Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Budayawan Tunabudaya

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
30/6/2023 05:00
Budayawan Tunabudaya
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KETIKA hari hendak berganti pada 2 April lalu, seorang teman sekantor tetiba mengirim pesan WA. Isinya, ''Itu komik bung sentil gpp?'' Dia mempertanyakan narasi komik yang biasa terbit di koran kami saban Minggu itu.

Saya yang kebetulan piket kemudian melihat, mencermati, dan menyepakati bahwa isi komik itu 'bermasalah'. Komik Bung Sentil memang identik dengan kritik, sentil sana sentil sini, tetapi kiranya kali ini lebih menjurus ke tendensi. Ia 'menyerang' seorang tokoh. Saya pun memberitahukan ke pimpinan untuk minta arahan. Singkat cerita, komik tersebut tak jadi kami terbitkan.

Pada Sabtu, 24 Juni, lalu, sosok di balik komik Bung Sentil melakukan hal yang sama, tapi dengan cara berbeda di ruang dan waktu yang berbeda pula. Bukan lewat komik, dia menuangkan ekspresinya lewat puisi pada acara puncak peringatan Bulan Bung Karno di Stadiun Utama Gelora Bung Karno Senayan.

Sosok itu ialah Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa. Butet ialah seniman dengan banyak kebisaan. Dia aktor, penulis, pembawa acara, pemain teater. Sebagian orang bahkan menempatkannya sebagai budayawan.

Dalam puisinya di pemuncak Bulan Bung Karno itu, Butet menyinggung banyak hal terkait dengan kontestasi Pilpres 2024. ''Di sini semangat meneruskan, di sana maunya perubahan. Oh, begitulah sebuah persaingan," begitu dia bilang.

Butet juga menyentil soal banjir, bahkan menyebut salah satu pihak yang terkait berotak pandir. Butet menarasikan pula seseorang yang diteropong KPK karena nyolong, tetapi berkoar-koar mau dijegal.

Belum cukup, Butet melabeli calon lain punya hobi menculik. Kata dia, ''Hati seluruh rakyat Indonesia pasti akan sedih jika kelak ada presiden kok hobinya menculik.''

Siapa yang disasar Butet? Dia tak blak kotang terus terang. Namun, publik gampang menebak bahwa yang dimaksud berotak pandir terkait banjir sangat mungkin Anies Baswedan. Pun dengan seseorang yang sedang diteropong KPK karena nyolong. Anies Pandir, Anies Nyolong?

Lalu, yang dituding hobinya menculik, siapa lagi kalau bukan Prabowo Subianto. Prabowo kerap disebut sebagai dalang penculikan aktivis di era Orde Baru dulu. Sebutan yang terus didaur ulang, lagu lama yang selalu diaransemen baru, setiap jelang pemilu. Hobi sama saja gemar, doyan. Prabowo gemar, doyan, menculik?

Presiden ke-35 Amerika Serikat, John F Kennedy, pernah berujar, ''Jika politik itu kotor, puisi akan membersihkannya. Jika politik itu bengkok, sastra akan meluruskannya.'' Puisi, sastra, jelas punya nilai teramat tinggi.

Akan tetapi, puisi Butet rasanya kok berkebalikan. Puisinya sangat tak elok, amat tidak pas, dibacakan di puncak Bulan Bung Karno yang bersemangatkan gotong royong. Ia kontrakdiktif dengan pidato Presiden Jokowi dalam acara itu yang mengajak rakyat bersatu, tidak terpecah-pecah, untuk mewujudkan Indonesia sebagai bangsa besar dan kukuh.

Banyak yang bilang, puisi Butet lebih kental dengan nuansa pembelahan yang sebangun dengan politik kotor, ketimbang mempromosikan kebersamaan. Tak sedikit yang berkisah, dia menggoreskan garis pembeda, menebalkan sekat pemisah. Ada frasa di sana dan di sini. Ada nafsu untuk menstigma negatif pihak lain yang tak disukai.

Seniman, budayawan, punya posisi mulia sebagai penjaga kewarasan. Kewarasan bisa dijaga dengan tidak berlebihan mencintai dan membenci seseorang, apalagi kepada politikus. Standar saja, yang sedang-sedang saja.

Mencintai secara overdosis, bucin, hanya akan membuahkan puja-puji. Apa saja yang dilakukan sang pujaan selalu benar, tidak pernah salah, tidak perlu dikritik. Membenci melewati takaran cuma melahirkan antipati. Apa pun yang dilakukan yang dibenci selalu salah, tidak pernah benar, harus selalu dikritik dan dihujat.

Saya tidak tahu apakah Butet mencintai atau benci setengah mati pada Anies dan Prabowo. Saya tak tahu apakah dia amat mengagumi Ganjar Pranowo. Saya juga tak tahu apakah dia punya niat untuk membuat puisi senada untuk Ganjar.

Kalau Butet menyindir calon tertentu sebagai penghobi menculik, maukah dia menyentil yang lain sebagai penyuka film porno? Atau, kalau dia melabeli seseorang bodoh dalam urusan banjir, label apa yang cocok darinya untuk kandidat yang daerahnya terendam berbulan-bulan?

Seniman, apalagi budayawan, idealnya memang wening dari hasrat keberpihakan, apalagi menjadi partisan politik. Kalau budayawan miring-miring, tendensius, seperti komentar salah satu netizen, dia sebenarnya tak berbudaya. Nah!



Berita Lainnya
  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik