Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
SETIDAKNYA ada dua kata yang lagi populer akhir-akhir ini. Pertama ialah cekik, kedua tampar. Keduanya mewakili tindak kekerasan yang kalau dipaksa dihubung-hubungkan dapat pula untuk menstigma karakter seseorang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cekik berarti ‘memegang dan mencekam leher (merih) sehingga yang dipegang dan dicekam tidak dapat bernapas’. Mencekik bisa mematikan.
Dalam kamus yang sama, tampar dapat ‘berarti memukul dengan telapak tangan’. Menampar bisa menyakitkan. Oleh karena itu, sama dengan cekik, ia tak boleh serta-merta dilakukan, terlebih oleh mereka yang sedang menyandang sabuk kekuasaan.
Cekik dan tampar, itulah isu yang mencuat di ruang publik belakangan ini. Isunya, ada seorang menteri yang juga bakal calon presiden mencekik dan menampar seorang wakil menteri. Dari situ saja kita sudah geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa menteri berlaku bak preman terminal terhadap wakil menteri?
Lebih gilanya lagi, locus delicti, tempat kejadiannya, tak sembarangan. Pak menteri itu disebutkan mencekik dan menampar wakil menteri dalam Rapat Kabinet di Istana Negara. Menampar dan mencekik di tempat biasa saja sudah keterlaluan, apalagi di Istana, di tempat Presiden mengendalikan kuasanya.
Sinting, edan, benar menteri itu. Sudah gila dia rupanya. Dengan karakter seperti itu, apa yang bisa kita harap darinya sebagai bacapres? Mana mungkin masa depan kita sandarkan pada orang yang gampang mengobral kekerasan?
Tidak disebutkan jati diri menteri tersebut. Namun, publik sangat mudah menebak bahwa dia ialah Prabowo Subianto. Bukankah menteri yang juga bacapres hanyalah Prabowo, tidak ada yang lain? Adapun wakil menteri, sang korban cekikan dan tamparan, dispekulasikan sebagai Wamen Pertanian Harvick Hasnul Qolbi.
Namun, tunggu dulu. Kejadian itu hanya isu liar. Yang namanya liar, sumbernya juga asal. Muasalnya tidak jelas, yang memberikan informasi pun sulit dipertanggungjawabkan. Yang jelas, isu itu diangkat dan ditebarkan oleh mereka yang merupakan die hard bacapres tertentu. Ada yang menyebut mereka influencer, ada pula yang lebih suka melabelinya sebagai buzzer. Buzzer Rp malah.
Benarkah Prabowo mencekik dan menampar Harvick? Presiden Jokowi, sang empunya Istana saat ini, membantah. "Setahu saya tidak ada peristiwa seperti itu. Masak nyekik?" katanya seusai meninjau Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (19/9).
Pihak Kementan menepis. Mereka bilang sudah mengecek agenda Wamentan dalam 10 hari terakhir dan yang bersangkutan tidak ada acara mengikuti rapat di Istana mewakili Mentan. Prabowo juga menyangkal. Dia mengaku belum pernah berjumpa dengan Harvick. "Saya ketemu saja belum dengan wamennya," cetusnya, santai.
Saya tidak tahu apakah Prabowo sekadar membela diri dari tudingan negatif itu. Tudingan yang seolah ingin membawa memori rakyat kembali ke masal silam yang mana dia distigmakan sebagai sosok pemarah. Saya juga tak tahu apakah Pak Jokowi sengaja melindungi anak buahnya. Atau, apakah Kementan tak enak hati kalau berterus terang perihal kejadian sebenarnya.
Yang pasti, mereka boleh memberikan klarifikasi. Prabowo punya hak untuk itu. Soal benar tidaknya dia mencekik dan menampar, biarkan yang menuduh yang membuktikan. Actori in cumbit onus probandi.
Untuk mas-mas yang menyebarkan isu tersebut, saatnya Anda memperlihatkan jiwa kesatria jika memang masih ada. Buktikan bahwa Prabowo memang mencekik dan menampar Wamen Harvick seperti yang Anda narasikan dengan sangat meyakinkan.
Inilah kesempatan terbaik bagi Anda untuk memberikan petunjuk kepada rakyat siapa sebenarnya bacapres yang ada agar tak salah pilih nantinya. Inilah peluang bagi Anda untuk menjadi pahlawan yang menuntun rakyat untuk bijak dan tepat menggunakan hak suaranya.
Atau, jangan-jangan sampeyan sebenarnya para pecundang? Saking bencinya kepada rival sang junjungan, saking bernafsunya agar yang didukung menjadi pemenang, atau saking takutnya kepada kandidat lain, sampeyan menempuh segala cara dengan menyebar dergama semaunya. Persis yang Socrates bilang bahwa ketika kalah dalam debat, fitnah menjadi alat bagi loser.
Saya bukan pendukung Prabowo. Namun, bolehlah saya berpendapat bahwa merusak karakter seseorang dengan cara-cara kotor, dengan defamasi, merupakan tindakan yang tak cuma memalukan, tapi juga menjijikkan. Tak peduli siapa korbannya, apakah Prabowo, Anies, atau Ganjar, model berkompetisi seperti itu ialah rendahan. Kiranya tangan hukum tak boleh lagi diam agar pelaku tak tuman.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved