Headline
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
GANTUNGKAN cita-citamu setinggi langit. Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.
Bung Karno pasti amat serius mengkreasikan narasi penyuntik semangat buat pemudi dan pemuda Indonesia itu. Proklamator bangsa itu pasti bangga jika melihat banyak anak muda mengikuti kata-katanya yang bak mantra itu.
Namun, saya hakul yakin Bung Karno akan meratapi saat mendapati kenyataan mimpi-mimpi anak muda bangsa ini dikubur dalam-dalam bahkan saat belum terbang setinggi langit. Mimpi-mimpi itu kandas. Mimpi-mimpi itu pun jatuh, tapi tidak di antara bintang-bintang karena dipatahkan sebelum menyentuh ketinggian.
Itulah gambaran yang saya tangkap dari kesedihan, kegetiran, kekecewaan, bahkan kemarahan anak-anak muda punggawa Timnas Sepak Bola U-20 Indonesia. Hokky Caraka, Arkhan Fikri, Rabbani Tasnim Siddiq, Marselino Ferdinan, dan kawan-kawan harus mengubur mimpi bermain di perhelatan akbar Piala Dunia U-20 karena mandat tuan rumah Indonesia dicabut FIFA.
Sebagian mereka menumpahkan kekesalan dan kekecewaan mereka di media sosial Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Mereka merasa Ganjar, bersama Gubernur Bali I Wayan Koster, menjadi bagian pengubur mimpi-mimpi besar yang siap mereka pertaruhkan itu.
Ganjar dan Koster menolak kehadiran Timnas U-20 Israel hanya satu setengah bulan menjelang perhelatan Piala Dunia U-20 dimulai (kendati keduanya sebelumnya sudah menanda tangani host city agreement sebagai tempat perhelatan Piala Dunia U-20). Keduanya dinilai berkontribusi besar atas kegagalan anak-anak muda itu merealisasikan mimpi-mimpi setinggi langit seperti amanat Bung Karno itu.
Kini keduanya menyatakan ikut sedih dan kecewa karena pencoretan Indonesia dari ajang sepak bola kelompok umur paling bergengsi di kolong langit itu (Maradona, Lionel Messi, Paul Pogba, Sergio Aguero, Dani Alves, Erling Haaland, dan Andres Iniesta ialah deretan bintang-bintang yang lahir dari event ini). Namun, kekecewaan keduanya tidak mengobati apa-apa. Justru, kata ratusan ribu netizen, pernyataan mereka disebut kian menggarami luka yang teramat menganga. Sangat pedih.
Apalagi saat keduanya mengatakan, 'Ayo segera move on, terus semangat karena masa depan masih panjang'. Kalimat itu dianggap basa-basi. Kalimat penghiburan yang sama sekali tidak menghibur. Kalimat penyemangat yang malah membikin penat. Orang-orang pun menagih tanggung jawab mereka atas lontaran penolakan terhadap timnas Israel yang berujung pembatalan tuan rumah Piala Dunia U-20 itu.
Saya berkali-kali jadi teringat kalimat noblesse oblige, dalam jabatan melekat tanggung jawab. Frasa berbahasa Prancis itu mengafirmasi bahwa tugas para pemimpin ialah sebuah keluhuran, sebuah tanggung jawab, baik dalam tindakan maupun ucapan. Semakin puncak posisi seseorang, kian tinggi pula tanggung jawab dan kehormatannya. Tingginya posisi itu baru berarti jika tanggung jawabnya yang besar sangat nyata dan terasa.
Para pemimpin Republik ini, baik di pusat maupun daerah, mestinya paham betul bahwa Indonesia ialah negara kesatuan. Dalam bingkai negara kesatuan, urusan strategi dan politik luar negeri ada di tangan pemerintah pusat. Lain halnya jika kita menganut sistem federasi, tiap-tiap kepala daerah federal boleh punya kebijakan berbeda dalam sejumlah hal yang diatur dalam undang-undang.
Apa yang dilakukan Gubernur Jawa Tengah dan Gubernur Bali kiranya bisa dilihat sebagai langkah yang tidak tegak lurus dengan kebijakan nasional terkait penyelenggaraan Piala Dunia U-20. Bahasa lugasnya, mereka bisa disebut mbalelo alias membangkang.
Kalau sikap mbalelo itu merupakan perwujudan pembelaan terhadap kepentingan besar rakyat, mungkin masih bisa dimaklumi. Namun, bila sikap berbeda itu berakibat pada kandasnya mimpi-mimpi anak bangsa, hilangnya kepercayaan terhadap bangsa, atau mempermalukan bangsa, tidakkah itu sebuah kesalahan besar?
Para pemimpin itu mestinya kembali merenungkan kata-kata Bung Karno: 'Jikalau aku misalnya diberikan dua hidup oleh Tuhan, dua hidup ini pun akan aku persembahkan kepada Tanah Air dan bangsa'.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.
PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved