Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Polusi tiada Henti

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
25/8/2023 05:00
Polusi tiada Henti
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SELAIN soal tuduhan pelanggaran HAM, masalah polusi udara menjadi ancaman serius pelaksanaan Olimpiade Beijing, Tiongkok, 2008 silam. Pesta olahraga terbesar sedunia edisi ke-29 itu bahkan sempat diragukan bisa dihelat sesuai dengan jadwal.

Saking buruknya kualitas udara di Beijing kala itu, Komite Olimpiade Internasional (IOC) kepikiran untuk membatalkan, atau setidaknya menunda, perlombaan beberapa cabang olahraga. Utamanya yang terkait dengan ketahanan atlet seperti maraton dan balap sepeda jarak jauh.

Selain digelar di luar ruangan, kesehatan atlet yang mutlak memaksimalkan endurance bisa berada dalam bahaya karena pada saat bersamaan menghirup udara kotor. Kotor lantaran polusi di ibu kota Tiongkok itu luar biasa parah.

"Memang berisiko untuk cabang ketahanan yang memakan waktu lebih dari 1 jam," ujar Hein Verbruggen, Ketua Komisi Koordinasi IOC saat itu, sekitar empat bulan sebelum Olimpiade Beijing berlangsung.

Pemerintah Tiongkok tak tinggal diam. Langkah radikal diambil untuk membersihkan udara Beijing. Setengah dari 3,5 juta mobil di jalanan Beijing dirumahkan sesaat. Kendaraan dari luar kota dilarang masuk. Proses industri kawasan ibu kota dan lima provinsi sekitar Beijing dihentikan sementara. Tujuannya satu, yakni agar emisi terkendali, agar polusi bisa dikurangi. Tiongkok tak mau nama mereka tercoreng gegara Olimpiade terganggu oleh buruknya kualitas udara.

Upaya itu tak sia-sia. Tatkala Olimpide digelar pada Agustus 2008, polusi Beijing turun dengan indeks kualitas udara (AQI) berindikasi 'baik'. Saya menjadi saksi langsung betapa akhirnya Olimpiade berlangsung dengan sukses, sangat sukses.

Polusi udara di Beijing sebenarnya masalah lama, sejak 1998. Lalu, Olimpiade 2008 menjadi momentum untuk bersih-bersih. Beragam kebijakan dibuat dan dilaksanakan. Kendaraan berbasis tenaga listrik dimasifkan, industri berbasis bahan bakar fosil ditekan. Tak percuma, laporan PBB 10 tahun kemudian menyebutkan kadar polusi di sana turun 35%. Itulah penurunan terbesar dan paling drastis.

Pada 24 Juli 2018, udara di Ibu Kota Jakarta buruk, sangat buruk. Ia termasuk kota paling berpolusi versi pemantau kualitas udara AS bernama Air Visual. Ia hanya kalah ketimbang Krasnoyarsk, Rusia, dan Tel Aviv Yavo, Israel. Padahal, tak lama lagi Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games 2018, pesta olahraga terbesar se-Asia.

Pemerintah Jakarta dan Indonesia tak tinggal diam. Beberapa kebijakan diambil, semisal pembatasan dan pengaturan kendaraan bermotor. Hasilnya, meski tak terlalu baik, udara Jakarta selama Asia Games tergolong aman. Saya pun menjadi saksi betapa Asian Games untuk kali kedua di Indonesia itu berlangsung sukses, amat sukses.

Namun, beda Tiongkok lain Indonesia. Kalau Beijing menjadikan Olimpiade 2008 sebagai tonggak untuk membersihkan udara, Jakarta tidak. Tidak ada langkah lanjutan yang progresif setelah Asian Games berlalu. Industri dibiarkan kembali menebar racun. Knalpot mobil dan motor pun kembali leluasa menyemburkan asap berbahaya.

Coba kita simak. Pada 2020 terbit Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 66 yang mewajibkan uji emisi bagi kendaraan bermotor yang telah berumur tiga tahun atau lebih. Denda bagi pelanggar cukup besar, Rp250 ribu untuk motor dan Rp500 ribu untuk mobil, tapi itu cuma di atas kertas. Faktanya, pelaksanaannya? Sama sekali tak terdengar.

Peraturan bagi industri untuk tak sembarangan membuang asap juga sudah lama ada. Mereka, misalnya, diwajibkan melengkapi continuous emission monitoring system. Namun, penerapannya? Nyaris tak terasa.

Karena itu, tak mengherankan jika polusi tiada henti mencemari udara Jakarta dan sekitarnya, termasuk belakangan ini. Bahkan, berkali-kali udara Jakarta menjadi juara terburuk sejagat. Warga cemas akan sesak napas dan penyakit lainnya. Presiden Jokowi malah dikabarkan batuk-batuk selama empat minggu imbas dari udara Jakarta yang sakit.

Uthlub al-'ilm walau bi ash-shin. Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Itu ajaran lama yang kiranya tetap relevan, termasuk dalam hal bagaimana mengatasi polusi di Jakarta.

Urusan bersih-bersih udara, Tiongkok patut dijadikan contoh. Mereka bisa menanggalkan predikat kota terpolusi karena punya komitmen dan juga konsistensi. Sebaliknya, para pejabat di negeri ini masih saja doyan hangat-hangat tahi ayam. Hangatnya cuma sebentar lalu dingin. Bersungguh-sungguh hanya di awal kemudian abai.

Itulah yang publik, setidaknya saya, khawatirkan dalam penanganan polusi udara di Jabodetabek saat ini. Mereka kini luar biasa sibuk, tapi bisa jadi tak peduli lagi ketika polusi teratasi. Padahal, tanpa penanganan total dan berkesinambungan, polusi udara pergi hanya untuk sementara lalu kembali.



Berita Lainnya
  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik