Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
DULU saya punya tetangga yang memiliki moge. Setiap kali dia lewat dengan mogenya itu di depan rumah, telinga ini serasa diinvasi. Saban kali dia manasin mesin moge kebanggaannya itu, jantung ini serasa diteror. Geregetan, kesal, marah campur aduk jadi satu.
Suara moge yang keras cenderung ngebas tetapi sember benar-benar mengganggu. Apalagi, dia tak kenal waktu dalam menggauli mogenya. Tak jarang, pada malam hari dia menghidupkan mesin, menggeber-gebernya. Suaranya sungguh membuat sakit kepala.
Tidak hanya saya, tetangga sekitar punya perasaan yang sama. Sama-sama geregetan, kesal, marah, tetapi semuanya cuma disimpan dalam hati. Paling-paling hanya kasak-kusuk tanpa mau mengungkapkan langsung ke empunya moge. Alasannya ogah ribut dengan tetangga. Tidak enak, kata mereka.
Moge alias motor gede identik dengan arogansi, itulah persepsi banyak orang yang mustahil dimungkiri. Moge identik dengan egoisme, itu juga anggapan yang tak mungkin dikesampingkan.
Tidak terhitung lagi peristiwa yang mengesankan kesombongan pengendara moge di jalanan. Ketika konvoi, mereka menganggap jalanan seperti milik sendiri. Yang lain numpang sehingga harus rela dipinggirkan.
Banyak sekali testimoni warga biasa yang menjadi korban arogansi konvoi moge. Di media sosial bertebaran rekaman betapa mereka terpaksa mengalah agar tak kena masalah. Seorang ibu bahkan sampai terperosok ke sawah karena tak berdaya dipepet moge. Dua hari lalu, seorang biker di Bandung pun jadi korban penganiayaan pengendara moge.
Saat konvoi, pengendara moge tak punya rasa takut. Anggota TNI pun mereka lawan seperti yang terjadi di Bukittinggi, dua tahun silam. Mereka mengeroyok, bahkan mengancam menembak Serda M Yusuf dan Serda Mustari. Akhirnya, lima pengendara moge itu berurusan dengan hukum.
Ulah pengendara moge terjadi lagi baru-baru ini. Peristiwanya lebih tragis, lebih menguras emosi. Bayangkan, dua anak kembar berusia 8 tahun, Hasan Firdaus dan Husen Firdaus, harus kehilangan nyawa akibat ditabrak pengendara moge. Kejadiannya di Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Sabtu (12/3).
Menurut saksi, rombongan moge melaju kencang dari arah Banjar menuju Pangandaran. Ketika Hasan dan Husen menyeberang, tabrakan tak terelakkan. Saking kerasnya benturan, tubuh kedua bocah terpental hingga 10 meter. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Kita ikut berduka.
Kecelakaan di jalan raya yang mengakibatkan orang melepas nyawa sebenarnya jamak terjadi. Data menunjukkan pada 2020 kasus meninggal dunia akibat lakalantas tercatat 23.529. Artinya, rata-rata korban meninggal dalam kecelakaan lalu lintas 1.960 jiwa per bulan.
Namun, persoalan menjadi lain ketika kecelakaan melibatkan moge. Atensi publik tersedot ke sana. Sorotan miring mengarah ke pengendara. Rupa-rupa komentar sumbang hingga sumpah serapah tumpah ruah kepada mereka. Demikian pula kali ini, apalagi korbannya dua bocah. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang tinggal di Pangandaran tak ketinggalan.
''Sudah saatnya touring moge diatur dengan ketat... jalan di Indonesia terutama country side/daerah tidaklah luas/lebar & banyak yang melewati perkampungan. Disiplin moge dalam touring untuk mematuhi dan waspada terhadap kecelakaan yang bisa fatal seharusnya menjadi hal yang wajib,'' kata Susi di akun Twitter-nya, @susipudjiastuti.
Stigma bahwa pengendara moge arogan, sombong, beringas, dan mentang-mentang kian kuat melekat. Terlebih, setelah kejadian, penabrak memberikan uang Rp50 juta kepada keluarga korban. Entah untuk apa uang itu. Untuk damai? Agar kasus tidak berlanjut ke pidana? Yang pasti, hingga kemarin polisi belum menetapkan pelaku sebagai tersangka. Ada kekhawatiran perkara itu akan selesai dengan uang Rp50 juta. Nyali polisi dipertaruhkan.
Pengendara moge ialah orang-orang istimewa karena mereka cenderung diistimewakan. Lihat saja ketika konvoi, mereka kerap dikawal petugas.
Ada voorijder. Mereka seolah-olah pejabat negara atau tamu negara yang boleh mendapat hak lebih dengan mengurangi hak orang lain di jalan.
Perlakuan istimewa juga tampak di mal-mal, di kafe-kafe, di hotel-hotel berkelas. Mereka mendapatkan tempat parkir khusus di depan gedung, malah kadang di samping pintu masuk.
Ada yang menyebut moge ialah motor dengan cc di atas 250. Ada pula yang berpendapat disebut moge jika cc-nya di atas 400. Harganya juga istimewa, mulai ratusan juta hingga miliaran rupiah. Ia hanya bisa dibeli orang-orang dengan isi kantong istimewa. Sayangnya, karena itu, mereka diistimewakan.
Tidak mudah memperbaiki citra pengendara moge. Ia kadung dicap buruk, bahkan sudah dari sononya. Klub moge sudah ada sejak zaman Hindia Belanda pada 1900-an. Namanya Magneet yang dibentuk pada 1913 sebagai persatuan pengendara sepeda motor atau motor-wielrijders bond. Anggotanya orang Belanda dan Eropa di Batavia.
Magneet juga dibenci masyarakat saat itu karena kerap berulah. Saat konvoi, tak jarang mereka menabrak gerobak, ayam, atau pasar. Dalam catatan sejarah, mereka bahkan pernah menyebabkan seorang gadis yang mengendarai sepeda bernama Moenah tewas.
Bahwa klub moge saat ini dipersepsikan arogan tentu bukan karena gen mereka arogan. Mereka katanya juga sudah berusaha memperbaiki diri. Namun, selama masih merasa diri istimewa dan terus diperlakukan istimewa, termasuk oleh aparat penegak hukum, jangan harap masyarakat bisa menerima keberadaan mereka.
Estetikanya, moge untuk mereka yang berbadan gede. Tentu saja juga harus berpundi-pundi gede. Karena itu, untuk menertibkan mereka kiranya butuh nyali gede.
KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.
ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.
BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.
Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.
FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.
KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.
PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future
USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.
BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.
PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved