Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Pemaksaan Jilbab

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
05/8/2022 05:00
Pemaksaan Jilbab
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

''MAMA ak mau pulang, ak gak mau disni.''

Pesan lewat Whatsapp itu dikirimkan salah satu siswi SMAN 1 Banguntapan, Bantul, kepada ibunya. Pesan itu menggambarkan kesedihan, bahkan keputusasaan.

Ya, sang siswi memang sedang sedih, tengah putus asa. Dia sedih karena merasa dipaksa menggunakan jilbab oleh pihak sekolah. Dia putus asa karena merasa tak sanggup lagi bersekolah di sekolah yang tadinya sangat diimpikannya.

Cerita itu disampaikan sang ibu, Herprastyani Ayuningtyas. Dia berkisah, pada Selasa 26 Juli 2022, anaknya menelepon, tapi tanpa suara. Hanya isak yang terdengar. Setelahnya baru terbaca pesan Whatsapp seperti yang tertera di atas.

Menurut informasi dari guru yang diterima sang ayah, putrinya itu sudah sejam berada di kamar mandi sekolah. ''Saya segera jemput anak saya. Saya menemukan anak saya di unit kesehatan sekolah dalam kondisi lemas. Dia hanya memeluk saya, tanpa berkata satu patah kata pun. Hanya air mata yang mewakili perasaannya,'' tutur Herprastyani.

Usut punya usut, selidik punya selidik, sang putri bersusah hati karena merasa dipaksa untuk berhijab, sama seperti kebanyakan temannya. Di ruang bimbingan penyuluhan, seorang guru menaruh jilbab di kepalanya. Sebelum-sebelumnya, dia juga mengaku terus ditanya kenapa tak mau berhijab.

Herprastyani yang berjilbab menggugat. Dia ingin SMAN 1 Banguntapan, pemerintah daerah Yogyakarta, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bertanggung jawab atas trauma yang kini mendera anaknya. Dia ingin buah hatinya pulih seperti sediakala.

Benarkah SMAN 1 Banguntapan memaksa siswinya berhijab? Kepala Sekolah Agung Istianto menyangkal. Menurut dia, saat itu guru bimbingan konseling dan dua guru lain hanya memberikan tutorial pemakaian jilbab. Apa pun, sang siswi merasa dipaksa. Dia kadung trauma.

Soal jilbab di sekolah negeri kiranya masih menjadi persoalan. Kasus yang terjadi di SMAN 1 Banguntapan pun bukan satu-satunya. Sebelumnya, sejumlah kasus serupa terungkap. Yang paling heboh terjadi di SMKN 2 Padang, Sumatra Barat, pada Januari 2021. Bagaimana tidak, tak hanya siswi muslim, siswi nonmuslim di sekolah itu juga diwajibkan mengenakan jilbab.

Memaksa siswi sekolah negeri jelas-jelas pelanggaran. Tidak ada dalil yang dapat membenarkan tindakan itu. Regulasi yang ada menggariskan bahwa murid perempuan di sekolah negeri bebas berpakaian sesuai keyakinan. Tentu saja mesti sopan.

Aturan berseragam di sekolah negeri yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Sekolah bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah memberi opsi kebebasan. Untuk muslimah, pakaian seragam yang dikenakan karena keyakinan pribadinya sesuai dengan jenis,

model, dan warna yang telah ditentukan dalam kegiatan proses belajar mengajar untuk semua jenis pakaian seragam sekolah.

Ada pula Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang diteken pada 3 Februari 2021. Esensinya sama, seragam sekolah negeri sebagai pilihan guru atau siswa tanpa adanya paksaan. Namun, SKB itu kemudian dibatalkan Mahkamah Agung lewat putusan uji materi.

Negara ini bukan negara sekuler seperti Prancis yang melarang jilbab di ruang kelas pada 2004. Mereka juga membuat undang-undang larangan niqab penutup wajah di jalan-jalan pada 2010.

Kita memang pernah sekuler terkait dengan jilbab. Di era Orde Baru, lewat kebijakan Menteri Pendidikan Daoed Joesoef (1978-1983), pemerintah melarang penggunaan jilbab untuk seragam anak sekolah. Dalam Surat Keputusan Dirjen Dikdasmen No 052 Tahun 1982 antara lain disebutkan bahwa jilbab bertentangan dengan ketentuan seragam.

Banyak siswi yang menjadi korban pengekangan kebebasan beragama itu. Mereka yang mempertahankan keyakinan untuk tetap berjilbab terpaksa hijrah ke sekolah Islam. Ada pula yang dikeluarkan dari sekolah karena menolak melepas hijab. Sungguh represif kala itu.

Kita bersyukur era kegelapan itu sirna. Kita boleh bersuka ria menyambut era kebebasan menggunakan jilbab di sekolah negeri sebagai pemuliaan atas kebebasan beragama. Sayangnya, oleh sebagian pihak, era kebebasan justru dibelokkan untuk mengekang kebebasan orang lain.

Antara rezim Orde Baru yang melarang jilbab di sekolah dan mereka yang mewajibkannya di era sekarang sesungguhnya tak jauh beda. Sama-sama melanggar kebebasan beragama, sama-sama mengekang keyakinan sesama.

Negara kita bukan negara sekuler, tapi juga bukan negara agama. Berbagai agama berhak hidup di Indonesia. Pun dengan setiap orang bebas menjalankan ajaran agamanya. Tidak ada yang berhak membatasinya, termasuk soal jilbab.

Berjilbab ialah pilihan hati. Di kalangan ulama juga masih ada perbedaan pendapat perihal wajib tidaknya jilbab bagi muslimah. Oleh karena itu, biarkan siswi sekolah negeri berseragam sesuai keyakinannya.

Berjilbab bagus, kalau tidak bukan berarti buruk. Yang berjilbab tidak boleh dipaksa melepasnya seperti yang terjadi Bali. Di lain pihak, yang ogah mengenakan jilbab tak boleh dipaksa berjilbab.

Kasus di SMAN 1 Banguntapan memang bukan alfa, bukan yang pertama, tapi mudah-mudahan menjadi omega, yang terakhir. Sekolah ialah kawah candradimuka toleransi, bukan penyemaian bibit intoleransi.



Berita Lainnya
  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik