Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Cekik dan Tampar

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
22/9/2023 05:00
Cekik dan Tampar
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SETIDAKNYA ada dua kata yang lagi populer akhir-akhir ini. Pertama ialah cekik, kedua tampar. Keduanya mewakili tindak kekerasan yang kalau dipaksa dihubung-hubungkan dapat pula untuk menstigma karakter seseorang.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cekik berarti ‘memegang dan mencekam leher (merih) sehingga yang dipegang dan dicekam tidak dapat bernapas’. Mencekik bisa mematikan.

Dalam kamus yang sama, tampar dapat ‘berarti memukul dengan telapak tangan’. Menampar bisa menyakitkan. Oleh karena itu, sama dengan cekik, ia tak boleh serta-merta dilakukan, terlebih oleh mereka yang sedang menyandang sabuk kekuasaan.

Cekik dan tampar, itulah isu yang mencuat di ruang publik belakangan ini. Isunya, ada seorang menteri yang juga bakal calon presiden mencekik dan menampar seorang wakil menteri. Dari situ saja kita sudah geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa menteri berlaku bak preman terminal terhadap wakil menteri?

Lebih gilanya lagi, locus delicti, tempat kejadiannya, tak sembarangan. Pak menteri itu disebutkan mencekik dan menampar wakil menteri dalam Rapat Kabinet di Istana Negara. Menampar dan mencekik di tempat biasa saja sudah keterlaluan, apalagi di Istana, di tempat Presiden mengendalikan kuasanya.

Sinting, edan, benar menteri itu. Sudah gila dia rupanya. Dengan karakter seperti itu, apa yang bisa kita harap darinya sebagai bacapres? Mana mungkin masa depan kita sandarkan pada orang yang gampang mengobral kekerasan?

Tidak disebutkan jati diri menteri tersebut. Namun, publik sangat mudah menebak bahwa dia ialah Prabowo Subianto. Bukankah menteri yang juga bacapres hanyalah Prabowo, tidak ada yang lain? Adapun wakil menteri, sang korban cekikan dan tamparan, dispekulasikan sebagai Wamen Pertanian Harvick Hasnul Qolbi.

Namun, tunggu dulu. Kejadian itu hanya isu liar. Yang namanya liar, sumbernya juga asal. Muasalnya tidak jelas, yang memberikan informasi pun sulit dipertanggungjawabkan. Yang jelas, isu itu diangkat dan ditebarkan oleh mereka yang merupakan die hard bacapres tertentu. Ada yang menyebut mereka influencer, ada pula yang lebih suka melabelinya sebagai buzzer. Buzzer Rp malah.

Benarkah Prabowo mencekik dan menampar Harvick? Presiden Jokowi, sang empunya Istana saat ini, membantah. "Setahu saya tidak ada peristiwa seperti itu. Masak nyekik?" katanya seusai meninjau Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (19/9).

Pihak Kementan menepis. Mereka bilang sudah mengecek agenda Wamentan dalam 10 hari terakhir dan yang bersangkutan tidak ada acara mengikuti rapat di Istana mewakili Mentan. Prabowo juga menyangkal. Dia mengaku belum pernah berjumpa dengan Harvick. "Saya ketemu saja belum dengan wamennya," cetusnya, santai.

Saya tidak tahu apakah Prabowo sekadar membela diri dari tudingan negatif itu. Tudingan yang seolah ingin membawa memori rakyat kembali ke masal silam yang mana dia distigmakan sebagai sosok pemarah. Saya juga tak tahu apakah Pak Jokowi sengaja melindungi anak buahnya. Atau, apakah Kementan tak enak hati kalau berterus terang perihal kejadian sebenarnya.

Yang pasti, mereka boleh memberikan klarifikasi. Prabowo punya hak untuk itu. Soal benar tidaknya dia mencekik dan menampar, biarkan yang menuduh yang membuktikan. Actori in cumbit onus probandi.

Untuk mas-mas yang menyebarkan isu tersebut, saatnya Anda memperlihatkan jiwa kesatria jika memang masih ada. Buktikan bahwa Prabowo memang mencekik dan menampar Wamen Harvick seperti yang Anda narasikan dengan sangat meyakinkan.

Inilah kesempatan terbaik bagi Anda untuk memberikan petunjuk kepada rakyat siapa sebenarnya bacapres yang ada agar tak salah pilih nantinya. Inilah peluang bagi Anda untuk menjadi pahlawan yang menuntun rakyat untuk bijak dan tepat menggunakan hak suaranya.

Atau, jangan-jangan sampeyan sebenarnya para pecundang? Saking bencinya kepada rival sang junjungan, saking bernafsunya agar yang didukung menjadi pemenang, atau saking takutnya kepada kandidat lain, sampeyan menempuh segala cara dengan menyebar dergama semaunya. Persis yang Socrates bilang bahwa ketika kalah dalam debat, fitnah menjadi alat bagi loser.

Saya bukan pendukung Prabowo. Namun, bolehlah saya berpendapat bahwa merusak karakter seseorang dengan cara-cara kotor, dengan defamasi, merupakan tindakan yang tak cuma memalukan, tapi juga menjijikkan. Tak peduli siapa korbannya, apakah Prabowo, Anies, atau Ganjar, model berkompetisi seperti itu ialah rendahan. Kiranya tangan hukum tak boleh lagi diam agar pelaku tak tuman.



Berita Lainnya
  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).