Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Beda Singapura Lain Indonesia

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
21/7/2023 05:00
Beda Singapura Lain Indonesia
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PUBLIK Singapura baru saja dibikin geger. Bukan karena pesta nikah sepasang anjing dengan biaya hingga Rp200 juta tentu saja, melainkan lantaran sejumlah skandal yang melibatkan pejabat negeri mereka.

Skandal pertama terjadi Mei lalu. Pelakunya ialah Menteri Luar Negeri Vivian Balakrishnan serta Menteri Hukum dan Dalam Negeri K Shanmugam. Keduanya disorot karena menyewa dua bungalo di kawasan mewah Ridout Road di bawah harga pasar.

Saking hebohnya, PM Lee Hsien Loong memerintahkan penanganan khusus masalah itu, termasuk melibatkan lembaga antikorupsi. Namun, tak ditemukan potensi penyalahgunaan kekuasaan, tak didapati konflik kepentingan di sana. Kedua menteri aman.

Setelah kasus bungalo, ada skandal lebih besar, lebih serius, lebih jelas dugaan korupsinya. Pelakunya ialah Menteri Transportasi S Iswaran dan menyeret taipan properti Malaysia yang berbasis di Singapura, Ong Beng Seng. Iswaran bahkan sudah ditangkap pada 11 Juli, tapi dibebaskan sehari berselang dengan jaminan. Lalu, PM Lee Hsien Loong memintanya cuti.

Skandal yang tak kalah menghebohkan datang dari rumah legislatif. Pada Senin (17/7), Ketua Parlemen Singapura Tan Chuan Jin mundur setelah perselingkuhannya dengan sesama anggota parlemen, Cheng Li Hui, terkuak. Keduanya berasal dari partai yang sama, People's Action Party. Tan, 54, punya dua anak, sedangkan Cheng, 47, masih single.

Sehari berikutnya, video yang memperlihatkan 'kedekatan' anggota parlemen dari Partai Buruh bernama Leon Perera dan sesama anggota partai, Nicole Seah, tersebar. Perera dan Seah mengundurkan diri, dan kasus itu tengah diselidiki.

Singapura negara sekuler. Namun, mereka menjunjung amat tinggi moral. Mereka mengedepankan kepantasan, kepatutan sikap dan perilaku, terlebih buat para pejabatnya. Berselingkuh dan korupsi bertentangan dengan moral dan kepantasan. Karena itu, tak aneh jika kasus-kasus tersebut menjadi sorotan tajam rakyat Singapura.

Dari empat skandal, kiranya perkara korupsi Menteri Transportasi yang paling mendapatkan atensi. Tak cuma publik negeri jiran, masyarakat dunia mencermati. Media internasional semisal The Guardian, Nikkei, CNN, hingga Time merasa perlu mewartakannya.

Korupsi di Singapura memang langka. Time membuat judul A Singapore Cabinet Minister Faces the Country’s Most Serious Graft Probe Since 1986. Ya, kasus korupsi yang melibatkan menteri 'Negeri Singa' ini kali pertama terjadi dalam 37 tahun terakhir. Hampir empat dekade.

Singapura adalah termasuk negara paling bersih dari korupsi di dunia. Di sana, kasus korupsi hal yang aneh. Di sana, memangsa uang rakyat benar-benar perbuatan laknat. Di sana, korupsi adalah musuh utama dalam arti sebenarnya. Bukan seolah-olah, bukan katanya.

Singapura adalah tetangga dekat Indonesia. Jarak dari Batam bahkan hanya sepelemparan batu. Namun, soal penegakan moral, kepatuhan pada kepantasan, perihal memandang korupsi, mereka terlalu jauh di depan. Di sana, korupsi disikapi secara luar biasa. Di sini, di negeri yang katanya religius ini, korupsi yang konon kejahatan luar biasa disikapi dengan biasa saja.

Ibarat bumi dan langit. Bak kutub utara dan selatan. Itulah perbedaan Singapura dan Indonesia dalam menghadapi korupsi. Ketimpangan tecermin pada peringkat indeks persepsi korupsi. Untuk 2022, dengan 34 poin Indonesia tercecer di urutan 110 dari 180 negara, sedangkan Singapura di peringkat 5 dengan poin 83. Jauh sangat, bukan?

Soal ketegasan terhadap korupsi, Indonesia juga terpontal-pontal. Meminjam data ICW, meski naik, rata-rata tuntutan terdakwa korupsi masih saja ringan. Cuma 5 tahun 2 bulan. Rerata vonisnya sami mawon, hanya 3 tahun 4 bulan. Diskon hukuman diobral.

Di penjara, koruptor diistimewakan. Remisi pun bisa mereka dapat dengan gampang. KPK yang semestinya diperkuat malah dilemahkan. Sungguh membingungkan, apa sebenarnya maunya negara dalam head to head dengan korupsi.

Di sana, di Singapura, satu pejabat saja yang ketahuan korupsi hebohnya setengah mati. Di sini, pejabat silih berganti korupsi, tiada henti korupsi, santai-santai saja, cuek-cuek saja. Korupsi seolah telah menjadi hal yang lumrah. "Kenapa orang Indonesia selalu mempromosikan batik, reog? Kok korupsi enggak? Padahal korupsilah budaya kita yang paling mahal." Begitu nyinyiran budayawan Sujiwo Tejo.

Lebih celaka lagi, mantan koruptor dipuja-puji. Mereka diglorifikasi, diberi kehormatan, dipercaya sebagai petinggi partai politik, bahkan ketua umum partai. Kurang keblinger apa coba?

Tak usah jauh-jauh untuk belajar bagaimana menyikapi korupsi, bagaimana mengimani moral dan kepatutan. Ke Singapura saja cukup. Tentu kita tak perlu pindah menjadi warga negara sana. Kita hanya perlu mencontoh mereka dan tetap setia kepada tumpah darah Indonesia.



Berita Lainnya
  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik