Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Memaklumi Kekerasan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
13/4/2022 05:00
Memaklumi Kekerasan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ADAKAH pembenaran untuk tindakan kekerasan? Bolehkah atas alasan membalas kekerasan verbal lalu kita bebas melakukan kekerasan lagi? Jika itu ditanyakan kepada saya, izinkan saya menjawab lugas: tidak.

Bagi saya, dan saya yakin bagi sebagian besar yang lain, kekerasan tidak boleh mendapatkan tempat di negeri ini. Negeri ini majemuk. Sekali tindakan kekerasan dibiarkan, bahkan dimaklumi, bangunan kemajemukan akan keropos. Apalagi jika pemakluman itu berkali-kali, bangunan kemajemukan akan runtuh.

Namun, di jagat media sosial, saya mungkin minoritas. Lebih banyak orang (minimal dari sejumlah grup pertukaran pesan yang saya ikuti) masih bisa memaklumi tindakan kekerasan itu. Sebagian membenarkan. Sebagian lagi malah seperti 'merayakan' aksi primitif itu layaknya tengah berselebrasi karena tim sepak bola kesayangan mereka memenangi laga.

Itu setidaknya kesan yang saya tangkap dari kasus penganiayaan dan penelanjangan terhadap Ade Armando saat aksi mahasiswa awal pekan ini. Sepertinya ada dua maksud atas aksi tersebut. Penganiayaan atas Ade seolah mengirim pesan agar dia bungkam, menghentikan pernyataan-pernyataan kontroversialnya di media sosial. Penelanjangan bisa dianggap bermaksud mempernalukan Ade di depan khalayak.

Kesan itu saya dapat saat menyaksikan sejumlah video kekerasan yang menimpa Ade Armando. Di tengah keramaian itu, entah berapa banyak yang memukulnya beramai-ramai hingga Ade terjatuh. Tidak hanya dipukuli, Ade juga diinjak-injak. Pakaiannya dilucuti.

Ade terguling. Dua tangannya melindungi wajah yang di sejumlah bagian mulai berdarah. Celana panjangnya dilucuti. Ia nyaris ditelanjangi. Dua aksi itulah yang saya baca sebagai pembalasan dendam dan mempermalukan.

Kekerasan itu dilakukan bukan karena Ade menentang agenda demonstran. Ade malah selaras dengan isu menolak penundaan pemilu. Akademisi UI itu juga menolak perpanjangan masa jabatan presiden, apalagi menambah periodisasi jabatan presiden menjadi tiga periode.

Saya menduga, Ade diincar karena jejak digital. Ia selama ini sangat kritis terhadap para pembenci Jokowi. Ade juga sangat suka 'memancing' dengan menggunakan istilah-istilah kontroversial seperti 'kadrun', 'azan tidak suci', 'salat tidak mesti 5 kali', 'Allah bukan orang Arab', dan 'Islam tidak haramkan LGBT'.

Itulah hulu dari incaran. Jejak itulah yang menyulut amarah. Itu terekam, misalnya, saat penganiayaan dilakukan, ada yang berseru: 'munafik!', 'darahnya halal!', 'pengkhianat!' Terdengar pula suara bersahutan, "Buzzer, buzzer, bulan puasa, munafik, pengkhianat, penjilat.”

Segala sumpah serapah berhamburan mengiringi penganiayaan yang dirayakan. Para pembenci Ade Armando seperti tengah menikmati panggung besar aksi balas dendam karena hanya di situ mereka merasa menang. Ada yang berargumen Ade tak bisa disentuh hukum pengadilan, mesti diselesaikan dengan hukum jalanan.

Benar kata Mahatma Gandhi, "Kebencian dan intoleransi adalah musuh terbesar masyarakat majemuk." Mengendalikan, apalagi menaklukkan, musuh besar keragaman jauh dari kata gampang. Lebih mudah menyulut permusuhan dan kekerasan ketimbang membangun perdamaian dan perdebatan yang beradab. Lebih gemar menyalahkan korban ketimbang mengecam kekerasan.

Musuh besar itu bisa dikalahkan oleh social trust, kepercayaan 'berjemaah'. Kebencian, intoleransi, dan akhirnya kekerasan beranak-pinak karena social distrust, ketidakpercayaan sosial dan kecurigaan massal yang terus disemai. Kita boleh benci setengah mati atau benci tapi rindu kepada orang lain, tapi ketika ada social trust, kebencian itu tidak sampai merusak.

Dalam Kitab Suci Tuhan telah menyeru: Berlaku adillah, bahkan kepada orang yang kamu benci, karena keadilan itu dekat kepada takwa. Tapi, rupanya seruan itu belum menyentuh ke semua orang, bahkan orang yang telah berkali-kali khatam membaca Kitab Suci.

Rupanya, pekerjaan rumah kita masih sangat besar karena masih banyak yang memaklumi kekerasan. Masih ada social distrust di antara kita.



Berita Lainnya
  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.