Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Ki Hajar Dewantara yang Membebaskan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
04/5/2022 05:00
Ki Hajar Dewantara yang Membebaskan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

MENGAPA Ki Hajar Dewantara dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Indonesia? Mengapa pula tanggal kelahirannya, 2 Mei, dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional? Pertanyaan itu, hari-hari ini, kembali mencuat seiring dengan diperingatinya Hari Pendidikan Nasional, yang tahun ini bertepatan dengan Idul Fitri.

Jawabannya simpel, yakni karena sejarah kehidupan Ki Hajar Dewantara dari sejak remaja hingga meninggal nyaris tidak pernah beringsut dari ikhtiar keras memperjuangkan pendidikan untuk anak bangsa lainnya. Jalan hidupnya seolah ditakdirkan untuk memperjuangkan pendidikan, betapa pun rumit dan sulitnya keadaan.

Ki Hajar Dewantara seperti tidak pernah kehabisan energi. Hasratnya untuk membebaskan kaumnya sebangsa dan setanah air dari cengkeraman Belanda terus meledak meletup. Itu pula yang ia lakukan saat menjadi penulis. Ia berjuang dengan penanya.

Pada 1913, pemilik nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat itu membentuk Komite Bumiputera. Lewat komite tersebut, Ki Hajar mengkritik pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik pajak dari rakyat Hindia Belanda.

Ki Hajar Dewantara mengkritik penarikan upeti untuk perayaan tersebut melalui dua tulisan. Pertama, tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda). Kedua, Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga).

Dua tulisan itulah yang mengantar Ki Hajar Dewantara ke penjara. Ia ditangkap pemerintah Hindia Belanda untuk diasingkan ke Pulau Bangka. Namun, ia menegosiasikan diri agar bisa dikirim ke Belanda. Sepakat, pemerintah pun mengizinkannya pergi ke Belanda.

Di 'Negeri Kincir Angin' itulah ia belajar tentang pendidikan dan pengajaran. Ia meraih prestasi tinggi dengan memperoleh Europeesche Akter. Sekembalinya dari pengasingan, pada 1918, Ki Hajar Dewantara pun bertekad membebaskan rakyat Indonesia dari kebodohan. Sebuah perjuangan meraih kemerdekaan melalui jalur pendidikan. Lewat pendidikan, ia membuka kesadaran rakyat tentang pentingnya merdeka.

Untuk tujuan itu, di usia 40 tahun, ia rela menanggalkan atribut kebangsawanannya demi bisa lebih dekat dengan sesama anak bangsa agar 'virus' pendidikan cepat menyebar. Ia tidak ingin gelar raden menjadi tabir perjuangannya.

Ki Hajar Dewantara juga aktif menulis dengan tema pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui tulisannya tersebut, dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia untuk jangka panjang.

Setelah Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara pun diangkat menjadi menteri pendidikan pertama. Nama kementeriannya Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Saat itulah, Ki Hajar Dewantara meletakkan dasar-dasar penting pendidikan untuk Indonesia.

Kini, saat usia Republik ini hampir 77 tahun, kita masih harus terus berjuang menaikkan kualitas pendidikan yang masih belum memuaskan. Posisi Indonesia di tingkat dunia dari segi sistem dan kualitas pendidikan masih jauh dari peringkat terbaik.

Berdasarkan data yang dipublikasikan World Population Review, pada 2021 Indonesia masih berada di peringkat ke-54 dari total 78 negara yang masuk pemeringkatan tingkat pendidikan dunia.

Namun, setidaknya posisi tersebut naik satu peringkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang ada di peringkat ke-55.

Dari acuan tersebut pula, Indonesia masih kalah unggul dengan berada di posisi ke-4 jika dibandingkan dengan sesama negara yang berada di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura di peringkat ke-21, Malaysia di peringkat ke-38, dan Thailand di peringkat ke-46.

Bukan perkara baru, permasalahan itu sudah disorot sejak lama. Hulunya sudah diketahui, yakni masih tambal sulamnya sistem pendidikan dan standar kualitas pengajar yang belum memuaskan. Kompetensi guru di Indonesia, kata sejumlah pengamat pendidikan, masih sangat rendah. Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG), misalnya, mengonfirmasikan penilaian tersebut. Nilai UKG yang diperoleh rata-rata masih di bawah 5.

Padahal, kualitas murid di kita masih dipengaruhi tenaga pengajar yang kompeten. Kondisi itu masih ditambah perkara guru honorer yang belum kunjung tuntas. Penghargaan terhadap guru, meski membaik dari waktu ke waktu, belum bisa dikatakan maksimal. Sistem pembelajaran, atau kurikulum, juga masih baku dan membelenggu. Kurikulum pendidikan masih membatasi kreativitas dan perluasan wawasan murid karena angka pada nilai masih menjadi satu-satunya indikator dan patokan kecerdasan, selain masih pula kuatnya pengotak-ngotakan minat.

Pendidikan yang membebaskan, memerdekakan, tidak cukup sebagai slogan. Bukan perkara mudah mewujudkannya, tapi ia merupakan langkah yang benar. Butuh ikhtiar superkeras untuk mewujudkannya. Perlu kesabaran untuk membongkar cara berpikir yang kelewat kaku dan beku. Selamat berjuang, selamat Hari Pendidikan Nasional.



Berita Lainnya
  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.