Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Kita bukan Sri Lanka

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
23/4/2022 05:00
Kita bukan Sri Lanka
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SRI Lanka dan Indonesia itu sama. Keduanya sama-sama menjejak Benua Asia. Hanya itu kesamaan 100%-nya. Selebihnya, berbeda hampir 180 derajat.

Penduduk Sri Lanka 22 juta jiwa, sedangkan Indonesia lebih dari 271 juta jiwa. Luas Indonesia 1,9 juta kilometer persegi. Luas Sri Lanka sekitar 65 ribu kilometer persegi. Produk domestik bruto kita sekitar Rp17 ribu triliun, atau 16 kali lipat lebih tinggi daripada PDB Sri Lanka.

Karena itu, membandingkan Indonesia dengan Sri Lanka jelas tidak apple to apple. Lebih mirip membandingkan apel dan jeruk bali. Yang satu ukurannya kecil, satunya besar. Saya menyebut begitu karena akhir-akhir ini mulai ada yang memadupadankan Indonesia dan Sri Lanka, khususnya dalam hal risiko gagal bayar utang pemerintah.

Dalam satu bulan terakhir, Sri Lanka didera krisis hebat. Negara ini mengalami inflasi 18,8% pada Maret 2022 jika dibandingkan dengan Maret tahun sebelumnya (year on year/yoy). Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya 15,1% (yoy). Inflasi Sri Lanka menunjukkan tren kenaikan mulai Oktober 2021 seiring naiknya harga minyak.

Bahkan, indeks pangan telah naik 30,1% selama setahun terakhir dan melonjak 42,2% jika dibandingkan dengan Desember 2019. Sri Lanka pun diambang kebangkrutan setelah melakukan penangguhan pembayaran utang yang sudah jatuh tempo. Mata uang LKR telah terdepresiasi lebih dari 63% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini.

Kurangnya devisa Sri Lanka telah membuat negara berpenduduk 22 juta jiwa itu tidak dapat membayar kembali pinjamannya. Sri Lanka memiliki sekitar US$8 miliar utang dan bunga yang jatuh tempo tahun ini. Sementara itu, cadangan devisa yang dapat digunakan diperkirakan hanya beberapa ratus juta dolar AS.

Krisis ekonomi pun memicu krisis politik. Protes massal dilakukan masyarakat karena kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. Kekurangan devisa membuat Sri Lanka tidak sanggup mengimpor bahan makanan, bahan bakar, dan menebus obat-obatan. Massa yang marah dan lapar menuntut PM Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri. Kondisi kian tidak terkendali karena ada demonstran yang ditembak mati.

Pada saat hampir bersamaan, Kementerian Keuangan RI merilis posisi utang pemerintah. Jumlahnya naik, menjadi Rp7.052 triliun per akhir Maret. Jumlah itu bertambah Rp37,92 triliun ketimbang posisi utang pada Februari. Rasio utang terhadap PDB juga naik, dari 40,17% menjadi 40,39%.

Itulah pangkal kemunculan perbandingan Indonesia dengan Sri Lanka. Di sejumlah portal media ada yang 'mengingatkan' pemerintah akan risiko gagal bayar utang seperti Sri Lanka. Di media sosial, mulai ada yang menyandingkan demonstrasi di Sri Lanka dan aksi di depan gedung kompleks parlemen tempo hari.

Peringatan itu baik-baik saja, terutama bila diniatkan agar pemerintah lebih bijak dalam mengelola utang. Namun, bila niat mereka untuk memprovokasi dengan mengembuskan bias informasi, bahkan membelokkan informasi, ini yang patut dicermati.

Utang pemerintah memang terus bertambah. Tapi, secara rasio terhadap PDB masih aman, masih 40% alias tidak sampai 60% yang merupakan ambang batas aman utang sebuah negara. Kondisi tersebut juga jauh bila dibandingkan dengan Sri Lanka dengan rasio utang terhadap PDB mencapai 107%.

Selain itu, mayoritas utang Indonesia berupa surat berharga negara yang berdenominasi rupiah (lebih dari 70%). Berbeda dengan Sri Lanka yang terlilit utang valuta asing dalam jumlah besar dan mayoritas ialah utang luar negeri.

Sementara itu, utang luar negeri Indonesia relatif rendah, kurang dari 12% dari total utang pemerintah. Pinjaman luar negeri ini terdiri dari pinjaman multilateral dan bilateral. Kondisi ini berbeda dengan Sri Lanka yang hampir semua utangnya dalam skema bilateral, dengan mayoritas pemberi utang ialah Tiongkok.

Utang Indonesia juga digunakan untuk hal-hal produktif (kecuali saat pandemi covid-19 terjadi). Itu terbukti dari meningkatnya nilai aset yang dimiliki negara hingga 2,7 kali lipat sejak 2014. Peningkatan aset ialah bukti bahwa banyak proyek produktif yang dijalankan.

Sekali lagi, utang memang sensitif dijadikan komoditas politik. Apalagi, kebanyakan orang hanya peduli pada besarnya jumlah utang. Tidak cukup punya waktu untuk meneliti lebih jauh digunakan untuk apa utang itu, aman atau tidak secara rasio terhadap PDB, dan masih amankah secara jatuh tempo. Dalam kondisi seperti itu, jangan pernah sekali pun bosan untuk memperkuat literasi dan membuat narasi kepada publik.



Berita Lainnya
  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.