habis-habisan pihak-pihak yang mengkritik Gibran dan Pak Jokowi kala itu?

Atau, kenapa yang sekarang marah-marah tak protes ketika Kaesang berkehendak maju Pilkada Depok? Kenapa kalian woles-woles saja, tapi sekarang kebakaran jenggot meski tak punya jenggot?

Ada lagi komentar seorang netizen. ''Kalau Gibran jadi cawapresnya Pak Ganjar, kira-kira dianggap politik dinasti gak ya?'' Ini komen cerdas. Jangan-jangan, mereka marah hanya karena Gibran akan nyawapres, tapi untuk capres lain. Jangan-jangan, seperti sebelumnya, mereka akan kompak menyanyikan lagu setuju jika Gibran dan Pak Jokowi tetap bersama jagoannya.

Jika memang itu adanya, mereka bukanlah pejuang, tapi perusak demokrasi. Entah itu influencer kelas hiu, buzzer kelas ular, wartawan, aktivis, budayawan, atau siapa pun dia, kalau sekarang menggugat politik dinasti Jokowi lantaran punya kepentingan lain, sontoloyo namanya.



Berita Lainnya
  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik