Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Ojo Kesusu

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
19/10/2023 05:00
Ojo Kesusu
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KALIMAT dalam bahasa Jawa yang artinya 'jangan terburu-buru' atau 'jangan tergesa-gesa' itu belakangan kerap dilontarkan Presiden Joko Widodo di berbagai kesempatan. Sebetulnya bukan belakangan saja, sih. Sejak tahun lalu Jokowi sudah menyampaikan itu di depan relawan pendukungnya ketika ditagih ke mana arah dukungan dia dalam Pilpres 2024 nanti.

Sampai kini, setiap kali Jokowi bertemu relawan (buat saya sebetulnya aneh kepala negara kok masih memobilisasi relawan) atau siapa pun pihak yang mendesak-desak dia, frasa ojo kesusu selalu dia ulang-ulang. Terakhir ia ungkapkan lagi saat membuka Rakernas VI Relawan Pro Jokowi (Projo) pada Sabtu (14/10) lalu. Jokowi meminta Projo ojo kesusu dalam menentukan calon presiden yang akan didukung.

Saking seringnya kalimat itu terlontar, sejumlah pakar bahkan menyebut itu sebagai gaya politik yang sedang dimainkan Jokowi. Politik ojo kesusu. Dalam perspektif yang positif, berpolitik dengan gaya ojo kesusu sejatinya menyehatkan demokrasi. Setidaknya di dalam konsep itu ada pesan agar kita berpolitik dengan tekun dan sabar. Tidak grasah-grusuh. Berpolitik harus penuh kalkulasi dan pertimbangan.

Dalam memilih pemimpin, misalnya, ojo kesusu dapat dimaknai sebagai langkah untuk mempertimbangkan semua aspek mengenai calon pemimpin melalui helicopter view. Saring dulu calon-calonnya, cermati rekam jejaknya, hitung kapasitas dan integritasnya, bahkan bila perlu lihat juga latar belakang keluarga dan partai yang mendukungnya. Nah, itu konsep ojo kesusu yang benar, yang positif.

Namun, kalau menyimak riwayat berpolitik Pak Jokowi akhir-akhir ini, yang lumayan 'tercemar' oleh kesukaan dia cawe-cawe urusan pemilu dan pilpres, rasanya tak berlebihan jika kita, setidaknya saya, menduga bukan makna itu yang dimaui sang mantan Wali Kota Surakarta melalui frasa saktinya tersebut. Kiranya ada udang di balik batu, ada tujuan lain di balik ucapannya yang meminta orang untuk tidak terburu-buru.

Dalam hal kepada capres mana dukungan Pak Presiden bakal berlabuh, jawaban ojo kesusu yang dia ucapkan kemarin-kemarin ternyata hanyalah jurus untuk mengulur waktu. Buying time kalau orang sono bilang. Ia terus meminta pendukungnya jangan tergesa-gesa karena sepertinya saat itu dia sedang menunggu hasil putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang perkara uji materi syarat batas usia capres dan cawapres.

Seperti yang juga sudah diketahui publik luas, ada kepentingan Jokowi dalam putusan tersebut karena jika uji materi dikabulkan, putra sulungnya yang masih muda itu, yakni Gibran Rakabuming Raka, punya kans besar menjadi cawapres. Sangat mungkin yang akan menggaetnya ialah capres dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto.

Pada Senin (16/10) lalu, dalam putusan yang dibacakan, MK akhirnya mengabulkan sejumlah syarat menjadi capres-cawapres pada Pilpres 2024. Kendati ditingkahi dengan proses pengambilan putusan yang penuh kontroversi, pada intinya putusan MK itu memungkinkan Gibran mengonversi kans atau peluang untuk naik kelas menjadi cawapres.

Bagaimana selanjutnya, kita tunggu saja dalam hari-hari ini. Apakah politik ojo kesusu versi Jokowi bakal meraih hasil optimal dengan menempatkan Gibran menjadi pendamping Prabowo, yang otomatis akan menegaskan ke mana Jokowi melabuhkan dukungan? Atau gaya ojo kesusu-nya justru akan menjadi bumerang lantaran publik sudah kadung membaca ada manuver tak elok di balik kata-kata manis itu?

Sudah dihujat publik, jaminan bahwa Prabowo bakal 100% menarik Gibran setelah putusan MK pun sesungguhnya juga tidak ada. Masih menggantung. Mungkin saja pengaruh Jokowi di Koalisi Indonesia Maju besar, tapi jangan lupa ada parpol lain dalam koalisi itu yang juga menginginkan posisi cawapres pengiring Prabowo.

Namun, kalau boleh berandai-andai, seandainya saya jadi Prabowo, tanpa berpikir panjang saya sudah pasti bakal meminta Gibran menjadi pendamping di pilpres. Bahkan pada hari yang sama dengan pembacaan putusan MK, barangkali saya akan langsung meminta Mas Wali Kota itu terbang dari Solo ke Jakarta untuk melakukan deklarasi.

Mengapa begitu? Lho bayangkan saja, bapaknya Gibran sudah mengorbankan segalanya. Dia rela dicaci, dihujat, dituduh nepotisme, dituding sedang membangun dinasti kekuasaanlah, dibilang pemicu terdegradasinya muruah MK, merobohkan bangunan demokrasi dan reformasi, dan lain-lain. Masak pengorbanan yang sudah sedemikian total begitu tidak dihargai?

Namun, sekali lagi, itu hanya andai-andai. Faktanya, Prabowo sepertinya malah tertular kebiasaan Jokowi. Saat ditanya perihal bakal cawapresnya, Selasa (17/10), ia menjawab seperti cara Jokowi menjawab. "Ojo kesusu, ojo grusa grusu," kata dia.



Berita Lainnya
  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.