Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Saya Islam, Saya Penggemar Wayang

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
18/2/2022 05:00
Saya Islam, Saya Penggemar Wayang
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SAYA orang Jawa, lahir dan besar di Jawa, dengan orangtua yang juga asli Jawa. Sebagaimana umumnya orang Jawa generasi old, saya menggemari wayang kulit.

Sebagai penggemar, saya terbilang fanatik. Sedari kecil saya begitu antusias di kala ada pertunjukan wayang. Rasanya berjuta-juta ketika ada wong ewuh (punya hajat) dengan menanggap wayang. Di mana pun, selama masih bisa dijangkau dengan jalan kaki, saya pasti menyambangi.

Tak cuma pada siang hari, pertunjukan wayang semalam suntuk jarang saya lewatkan. Biasanya saya sengaja tidur sore, bangun malam, lalu cuzzz.. berangkat menonton. Ibu saya yang selalu ketiban sampur untuk mengantarkan. Kalau tidak mau, saya akan terus merengek, menangis tiada henti, hingga akhirnya beliau menyerah.

Kegemaran menonton wayang tak juga terkikis meski saya hijrah ke Ibu Kota pada medio 1980. Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (saat itu), dan TMII tak asing bagi saya. Di tempat-tempat itu, rutin digelar wayang dan saya jarang melewatkannya.

Kegemaran saya pada wayang, terutama yang klasik, pun tak lekang oleh zaman. Lewat kecanggihan teknologi, menikmati wayang kini makin gampang. Di Youtube, kita bisa menontonnya setiap saat, di setiap tempat, meski rasanya tak senikmat jika menonton langsung.

Saking sukanya sama wayang, waktu kanak-kanak, saya pernah bercita-cita menjadi dalang. Namun, hidup ini menunjukkan jalan yang berbeda. Saya hanya ditakdirkan sebatas menjadi penggemar wayang. Penikmat wayang.

Bagi saya, wayang ialah seni, juga sumber siraman rohani. Klop dengan arti wayang yang berasal dari kata ma hyang atau menuju kepada roh spiritual, Tuhan Yang Maha Esa.

Menonton wayang tak ubahnya menonton kehidupan. Antara yang baik dan yang jahat, itulah gambarannya. Untuk lakon Mahabarata, yang baik diwakili Pandawa, yang jahat direpresentasikan Kurawa. Untuk babat Ramayana, yang baik diwakili Prabu Rama, yang jahat milik Rahwana. Ujung-ujungnya sama, yang baik pada akhirnya menang dan yang jahat jadi pecundang.

Tidak ada pertunjukan sekomplet wayang. Ada seni peran di situ. Ada pula seni suara atau musik, seni tutur, sastra, seni lukis, hingga seni pahat. Semua melebur menjadi orkestrasi untuk menghadirkan seni tingkat tinggi. Budaya adiluhung. UNESCO pun pada 2003 menetapkan wayang sebagai Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Humanity atau Karya Agung Budaya Dunia dari Indonesia.

Wayang termasuk tontonan yang paling menyejukkan. Paling sopan. Tidak ada ceritanya penonton ribut, berantem, atau tawuran meski jumlahnya puluhan ribu orang. Tidak ada kisahnya orang menonton wayang sambil mendem lantas berbuat onar. Semua adem ayem.

Bagi saya, tidak ada sisi negatif dari wayang. Justru sebaliknya, terlalu banyak sisi positif. Ia menuntun bagaimana kita menjalani hidup. Meminjam istilah Mahfud MD, wayang merupakan ibrah sosial, pelajaran demi kesadaran diri.

Wayang sarat dengan pitutur luhur. Ia tontonan sekaligus tuntunan. Kendati belakangan lebih menonjolkan sisi tontonan yang tak jarang sampai kebablasan, wayang tetap sulit untuk dilewatkan.

Karena itu, aneh rasanya jika masih ada yang menganggap wayang haram. Terkini, anggapan itu datang dari Uztaz Khalid Basalamah.

Dalam sebuah pengajian yang rekamannya viral di media sosial, Basalamah ditanya seorang jemaah soal wayang. Dia menjawab dengan memberi saran agar Islam dijadikan tradisi, bukan tradisi sebagai Islam. "Kalau ada tradisi yang sejalan dengan Islam, tiada masalah dan kalau bentrok sama Islam, ada baiknya ditinggalkan," ucapnya.

Dia juga ditanya bagaimana taubatnya seorang dalang. Jawabnya, "Kalau masalah taubat, ya, taubat nasuha kepada Allah SWT dengan tiga syarat yang sudah kita tahu, meninggalkan dosa-dosa, menyesal, dan janji sama Allah tidak mengulanginya, dan kalau dia punya (wayang), maka lebih baik dimusnahkan, dalam arti kata ini lebih baik dihilangkan.”

Basalamah telah memberikan klarifikasi. Dia mengaku tidak pernah berpikir untuk menghapuskan wayang sebagai budaya peninggalan nenek moyang kita. Dia juga sudah meminta maaf jika ada yang tersinggung.

Basalamah dijuluki uztaz. Tentu dia pintar soal agama Islam. Ilmunya pasti tinggi. Silakan saja dia punya sudut pandang soal wayang. Namun, maaf, saya lebih sreg untuk mengikuti ajaran uztaz-uztaz dan ahli agama yang lain, juga para alim ulama yang ilmunya juga tinggi, tapi tak mengharamkan wayang.

Kurang tinggi apa ilmu Wali Songo? Toh, mereka malah menjadikan wayang sebagai media dakwah. Media untuk menyebarkan Islam di tanah Jawa hingga Islam menjadi agama mayoritas sampai kini.

Saya sepaham dengan Kang Dedi Mulyadi bahwa wayang benar haram, tapi kalau dimakan. Mau wayang kulit, wayang golek, dan wayang klitik (terbuat dari kayu), atau wayang beber (dari kain), kalau dimakan, pasti membuat celaka bagi yang memakannya.

Mencelakakan diri sendiri, juga orang lain, ialah haram. Dilarang. Jadi, betul wayang memang haram untuk dimakan. Kalau dinikmati keindahannya, jika diresapi filosofinya, ia halal. Saya orang Islam, saya pun akan terus menggemari wayang, menikmati wayang.



Berita Lainnya
  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik