Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Misi Bernyali

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
29/6/2022 05:00
Misi Bernyali
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ANTARA nekat dan tekad memang cuma beda dua huruf. Namun, kedua kata itu punya makna yang jauh berbeda. Nekat itu melakukan tindakan tanpa perhitungan, sedangkan tekad ialah kemauan keras melakukan langkah dengan penuh perhitungan. Sudah melalui kalkulasi matang.

Saya melihat rencana Presiden Joko Widodo mengunjungi Ukraina dan Rusia di tengah membaranya perang merupakan tekad, sekaligus aksi bernyali. Bukan aksi nekat. Jokowi ingin membujuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin agar mau duduk bareng untuk berunding.

Target awalnya perundingan. Tentu diikuti gencatan senjata. Target utamanya ialah menghentikan perang secara permanen sebab perang telah membawa petaka. Perang seperti menggarami luka yang masih menganga. Tidak ada yang diuntungkan oleh perang, bahkan yang mengeklaim sebagai sang pemenang perang itu sendiri.

Ada tiga alasan genting mengapa Jokowi mesti bernyali menuju Ukraina dan Rusia. Pertama, alasan normatif konstitusional. Undang-Undang Dasar 1945 telah menegaskan bahwa politik luar negeri kita bebas aktif. Bukan terikat nan pasif.

Indonesia sangat berkepentingan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kalimat itu jelas dan lugas. Siapa pun presidennya, ia diberi amanat konstitusi untuk aktif melaksanakan ketertiban dunia. Perang Rusia-Ukraina jelas membuat dunia tidak tertib. Tidak damai. Tidak adil, khususnya bagi yang tidak tahu-menahu, tapi ikut menanggung akibat perang itu.

Alasan kedua, ada indikasi G-20 hendak 'dibajak' untuk menekan dan memboikot Rusia, salah satu anggota G-20, karena serangannya ke Ukraina. Sejumlah negara menekan Indonesia untuk tidak mengundang Putin pada puncak pertemuan negara-negara yang menguasai 85% perekonomian dunia itu.

Sebagai pemegang Presidensi G-20, Jokowi mesti menjernihkan itu. Bahkan, meluruskan bahwa forum G-20 bukanlah ajang untuk saling menekan antaranggota. G-20 merupakan forum ekonomi yang mestinya juga mencari terobosan dan solusi ekonomi, bukan melebar ke persoalan politik.

Alasan ketiga, Presiden Jokowi sudah dipercaya sebagai salah satu pemimpin dunia yang menjadi anggota Champion Group of the Global Crisis Response Group (GCRG). Champion Group dibentuk pada April lalu dan dipimpin Sekjen PBB Antonio Guterres. Champion Group bertujuan mendorong konsensus global serta melakukan advokasi solusi untuk mengatasi tiga krisis besar: pangan, energi, dan keuangan global.

Dampak perang Rusia-Ukraina kian memperdalam krisis triple combo itu setelah dihantam pandemi covid-19. Perang tidak cuma mengerek harga pangan, tapi juga sudah memicu krisis pangan.

Indeks harga pangan Badan Pangan Dunia, FAO, yang telah mencapai rekor tertinggi pada Februari lalu, melonjak lagi 12,6% dalam sebulan. Itu menjadikan indeks harga pangan melompat secara eksponensial ke level tertinggi baru sejak rumusan indeks harga pangan dunia didirikan pada 1990.

Perang yang terus berkecamuk juga mengancam ratusan juta orang kian dekat ke kelaparan. Apalagi, sejumlah negara telah menghentikan rantai pasok bahan pangan demi mengamankan kebutuhan dalam negeri mereka. Jadilah ancaman krisis pangan ini mengerikan jika perang gagal dihentikan.

Perang juga memacu harga minyak dunia membubung hingga lebih dari dua kali lipat. Di Indonesia, naiknya harga minyak dunia memaksa harga bahan bakar minyak naik. Selain itu, karena kita importir minyak, subsidi energi otomatis langsung membengkak. Stabilitas anggaran pun goyah. Defisit terancam kian menganga.

Pandemi yang telah membuat utang semua negara menumpuk dan membuat keuangan global 'terbakar', kembali disiram 'bensin' perang. Akibatnya, krisis keuangan global mengancam. Bank Dunia dan IMF menyebut ada 60 negara di dunia terancam ambruk bila tidak mendapatkan injeksi keuangan. Padahal, negara dan lembaga keuangan dunia juga tengah lesu darah.

Jadi, ada alasan kuat bagi Jokowi untuk kian memompa nyali. Bukan sekadar tekad sebab tekad tanpa nyali tidak akan menjadi aksi. Bukan perjuangan namanya bila kata-kata tidak menjadi langkah nyata. Seperti kata WS Rendra dalam sajak Paman Doblang, 'Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata'.

Tekad akan melempengkan misi. Nyali bakal mendekatkan misi menuju kenyataan.



Berita Lainnya
  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.