Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Belajar Toleransi kepada Bima Arya

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
12/9/2022 05:00
Belajar Toleransi kepada Bima Arya
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

TEMAN saya mengaku heran karena masih ada kepala daerah di negeri ini yang bersekutu dengan kelompok intoleran. Padahal, kata dia, Indonesia memiliki DNA toleransi.

DNA toleransi itu sudah dikumandangkan Bung Karno pada pidatonya di depan BPUKI pada 1 Juni 1945. “Kita hendak mendirikan suatu negara ‘semua buat semua’. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tapi semua buat semua,” kata Bung Karno.

Negara semua buat semua menjadi landasan historis moral toleransi. Landasan konstitusionalnya termaktub dalam Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Teman itu menyesalkan beredar luas video disertai narasi Wali Kota Cilegon Helldy Agustian dan Wakil Wali Kota Sanuji Pentamarta yang ikut menandatangani penolakan pendirian gereja. Peristiwa itu terjadi pada Rabu (7/9).

Menurut teman saya, masih ada kesempatan bagi Helldy dan Sanuji untuk memperbaiki diri. Keduanya mesti sadar bahwa pemajuan toleransi terletak kepada kualifikasi kepemimpinan kota.

Jika kedua pemimpin daerah itu ikut meneken spanduk penolakan pendirian gereja di Cilegon, kata teman saya, anggap saja mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Teman itu berdoa, “Ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

Kualifikasi kepemimpinan memang menjadi penentu. Temuan Setara Institute pada 2021 menyimpulkan bahwa kota-kota yang berhasil keluar dari jeratan intolerasi sangat bergantung pada kualifikasi kepemimpinan kota.

Setara Institute menyoroti kepemimpinan Wali Kota Bogor Bima Arya yang menjadi aktor penggerak toleransi. Kota Bogor masuk ke daftar kota intoleran pada 2015 dan 2017.

Hasil survei Setara Institute itu dijadikan bahan evaluasi Bima Arya. Ia menggerakkan muspida, tokoh lintas iman, pemuda, serta organisasi kemasyarakatan dan pemuda (OKP) untuk secara bersama-sama mendeklarasikan ‘Bogor Kota Toleran’.

Bima Arya membuat program dialog lintas agama, merayakan secara terbuka perbedaan dan keberagaman, menarasikan kembali kearifan lokal Kota Bogor melalui perhelatan kesenian dan kebudayaan di acara Bogor Street Festival CGM 2020.

“Langkah-langkah ini berhasil membuat Bogor keluar dari jurang konflik intoleransi. Bahkan di tahun 2021, Kota Bogor berhasil menyelesaikan konflik Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin yang sudah terkatung-katung selama 15 tahun,” demikian laporan Setara Institute.

Pemkot Bogor pun memasukkan nomenklatur kerukunan toleransi dan perdamaian ke dalam Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 14 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2019-2024.

Bima Arya, dalam sebuah wawancara, mengatakan bahwa pemerintah memiliki peran penting untuk membuka dan membangun ruang dialog, komunikasi, dan kolaborasi yang melibatkan semua elemen. Itu menjadi kunci dalam kehidupan bertoleransi.

Tiba saatnya Cilegon belajar dari Bogor untuk keluar dari jeratan intoleransi. Sebab, Cilegon selalu masuk deretan peringkat bawah riset Indeks Kota Toleran yang diterbitkan Setara Institute selama lima kali. Nomor 15 dari bawah pada 2015, nomor 4 dari bawah pada 2017 dan 2018, nomor 8 dari bawah pada 2020, dan nomor 3 dari bawah pada 2021.

Data yang disodorkan Abd Rohim Ghazali, Direktur Eksekutif Maarif Institute, bisa menjadi pertimbangan. Disebutkan bahwa secara demografis terdapat lima agama yang dianut oleh masyarakat Kota Cilegon, yakni Islam sebesar 97%, Protestan 0,84%, Katolik 0,77%, Hindu 0,26%, dan Buddha 0,16%.

“Dari kelima agama itu, anehnya, tak ada satu pun rumah ibadah selain untuk pemeluk agama Islam. Jumlah masjid 381, musala 387, sementara gereja Protestan, gereja Katolik, pura, dan wihara jumlahnya nihil alias zero,” tulis Rohim Ghazali dalam surat terbukanya kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Cilegon pada 9 September 2022.

Dasar penolakan sebagian masyarakat Cilegon untuk pembangunan gereja ialah Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Serang Nomor 189/Huk/SK/1975, tertanggal 20 Maret 1975.

Surat keputusan mestinya dicabut dengan surat keputusan pula dan inilah waktu yang tepat. Wali Kota Cilegon Helldy Agustian dan Wakil Wali Kota Sanuji Pentamarta bisa menjadikan pencabutan SK itu sebagai bukti bahwa memang mereka protoleransi.

Elok nian bila Cilegon ‘semua untuk semua’ bukan untuk satu golongan saja sesuai visi Helldy Agustian dan Sanuji Pentamarta, yaitu mewujudkan Cilegon baru, modern, dan bermartabat.

Cilegon baru, modern, dan bermartabat hendaknya tidak sebatas kata-kata, tapi perlu diwujudkan dalam tindakan nyata. Bolehlah belajar kepada Bima Arya yang berhasil membawa Bogor keluar dari jeratan intoleransi dengan perbuatan bukan sekadar kata-kata.



Berita Lainnya
  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.