Jokowi, Negarawan atau Politikus?

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
27/5/2022 05:00
Jokowi, Negarawan atau Politikus?
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

TIDAK hanya oleh calon presiden dan wakil presiden yang sangat mungkin jumlahnya lebih banyak, Pilpres 2024 kiranya akan diramaikan oleh kingmaker yang lebih banyak pula. Jokowi bisa jadi debutan.

Jokowi punya modal besar sebagai kingmaker. Pertama, dia ialah presiden dua periode dengan jumlah pemilih yang tak sedikit. Saat berpasangan dengan Jusuf Kalla pada Pilpres 2014, dia meraup 70.997.833 suara. Keduanyan unggul 8.421.389 suara atas pasangan Prabowo SubiantoHatta Rajasa.

Suara lebih mantap diraup Jokowi di Pilpres 2019. Bertandem dengan KH Ma’ruf Amin, dia mendulang 85.607.362 atau unggul 16.957.123 suara ketimbang PrabowoSandiaga Uno. Jika dipersentase, selisihnya 11%.

Itulah kekuatan politik Jokowi. Kekuatan yang terbilang besar, sangat besar. Terlebih, pendukung Jokowi terkenal fanatik. Mereka para pencinta sejati. Bahkan, teramat banyak yang menjadi pemuja.

Sebagai pencinta dan pemuja, mereka manut apa kata Jokowi. Mereka selalu sendiko dhawuh, patuh pada apa pun kemauan Jokowi. Kalau dalam istilah santri, sami’na wa athona. Kami mendengar dan kami menaati. Itulah modal lain buat Jokowi untuk menjadi kingmaker. Simak saja deretan peristiwa yang memperlihatkan betapa setianya relawan Jokowi. Mereka tetap militan untuk berada di belakang sang pujaan.

Sikap itu terkini ditunjukkan di Rakernas V Projo di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/5). Jokowi hadir langsung dalam perhelatan itu. Projo singkatan dari Pro Jokowi. Sebagai pencinta, Projo selalu nderek perintah Jokowi. Termasuk perintah agar relawan tidak kesusu untuk menentukan figur capres.

Siapa yang didukung Jokowi di Pilpres 2024, dialah yang bakal dipilih pendukungnya. Jokowi memang berubah posisi. Kalau di dua pilpres sebelumnya dia perlu dukungan, kali ini giliran mendukung. Jokowi tak bisa mencalonkan lagi. Padahal, kalau masih boleh bertarung, dia tetap paling berpeluang menang. Elektabilitasnya masih yang tertinggi. Setidaknya itulah hasil survei dari sejumlah lembaga survei.

Jokowi tetap Jokowi yang punya pendukung berjuta juta. Eksistensinya harus diperhitungkan. Pengaruhnya tak dapat dipandang ringan. Dia punya kekuatan luar biasa untuk mengantarkan suksesornya.

Jokowi ialah kingmaker. Tak ada secuil pun alasan untuk meragukannya. Dia segera masuk daftar mantan presiden yang bisa menentukan presiden. Dia menyusul Megawati Soekarnoputri dan SBY.

Megawati ialah Presiden ke-5 RI. Dia selalu gagal untuk kembali menjadi presiden dalam pilpres berikutnya. Namun, dia sukses menjadi kingmaker. Dalam dua pilpres terakhir, dia berhasil menjadikan Jokowi sebagai presiden. Meski keberhasilan itu tak lepas dari personal Jokowi yang memang punya nilai jual sangat tinggi. Meski, dia tak sendirian mengusung Jokowi.

SBY ialah Presiden ke-6 RI. Namun, dia gagal mengantarkan calon yang didukung partainya memenangi pilpres. Kendati, sebenarnya
SBY dinilai setengah hati ketika ikut mengusung Prabowo-Sandi.

Megawati, SBY, dan Jokowi, ialah mantan presiden yang bisa menentukan siapa presiden. Masih ada tokoh lain, tapi bukan mantan presiden. Surya Paloh amsalnya. Ketua Umum Partai NasDem ini punya andil besar bagi kemenangan Jokowi.

Estimologi istilah kingmaker merujuk pada pergantian raja Inggris. Istilah itu pertama kali disandangkan pada bangsawan bernama Richard Neville (1428-1471) di era pemerintahan Raja Henry VI. Neville bergelar Earl of Warwick. Julukan lainnya, Warwick the Kingmaker.

Pada artikel berjudul What is a Kingmaker?, bbc.co.uk pada Maret 2010 memaparkan peran penting Warwick dalam penggantian Henry
VI selama Perang Mawar oleh Edward. Namun, Warwick kemudian berbalik memusuhi dan menumbangkan Edward. Dia mengembalikan kekuasaan Henry.

Kenapa Warwick bisa menempatkan mahkota raja di kepala siapa? Tak lain karena dia punya kekuasaan dan kekuatan politik amat besar. Koneksinya dengan orang-orang berpengaruh sangat luas. Apalagi, dia panglima.

Megawati, SBY, dan Jokowi, juga punya kekuatan politik besar meski dengan kadar berbeda. Ketiganya pun bisa menjadi kingmaker. Ketiga mantan presiden itu boleh jadi akan bersaing. Lantas, siapa yang akan menang?

Kalau boleh berharap, saya sih ingin ketiganya tak perlu turun ke gelanggang pilpres. Sebagai mantan presiden, elok nian jika mereka tidak ke mana-mana tapi ada di mana-mana.

Bagus betul jika Megawati, SBY, dan Jokowi berlaku sebagai negarawan yang merangkul semua anak bangsa. Bukan sebagai politikus yang biasa membangun tembok penyekat.

Namun, mustahil kiranya Megawati dan SBY menjadi negarawan di pilpres. Keduanya ialah pemimpin partai politik yang tentu akan memimpin kompetisi politik seperti yang sebelum-sebelumnya.

Bagaimana dengan Jokowi? Semoga dia mau menjadi negarawan setelah lengser kelak. Tapi, naga-naganya dia lebih condong menjadi politikus. Dengan kekuatan besar yang dimiliki, dengan potensi luar biasa sebagai kingmaker, dia akan bermain politik di pilpres nanti.

Betul kata Ahmad Syafii Maarif bahwa bangsa ini surplus politikus, tapi krisis negarawan. ‘’Itu yang menyebabkan negara terpontalpontal karena enggak ada negarawan,’’ ucapnya suatu saat.



Berita Lainnya
  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.