Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Pak Lurah

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
18/8/2023 05:00
Pak Lurah
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KATA pak lurah lagi trending. Sebutan itu jadi pembicaraan banyak kalangan, mulai para pemangku kuasa hingga rakyat jelata, dengan beragam tafsir plus rupa-rupa pemaknaan.

Adalah Presiden Jokowi yang menggaungkan pak lurah. Tak tanggung-tanggung, dia memberikan porsi khusus buat pak lurah pada pidato kenegaraan, Rabu (16/8). Pidato itu dihelat di acara yang mulia, yang sakral, yakni Sidang Tahunan MPR di kompleks parlemen Senayan yang menjadi agenda tahunan sehari jelang Hari Kemerdekaan RI.

''Kita saat ini sudah memasuki tahun politik. Suasananya sudah hangat-hangat kuku dan sedang tren di kalangan politisi dan parpol. Setiap ditanya soal siapa capres-cawapresnya, jawabannya 'Belum ada arahan pak lurah',” begitu Pak Jokowi mengawali pidatonya.

''Saya sempat mikir. Siapa pak lurah ini? Sedikit-sedikit, kok, pak lurah. Belakangan saya tahu yang dimaksud pak lurah itu ternyata saya. Ya saya jawab saja, saya bukan lurah. Saya Presiden Republik Indonesia. Ternyata pak lurah itu kode. Tapi perlu saya tegaskan, saya ini bukan ketua umum parpol, bukan juga ketua koalisi partai, dan sesuai ketentuan undang-undang, yang menentukan capres dan cawapres itu parpol dan koalisi parpol,'' curhatnya lagi.

Pak Jokowi kemudian bilang bahwa penentuan capres-cawapres bukan wewenangnya, bukan wewenang pak lurah. Dia pun memilih menerima nasib sebagai seorang presiden untuk dijadikan paten-patenan, dijadikan alibi, dijadikan tameng.

Lurah ialah jabatan perangkat daerah. Dia pemimpin kelurahan di wilayah kabupaten atau kota dan bertanggung jawab kepada camat. Secara hierarki, posisi lurah jelas jauh di bawah presiden. Di antara keduanya masih ada camat, bupati/wali kota, dan gubernur. Jika begitu, kenapa sebutan pak lurah mengacu ke Pak Presiden?

Betul kiranya kata Pak Jokowi bahwa pak lurah adalah semacam kode yang merujuk ke dirinya. Kode itu pun sudah lama ada, publik juga telah lama mengetahuinya. Kode pak lurah, umpamanya, menyeruak dalam kisruh Partai Demokrat. Pada Februari 2021, politikus Partai Demokrat Andi Mallarangeng membeberkan isi pertemuan sejumlah kader Demokrat dengan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko. Menurut laporan mereka yang ikut, dalam pertemuan itu Moeldoko mengeklaim telah mendapat restu pak lurah untuk mengambil alih Demokrat lewat kongres luar biasa.

Pak lurah juga identik dengan Pak Jokowi di mata relawan. Ini kata Tenaga Ahli Utama KSP Joanes Joko. Kata dia, Jokowi disapa pak lurah karena dia pemimpin yang tak berjarak. Selain pak lurah, oleh relawan Pak Jokowi kerap disapa pakde.

Istilah pak lurah untuk Presiden Jokowi diakui pula oleh elite-elite partai politik. Ketua DPP PDIP Said Abdullah, amsalnya, menyebut istilah itu sebagai ekspresi kecintaan. Pak lurah ialah panggilan sayang untuk Pak Presiden.

Jika begitu, apa yang salah? Saya kira tidak ada yang keliru. Biasa saja. Apalah arti sebuah nama, begitu ucapan William Shakespeare, pujangga besar Inggris berjuluk Bard of Avon. Namun, istilah itu menjadi tak biasa jika digunakan, diklaim, dicatut, untuk kepentingan yang tidak-tidak.

Menunggu arahan pak lurah kiranya juga bukan hal yang lumrah bagi partai. Bergantung pada kekuasaan ialah wujud ketidakberdayaan karena semestinya mereka yakin pada kemampuan diri sendiri. Lebih tidak lumrah lagi ketika pusat kekuasaan merasa punya restu, memiliki arahan, yang ditunggu-tunggu dalam konstestasi pilpres.

Dalam pidato kenegaraannya, Pak Jokowi memang menegaskan dirinya tak punya wewenang menentukan capres-cawapres. Dia sadar bukan ketua umum partai, bukan pula ketua koalisi partai. Namun, penegasan itu sejatinya bukan barang baru. Dulu dia menegaskan hal yang sama, tapi faktanya? Dulu, dia menyatakan tak cawe-cawe karena pilpres urusan partai, tapi realitasnya? Pak Jokowi bahkan kemudian berubah sikap, dia bilang akan cawe-cawe dengan dalih kepentingan nasional.

Sulit kiranya untuk menepis kesan bahwa Presiden memang ikut campur dalam urusan pilpres ketika suatu waktu dia mengumpulkan koalisi pemerintah di istana tanpa mengundang salah satu partai anggota koalisi? Terlebih alasan Pak Jokowi ialah lantaran partai itu sudah punya koalisi lain.

Sukar rasanya untuk menyangkal dugaan bahwa Presiden memang merestui capres tertentu ketika di depan publik dia gemar mempertontonkan sinyal-sinyal tertentu. Salahkah presiden mendukung calon tertentu? Tidak. Namun, elokkah, bijakkah, dukungan itu dipamerkan ke rakyat? Jawabannya juga tidak.

Jika tak ingin dijadikan paten-patenan, alibi, tameng, jangan pula membuka peluang untuk itu. Alangkah baiknya kalau pak lurah, eh, Pak Presiden benar-benar netral di kompetisi pilpres.



Berita Lainnya
  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.