Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Orang Berilmu dan Akhlaknya

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
05/5/2023 05:00
Orang Berilmu dan Akhlaknya
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KATA para tetua, ilmu dan akhlak tak boleh dipisahkan, mesti melengkapi, harus saling menguatkan. Tiada guna orang berilmu tapi tak punya akhlak, tak memiliki adab. Kurang paripurna pula orang berakhlak tapi tak berilmu.

Agama tanpa ilmu adalah buta. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh. Begitu Albert Einstein bilang. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani lebih tegas lagi.

Menurut sufi termasyhur yang lahir pada 1077 Masehi di Kota Na'if, Gilan, yang sekarang menjadi Provinsi Mazarandan di Iran itu, orang berilmu sama sekali tak berharga jika tak dibarengi dengan akhlak yang kuat. "Aku lebih menghargai orang yang beradab daripada orang yang berilmu. Kalau hanya berilmu, iblis pun lebih tinggi ilmunya daripada manusia," ucapnya.

Einstein dan Abdul Qadir Jailani tentu tak ingin menegasikan orang berilmu, orang-orang pintar. Keduanya hanya ingin mengingatkan, cuma hendak menegaskan, bahwa ilmu tanpa adab hanya akan mengantarkan pada kerusakan. Sejarah kemudian mencatat betapa ilmu tanpa dibarengi dengan akhlak yang baik berujung pada petaka, bermuara pada kebinasaan banyak sekali umat manusia.

Peringatan Einstein dan Abdul Qadir Jailani itu memang sudah ratusan tahun silam diucapkan. Namun, ia kiranya tak lekang oleh zaman, termasuk di negeri ini, di Tanah Air tercinta ini.

Bangsa ini pernah direpotkan oleh orang-orang berilmu. Ambil contoh Yusuf Leonard Henuk. Yusuf adalah seorang profesor, guru besar di Departemen Ilmu Peternakan Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai guru besar, dia tentu pintar. Akan tetapi, soal adab, banyak yang menyoal.

Suatu kali, Yusuf menghina SBY di medsos. Dia menjuluki SBY bapak mangkrak Indonesia. Dia juga menyebut SBY dan putranya, AHY, bodoh. Di lain hari, dia berkicau tentang mantan komisioner Komnas HAM Natalius Pigai dengan nada rasial. Orang yang rasis tentu dipertanyakan adabnya, akhlaknya.

Ada juga Prof Budi Santoso Purwokartiko. Guru besar yang satu ini adalah Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK). Sebagai guru besar, apalagi rektor, Pak Budi tentu pandai. Akan tetapi, soal adab, dia juga dipermasalahkan.

Prof Budi pernah membuat bangsa ini geleng-geleng kepala. Pangkalnya, dia menuangkan pengalamannya mewawancarai mahasiswa terkait program beasiswa LPDP yang dinilai menyudutkan pihak tertentu, juga rasis.

Sekadar mengingatkan, dia menulis, 'Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagainya’. Ada pula narasi, “Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar open mind.”

Begitukah akhlak seorang berilmu? Harus menghina orang lain yang punya keyakinan berbedakah sebagai orang pintar? Itu belum seberapa. Yang terakhir ini lebih parah lagi. Dialah Andi Pangerang Hasanuddin.

Andi memang bukan profesor, bukan guru besar. Namun, dia juga orang pintar, orang berilmu. Kalau tidak pintar, kalau tidak berilmu, sulit rasanya dia bisa menjadi peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Akan tetapi, soal adab, perihal akhlak, Andi disebut tak beda dengan preman.

Demi membela seniornya di BRIN, Thomas Jamaluddin, yang diserang netizen karena berkomentar yang menyudutkan Muhammadiyah terkait dengan hari Idul Fitri 1444 H, Andi menghalalkan darah Muhammadiyah. Dalam narasinya di Facebook, dia siap membunuh satu per satu warga Muhammadiyah. Begitukah seorang intelektual yang punya adab? Edan.

Orang pintar tapi tak berakhlak amat berbahaya. Orang-orang seperti itu pantang dibiarkan. Saya mengapresiasi Polri yang akhirnya menangkap, menersangkakan, dan menahan Andi untuk diproses hukum. Langkah tegas itulah yang semestinya juga dilakukan untuk kasus yang dulu-dulu agar orang-orang berilmu menjaga akhlak, mengedepankan adab.

Suatu kaum, sebuah bangsa, butuh orang-orang pintar untuk bisa menjadi besar. Demikian halnya bangsa ini. Tetapi yang kita perlukan wong pinter yang bener, bukan pinter tapi keblinger.

Mendiang Mbah Moen pun pernah memberikan wejangan, "Tinimbang dadi wong pinter ning ora bener, luwih becik dadi wong bener senajan ora pinter (ketimbang jadi orang pintar tapi tidak benar lebih baik menjadi orang benar meskipun tidak pintar).” Kalau pepatah Arabnya kira-kira al adabu fauqol 'ilmi (adab lebih tinggi daripada ilmu).



Berita Lainnya
  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.