Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Mahfud Tahu Diri

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
25/8/2022 05:00
Mahfud Tahu Diri
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

NIKMATNYA menyeruput kopi panas pagi itu sirna seketika. Teman yang menemani saya di kedai kopi uring-uringan. “Katanya rapat dengar pendapat, kok, anggota Komisi III DPR malah mencecar Mahfud enggak keru-keruan,” kata teman itu.

Komisi III DPR menggelar rapat dengar pendapat dengan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang juga Ketua Komisi Kepolisian Nasional Mahfud MD pada Senin (22/8).

Teman itu menuding anggota DPR memaksa Mahfud untuk membuka rahasia yang tidak mau dibukanya. Mahfud tidak mau membuka rahasia itu karena ia tahu diri. Tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Ia memegang teguh etika jabatan yang sangat dijunjungnya.

Saya mengingatkan teman itu bahwa anggota DPR juga punya etika. Berdasarkan Kode Etik DPR, anggota dalam setiap tindakannya harus mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan.

'Anggota harus selalu menjaga harkat, martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya serta dalam menjalankan kebebasannya menggunakan hak berekspresi, beragama, berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan', begitu bunyi Kode Etik DPR.

Pangkal masalah yang dipersoalkan teman saya ialah Mahfud enggan mengungkap identitas perwira berpangkat komjen yang mengancam mundur jika Ferdy Sambo tidak ditetapkan jadi tersangka.

Dengan bersuara lantang dalam rapat, seorang anggota Komisi III mengatakan tidak ada alasan bagi mitranya untuk tidak menjawab pertanyaan dari anggota Komisi III kecuali dalam ranah penegakan hukum.

”Kami mengundang Bapak ke sini untuk mempertanggungjawabkan apa yang disampaikan ke publik, sampaikan ke publik secara terbuka, jangan setengah-setengah,” tegas anggota itu.

Mahfud bergeming, diam saja. Dia tidak mau mengungkap identitas perwira berpangkat komjen yang mengancam mundur jika Ferdy Sambo tidak ditetapkan jadi tersangka. Persoalan itu hanya akan dia sampaikan kepada Kapolri dan Presiden. ”Saya tidak bisa dipaksa untuk hal ini,” tukas Mahfud.

Teman saya memuji Mahfud punya integritas tinggi, tidak mau dipaksa-paksa anggota Komisi III DPR. Ironisnya, kata teman itu, anggota Komisi III malah mengajak Mahfud untuk melanggar etika yang dipegangnya erat-erat. Kata dia, rapat itu menyuguhkan siapa yang berjalan di atas etika dan siapa saja yang terbiasa menabrak etika.

Tidak sedikit anggota Komisi III DPR yang terus berupaya agar Mahfud menjawabnya dalam forum tertutup. “Apa urgensinya anggota Komisi III DPR untuk mengetahui identitas perwira berpangkat komjen yang mengancam mundur jika Ferdy Sambo tidak ditetapkan jadi tersangka?” kata teman saya.

Kata teman itu, sama sekali tidak ada makna publik di balik identitas perwira berpangkat komjen itu. Paling penting bagi publik, kata dia, Sambo sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Teman itu khawatir, jika identitas perwira itu dibuka, malah anggota dewan terhormat memarahinya. Dimarahi karena dia menjadi faktor penentu Sambo ditersangkakan.

Saya menampik pendapat teman itu. Meski terdapat jurang yang menganga antara aspirasi masyarakat dan apa yang disuarakan dalam rapat itu, anggota DPR berdasarkan kode etik bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi, tugas, dan wewenangnya demi kepentingan negara.

Tindakan anggota Komisi III yang memaksa Mahfud membuka identitas perwira itu bisa saja dalam kerangka kepentingan negara. Akan tetapi, terus terang, saya sendiri tidak menemukan urgensinya. Sulit untuk menampik adanya tafsiran bahwa pemaksaan itu bentuk keberpihakan kepada Sambo.

Apresiasi setinggi-tingginya diberikan teman saya kepada Mahfud. Kata dia, andai saja Mahfud tidak terlibat aktif mengawal kasus kematian Brigadir J, mungkin kasus itu tetap menjadi misteri.

Meski sedang menunaikan ibadah haji, Mahfud terus memonitor kasus itu. Pada 14 Juli atau tiga hari setelah kepolisian mengumumkan kasus kematian Brigadir J akibat tembak-menembak, Mahfud menilai kasus itu janggal.

"Kasus ini memang tidak bisa dibiarkan mengalir begitu saja karena banyak kejanggalan yang muncul dari proses penanganan maupun penjelasan Polri sendiri yang tidak jelas hubungan antara sebab dan akibat setiap rantai perisitwanya," kata Mahfud dari Madinah.

Saya sependapat dengan penilaian seorang pengamat bahwa cirinya sebagai pendidik mungkin yang menyebabkan Mahfud harus memberi contoh bagaimana seorang pemimpin bertindak walau harus mempertaruhkan jabatan. Mahfud itu orang yang tahu diri.



Berita Lainnya
  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik